Blog Openulis

Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.

Definisi Kaya Raya Menurut Islam

Kaya Raya Menurut Islam dan Definisi Bahasa

Mereka perlu tahu

Adalah keniscayaan di zaman materialistis, orang berlomba menumpuk harta demi meraih status kaya raya. Siapa sih yang gak mau tajir? Sayangnya, kebanyakan kita justru gak tahu apa itu kaya.

Coba deh tanyakan sama generasi milenial dan zoomer, “apa sih definisi kaya?” Paling jauh jawaban mereka, “kaya itu banyak harta”.

Di sini lah kesalahan fatal kita terhadap harta dan konsep kaya raya. Pengen kaya, tapi gak tahu arti kaya.

Padahal makna kaya itu sendiri, jauh lebih luas dari sekedar punya banyak harta benda, sebagaimana kita ketahui selama ini.

Wait!… Buat apa sih kita tahu soal definisi atau pengertian kaya ini? Kaya ya… kaya aja. Kerja yang rajin, banyakin nabung dan invest. Gak perlu lah, repot-repot bahas ke linguistik yang gak ada kaitannya.

Begitu kah?

Eith. Jangan salah! Ada pepatah bilang, “Tak kenal maka tak sayang.” Kalau udah sayang, bakalan serius dan menyenangkan. Bayangkan menikah dengan orang yang tidak kita sayang, hambar.

Tercatat sejumlah orang kaya b*n*h diri karena gak bahagia. Dia bingung, udah dipuncak malah ketemu jurang. Itu karena kekayaan yang salah dipahami. Lah kita yang ngemper di trotoar justru pengen kaya karena mau bahagia. Anehkan?

A. Pengertian dan Definisi Kaya

Jika merujuk pada KBBI, akan dijumpai bahwa kaya adalah mempunyai banyak harta. Cukup?

Jangan puas dulu. Sebagaimana kita tidak pernah merasa cukup terhadap harta, mestinya kita juga gak bakal pernah merasa puas akan ilmu. Keep hungry.

Coba lihat dirimu, selain punya unsur rakyat Indonesia tercinta, kita juga punya unsur seorang muslim. Muslim itu bahasa agamanya, Arab.

Karena Arab adalah bahasa yang sudah dipilih oleh Allah, Tuhan Alam Semesta sebagai media pengantar firman-Nya.

Bahasa ini juga diyakini oleh para ahli linguistik, sebagai bahasa paling lengkap makna dan filosofinya. Mari kita baca.

“Kaya” dalam bahasa Arab punya kata dasar “غني” (ghaniya > ghina), sedangkan pemilik sifat ini disebut “الغنيّ” (ghaniy). Setidaknya kata kaya “غني” ini punya beberapa makna bersama turunan katanya, di antara lain:

  • Punya banyak (harta, uang, perhiasan, dll), pas seperti KBBI.
  • Tidak butuh, dan
  • menolak.

Bagaimana filosofinya kok satu kata bisa punya banyak makna? Begini.

Orang kalau udah punya banyak, maka ia akan cenderung tidak butuh yang lain. Karenanya, ia akan menolak jika disodorkan yang lain.

Orang kalau punya banyak makan (kenyang), ia akan cenderung tidak butuh makanan lain. Karenanya, ia akan menolak makan lagi.

Orang kalau udah banyak tidur, ia akan tidak butuh tidur lagi (ngantuk). Karenanya, ia akan enggan kalau disuruh tidur (bosan, gak bisa tidur).

Orang kalau udah merasa banyak ilmu (pinter), ia akan cenderung tidak butuh belajar. Karenanya, ia akan cenderung tidak mau belajar dari orang lain bahkan merasa ilmu lain gak penting (sombong).

Note: Khusus masalah akhirat dan ilmu, merasa kaya dan cukup adalah perbuatan tercela.

Sejatinya pun begitu. Badan kita hanya satu, walau punya bisnis sprigbed, kita hanya akan tidur di atas satu kasur dalam satu waktu.

