Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Pernah dengar istilah kamus dan mu’jam? Bagi pelajar bahasa Arab dan Islam, namun masih banyak juga mahasiswa yang tidak tahu. Bahkah, kalau Ada orang yang belajar Islam, tapi tidak peduli dengan 2 kata ini, berarti dia tidak kritis terhadap objek yang sedang ia tekuni.
A. Definisi Mu’jam
Para Ahli bahasa berpendapat “Mu’jam adalah buku yang mencakup kosakata suatu bahasa, arti, penerapannya dalam susunan kata yang berbagai macam, pelafalan, dan tulisannya bersama susunan kosakata yang sesuai, biasanya berdasarkan susunan huruf Hijaiyyah”.
Contohnya Mu’jam al-Wasit, didefinisikan: Buku kumpulan kosakata bahasa yang tersusun berdasarkan huruf leksikon.
B. Mu’jam dan Ensiklopedia
Terdapat 3 perbedaan antara Mu’jam dan Ensiklopedia:
Pertama, Ensiklopedia merupakan Mu’jam besar terdiri dari banyak jilid, sedangkan Mu’jam memiliki ketebalan yang berbeda-beda sesuai tujuan yang diinginkan dan jenisnya yang digunakan.
Kedua, Mu’jam tidak banyak memperhatikan judul selain judul kebahasaan, kalau pun mencantumkan tentu dengan keterangan yang ringkas sedangkan perinciannya ada di Ensiklopedia. Diantara judul yang tidak menjadi fokus yaitu: nama alam (nama diri); nama geografi seperti nama daerah, kota, sungai, gunung, laut, dan samudra; peristiwa bersejarah; regulasi hukum dan non hukum; institusi-institusi terkenal dll.
Ketiga, Mu’jam cenderung memperhatikan kesatuan leksikal dan informasi kebahasaan yang khusus, pada saat yang sama selain menawarkan makna dasar, Ensiklopedia juga memberikan informasi di luar teks kebahasaan. Jelaslah perbedaan keduanya, Mu’jam menerangkan kata sedangkan Ensiklopedia menguraikan hal lainnya.
Contoh kata “bridge” yang memiliki padanan “jembatan” dalam bahasa Indonesia, ketika dicari dalam Mu’jam Oxford Bahasa Inggris dan Ensiklopedia Britania, ternyata hasil yang didapat berbeda.
Dalam Mu’jam Oxford, jembatan adalah Jalan tinggi di atas sungai atau lembah atau tempat menyeberang. Sedangkan Ensiklopedia Britania memaparkan lebih luas, tidak saja menerangkan perbedaan bentuk dan material pembangunan jembatan, tapi juga mengutip contoh-contoh yang berbeda zaman.
Setelah mendefinisikan, Ensiklopedia meneruskan dengan informasi berbagai bentuk jembatan dan penjabaran berbagai model (jembatan tetap – jembatan bergerak…) dengan pembangunannya, pencantuman nama-nama jembatan terkenal, material yang digunakan dalam pembangunannya, sketsa, hingga menyediakan tabel dan gambarnya.
Akan tetapi kata-kata saja tidak akan cukup menunjukkan makna, kecuali dengan melihat referen yang mengarah padanya.
C. Macam-macam Jenis Mu’jam
Kata mu’jam biasanya merujuk pada mu’jam-mu’jam eka bahasa pada umumnya, atau yang bahasa entri dan bahasa penjelasnya sama (contoh: kamus bahasa Arab, dijelaskan dengan bahasa Arab juga).
Namun kata mu’jam terkadang juga merujuk pada mu’jam-mu’jam khusus yang memiliki ruang lingkup terbatas yang disebut Mu’jam Istilah –Mu’jam Sinonim– seperti, Mu’jam Lafadz al-Quran al-Karim dst.
Ada juga Mu’jam dwi bahasa atau lebih. Yaitu mu’jam yang bahasa entri dan bahasa penjelas yang berbeda, dengan memprioritaskan informasi bahasa yang menjelaskan dibandingkan dengan bahasa penjelas (contoh: kamus bahasa Inggris, arti bahasa Indonesia).
