Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Dulu pasukan Tatar pernah menyerang wilayah kekuasaan kaum muslimin di Asia. Padahal saat itu Kesultanan Islamiyah adalah negara adi daya yang pernah menaklukan raksasa Persia.
Hampir seluruh wilayah umat Islam berhasil dijajah, sebelum akhirnya kerakusan mongol dikalahkan oleh Dinasti Mamluk di Ain Jalut. Bukan karena orang-orang Islam lemah atau kekuatan mereka lebih besar. Tapi karena mereka main adu domba.
Selama invasi militer ini mongol banyak menjatuhkan kota-kota damai yang dibangun Kesultanan Abbasiyah. Bahkan Damaskus saat itu pernah libur shalat Jumat. Saking kejamnya, orang-orang mengira bangsa Tartar itu adalah Yakjuj dan Makjur. Bagaimana kisahnya?
Awalnya penyerangan Mongol sudah tidak berdaya menembus pertahanan kaum muslimin di kota kelahiran imam ahli hadits, Bukhara. Lalu pemimpin mereka mengirim surat kepada orang-orang Islam yang berisi:
“Siapa saya yang menyerah dan mendukung tentara Tatar, akan selamat. Tapi yang enggan, akan kami buat menyesal.”
Tampaknya brosur agitatif itu berhasil menciptakan perpecahan dikalangan kaum muslimin yang sedang panas akibat perang.
Kelompok pertama menolak keras tawaran Mongol.
“Jika benar mereka mampu mengalahkan kita, tidak mungkin mereka mengancam seperti ini. Ini bukti peluang kita cerah. Teruskan perjuangan, pasti kita akan meraih salah satu di antara dua kebaikan: pulang memabawa sebagai the winner atau pulang pada Allah sebagai syahid.”
Sebaliknya, kelompok kedua menerima tawaran.
“Perang Menghadapi Mongol sama saja bunuh diri massal!”
Pemimpin Mongol terus memantau dan berusaha mengambil kesempatan dari khilafiyah umat Islam. Dia mengirim surat susulan, khusus kepada kelompok yang gamang dan kompromis.
Surat tersebut berisi janji manis Mongol untuk memberikan wilayah kekuasaan Bukhara kepada kelompok kedua dengan syarat: mereka menumpas kelompok pertama yang -dilabel- radikal, ekstrim, intoleran dan fanatik.
Tawaran itu akhirnya membuktikan siapa yang tendensius pada dunia. Kelompok kedua merasa senang akan iming-iming tersebut. Mereka menyambutnya tanpa rasa berdosa sedikit pun. Mereka pun membunuh saudara sesama muslim demi Mongol.
Perang saudara pun terjadi. Akhirnya, gugurlah kelompok yang teguh berjihad mempertahankan tanah air di tangan pengkhiayang menjual Islam demi dunia.
Bagaikan melihat oase di padang tandus. Jangankan jabatan didapat, senjata mereka dirampas Mongol, ditangkap dan disembelih tanpa sisa.
Menjelang penyembelihan oknum orang Islam yg mengkhianati saudaranya, Khan si pemimpin Mongol memberikan sambutan.
“Demi orang asing seperti kita, mereka sanggup membunuh saudara sendiri. Orang macam ini mustahil dapat kita percaya!”
Taktik pecah-belah dan memperalat adalah strategi ampuh menghadapi kaum muslimin dari zaman Abdullah bin Ubay bin Salul.
Khilafiyah, berbeda pendapat dalam Islam adalah hal biasa. Bahkan perbedaan itu terjadi antara Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Beda pilihan itu halal, yang tidak boleh adalah melupakan banyaknya persamaan hingga menciptakan permusuhan.
Silakan berijtihad dan berbeda pendapat, tapi berhati-hatilah saat keputusan yang kita buat bercampur dengan hasrat pada dunia.
Kaidahnya; saat muncul ambisi duniawi pada kelompok kedua ketika dikirimi tawaran, seharusnya mereka segera sadar bahwa keputusan kelompok pertama adalah pilihan yang benar.
Hati-hatilah saat terjadi konflik antar saudara, bisa jadi kita sedang diadu domba.
…. LALU HASILNYA “NEGERA MONGOL” SEKARANG SEPERTI APA?.. TERLUPAKAN OLEH DUNIA, … DAN MASYARAKAT MEREKA TERTINDAS OLEH KAUM KAFIR {Alhamdulillah, masih ada penduduknya yg mendapat hidayah dari Allah SWT, semoga terus berkembang…amin]