Walaupun kita punya 1000 hotel, kita hanya akan menginap di satu kamar.

Walaupun punya 100 mobil, kita hanya akan menunggangi 1 jok.

1. Merasa Tidak Butuh

Kita sudah sangat paham makna pertama. Mari kita masuk ke makna ke-2 yang tidak boleh diabaikan, merasa tidak butuh.

Karena Ini makna inti yang penting. Karena Allah berfirman:

أَنَّ ‌ٱللَّهَ ‌غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Sungguh Allah Maha Kaya (bersifat tidak butuh apapun atau siapapun) lagi Mulia (al-Baqarah: 267)

فإن الله غني عن العالمين

Allah sungguh Maha Kaya, Tidak Butuh alam semesta. (Ali Imran: 97)

Konteks ayat ini adalah perintah beramal. Kalau kamu gak mau percaya, gak mau beramal, ya… silakan saja. Toh Allah gak butuh kamu, gak butuh amalmu, bahkan alam semesta sekalipun yang lebih besar. Kamu beramal buat kebaikanmu sendiri.

Kalau saja maknanya cuma punya banyak harta, Allah sejatinya gak butuh harta, gak butuh makan. Bahkan Allah yang menciptakan. Lagian, buat apa juga Allah punya banyak harta?

Ini makna hakikat. Allah gak butuh semesta.

Ambil prinsip ini, “Kaya adalah rasa tak butuh“. Contoh dalam kehidupan nyata:

  • Mobil kecelakaan, “gak masalah, tinggal beli lagi, saya gak sedih”. Ini beneran kaya. Kalau baru punya Alphard, nangis-nangis karena tabrakan, merasa belinya mahal, berarti kita belum lulus menyandang gelar orang kaya.
  • Motor dicolong, “no problem, masih banyak di dealer, telpon aja, nanti dianter keluaran terbaru”. Take it easy.
  • Tagihan zakat $100 billion, cash, langsung lunas. Gak takut rugi. Padahal bisa buat beli saham Google.

Waduh, contohnya kejauhan. Gak masalah. Kalaupun gak punya harta sebanyak itu, setidaknya punya hati yang selevel itu “merasa tidak butuh”. Rasul bersabda:

وَارْضَ بِما قَسَمَ الله لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النّاسِ

“Ridhalah atas apa yang kau miliki (dari Allah), niscaya engkau jadi orang yang paling kaya.” (at-Turmudzi).

“Kaya itu bukan tentang banyaknya harta benda, tapi tentang kebaikan hati.”

(HR. Ibnu Majah)

Ini baru namanya kaya.

B. Pengertian Miskin

Masih dalam pembahasan yang sama. Tapi dari sudut pandang Berbeda.

Sebagaimana diketahui, lawan kata kaya raya adalah fakir miskin. Dua istilah barusan juga diserap dari bahasa Arab.

Miskin artinya kasihan bin malang. Adapun fakir -ini yang paling releted-, maknanya adalah membutuhkan. Fakir miskin artinya “kasihan membutuhkan”. Mari kita lihat.

Tadi, sudah jelas kaya itu “tidak butuh” dan fakir artinya “butuh”.

  • Kalau kita lapar, itu artinya kita butuh makan. Maka status kita saat itu auto faqir makanan.
  • Saat sakit, kita butuh terhadap dokter dan obat, maka kita faqir.
  • Lagi traveling, butuh atap untuk berteduh dan istirahat, maka kita faqir hotel dan kasur.

Nah, ‘kebetulan’ aja semua kebutuhan itu gak melekat pada diri kita secara permanen dan tidak dalam waktu bersamaan; Lihatlah saudara kita di luar sana mereka lapar, sekaligus sakit dan gak punya tempat tinggal, maka status itu jadi mutlak disandangkan pada mereka.