D. Syarat Mu’jam
Ada 2 Syarat yang harus dimiliki buku apa pun yang menyusun dan menguraikan kosakata suatu bahasa, yaitu:
- Mencakup.
- Sistematis.
Pencakupan Mu’jam tergolong hal yang relatif untuk direalisasikan, sedangkan sistematika merupakan hal yang harus diterapkan jika tidak ingin kehilangan nilai Mu’jam itu sendiri. Ada banyak cara sistematika Mu’jam Arab, perbedaan antara cara yang mudah dan susah menjadi sebab berakhirnya suatu mu’jam dan keberlangsungan lainnya, timbul dan tenggelam sebagiannya pula.
E. Fungsi Mu’jam
Mu’jam haruslah memiliki fungsi, yakni:
- Menjelaskan makna kata, baik itu arti kata saat ini atau arti di zaman lain.
- Menerangkan cara pelafalan.
- Menerangkan cara penulisan kata.
- Merincikan derivasi kata.
- Menjelaskan derajat lafaz yang dipergunakan dan keseragamannya pada tangga dialek yang berbagai macam.
- Merincikan posisi tekanan pada kata. Singkat kata, tekanan ialah menonjolkan satu bagian pada kata dari bagian lain. Tekanan dalam bahasa Arab tidak boleh berpindah dari suku kata pada suku kata lain sehingga merubah makna. Banyak penyusun mu’jam tidak begitu peduli dengan penekanan ini, padahal penekanan itu penting untuk berbicara bahasa Arab yang fasih. Tekan relatif penting pula dalam berbicara mengunakan dealek
Berbeda halnya dengan kamus bahasa selain Arab, yang memiliki makna kata beragam sesuai tekanannya, yang hanya cukup diperhatikan letak tekanan pada suku kata yang ditekan. Contoh Import dalam bahasa Inggris jika ditekan pada suku kata pertama yang dimaksud adalah nama, jika diberi tekanan pada suku kata kedua arti yang dimaksud kata kerja. Seperti: Present, Subject dll.
Melihat dialek Arab modern, sudah selayaknya mu’jam saat ini menentukan letak tekanan pada kata karena setiap daerah memiliki perbedaan. Seperti kata كتب di Kairo tekanannya di awal sedangkan di dataran tinggi mesir menekankan suku kata kedua.
F. Mu’jam dan Kamus
Dilihat dari penggunaannya saat ini, kata “Kamus” menunjuk pada segala macam mu’jam berbahasa Arab dan selainnya atau ganda, tidak ada arti lain yang lebih pantas dari ini. Kamus berarti cekungan laut, tengah-tengahnya, atau bagian terbesarnya.
Abu Abid berkata “Kamus adalah tempat terjauh di dasar laut” Arti ini dilekatkan pada kata قاموس oleh seorang alim dari abad ke-8 yang bernama Fairuzabadi, beliau menyusun mu’jam yang ia namakan “Kamus al-Muhith” untuk menyifati mu’jam yang merupakan laut yang luas dan dalam. Sama halnya ketika kita menamakan buku-buku kita: as-Syamil, al-Kamil atau al-Wafi dsb.
Mu’jam Fairuzabadi telah menjadi mu’jam terkenal dan tersebar secara luas hingga dijadikan referensi oleh setiap peneliti.
Bersamaan dengan pergeseran waktu dan banyaknya keragu-raguan akan nama mu’jam ini di kalangan para peneliti sebagian yakin kata kamus sinonim dengan kata mu’jam, karena itu dia menggunakan arti ini. Penggunaan kata ini tersebar sehingga lafadz kamus diidentikkan dengan segala bentuk mu’jam.
Kemudian lafadz tersebut menjadi perselisihan di kalangan ilmuan, sebagian setuju dan sebagian lain menentang, hingga Perhimpunan Bahasa Arab menyetujui penggunaan kata itu dan mencantumkannya serta menjadikannya bagian dari mu’jam yang disebut Mu’jam al-Wasith. Sejak saat itu lafadz “Kamus” dianggap sebagai kata yang menunjuk kepada mu’jam berupa kiasan ataupun penggunaan secara luas.