Elon Musk dan Bill Gates pun kalau kehilangan semua nikmat sehat dan harta, gak perlu diminta, status fakir miskin udah pasti didapatnya

Aslinya kita ini faqir juga, hanya saja ditutupi oleh uang yang kita punya. Kefaqiran makan cuma beralih jadi faqir uang. Nanti 6 jam lagi, laper lagi, faqir lagi. Begitu terus sampe mati.

Bedanya, orang fakir makan bisa berakibat mati, sementara fakir uang gak berakibat mati. Orang gak punya duit, lama-lama fakir makanan.

Itu Sandiaga Uno boleh juga kita sebut miskin. Kapan? Saat lapar. Tapi jangan heran jika kemudian dia order makanan. Otomatis statusnya sebagai fakir makanan langsung hilang.

Di sinilah al-Quran mengungkap sebuah fakta:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ 

Wahai sekalian manusia, sejatinya kalian faqir… (Fatir: 15)

Kita sebenarnya sama-sama miskin, kalaupun kaya, hanya dianggap manusia dalam satu-dua hal. Ada batasnya. Kaya itu relatif, sementara miskin adalah absolut.

Tak ada orang kaya, yang ada hanya orang merasa kaya atau dianggap kaya.

Hasan A. Sahal

Mari kita review kembali.

Kalau ada orang pamer Bugatti di Youtube. Kemudian dia pake sendiri itu mobil, dia simpen sendiri. Apakah dia kaya atau fakir?

Jawaban yang tepat menurut definisi yang benar, orang itu termasuk fakir karena ia masih butuh kendaraan. Titik.

C. Sifat Orang Kaya

Orang sehat akal adalah orang yang benar menjalankan definisi.

Seorang kakak balita diperintah, “Adik bayinya disayang ya…”. Tiba-tiba adeknya malah digigit, berarti sang kakak belum paham.

Jika terjadi pada orang dewasa, maka orang itu dipastikan gak waras. Bayangkan jika pengertian infus dalam benak suster adalah definisi memotong. Widih serem amat.

Begitupun kita, setelah sampai definisi kaya ini, selayaknya bersikap sebagaimana pengertian yang semetinya.

Pemahaman akan tampak pada sikap dan sifat. Orang kaya punya gaya.

  1. Kaya sejati adalah kaya hati

Kalau mau bener pengin jadi kaya, cita-citanya gelar Top 10 Richest Man in The World, atau Crazy Rich Indonesia, tanamkan pada diri kita, hati anak-anak, “Jumlah kekayaan saya harus berbanding lurus dengan jumlah amal, zakat, dan infak saya. Makin gede gaji, makin besar sedekah. Bukan gaya hidup.”

  1. Kaya adalah rasa tidak butuh

Jika saya belum berhasil, tak akan menyerah, tak menyalah, tak lantas jadi pengemis. Justru, saya akan berusaha tidak bergantung dari pertolongan orang lain.

Saya akan hidup apa adanya sesuai yang saya butuh. Sekadarnya. Selebihnya dijadikan wakaf produktif, atau dikelola untuk memajukan ekonomi rakyat.

  1. Kaya itu relatif

Sekaya apapun, saya tidak akan sombong, karena dibatas tertentu, saya pasti akan fakir (membutuhkan) orang lain. Saya juga butuh pahala dan doa istighfar dari orang lain.

  1. Miskin absolut

Sekaya apapun orang, saya tidak akan iri, dengki atau hasad. Bisa jadi memang orang lain butuh harta tersebut. Saya tidak akan silau dan terpesona. Saya tidak akan jadi hamba harta. Karena saya tahu makna kaya raya yang benar.

Baca juga: Cara Bahagia Menurut Islam

D. Definisi Kaya dan Miskin

Sejatinya, tidak ada manusia yang benar-benar kaya ataupun miskin.

Istilah “kaya” dalam Islam yang belaku hanya sebagai tolok ukur kewajiban zakat terhadap seseorang.

Istilah “miskin” atau “faqir” dalam Islam, hanyalah tolok ukur atas hak mendapatkan zakat.

Mereka perlu tahu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *