Blog Openulis

Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.

Novel Teenlit Ungkapan Dalam Hati

Novel: UDQ #32 Mati Berdua

Mereka perlu tahu

Pukul enam pagi semua murid sudah berkumpul di depan sekolah. 6 bus pariwisata berjajar siap mengantar warga sekolah untuk acara pelepasan. Sebelum memasuki bus masing-masing, aku menemui Seshi sebentar hanya untuk menyapanya. Saat ingin menuju bus, aku berpapasan dengan Erka. Mata yang menggunakan kaca mata itu tertuju menatapku. Senyum hangat ku hantarkan padanya namun aneh, bukan membalas senyum dia melengos begitu saja seperti tidak melihatku. Lalu yang dia lihat itu apa? Ih, bikin bete aja pagi-pagi.

Bus berangkat pukul 7:00 dan kira-kira setelah melaju selama 4 jam, bus berhenti di sebuah tempat wisata air terjun untuk istirahat. Setelah para Guru memberi arahan pada murid-murid, kami semua keluar bus dan berhamburan menikmati waktu istirahat di alam bebas.

“Arlyii..”

Aku melambaikan tangan pada Seshi yang berlari ke arahku sambil memperhatikan sekitar. Rama, Bumi dan Erka berkumpul dengan yang lain, ada juga Raia yang sedang bersama gebetan barunya. Guru-guru berkumpul mengerubungi satu titik.

“Ayo kita jalan-jalan.” Ajak Seshi antusias.

Aku dan Seshi menapak perlahan sampai ke aliran sungai kecil, kami berhenti di pinggirnya.

“Hemmm sejuknya.” Pujiku menikmati suasana.

“Iya, Dingin.” Desis Seshi. “Rama, Erka kemana sih? Masa kita berdua doang. Ngiri nih sama yang pacaran.”

Tadi dia yang ngajak, sekarang lain lagi. Aku memercikan air ke Seshi, dia membalasnya.

“Arly, basah tau.” Keluhnya.

“Tapi romantis kan?” godaku.

“Iya, tapi kalau kita pacaran.”

“Yaudah, kita jadian aja.” Kataku masih menyipratkan air ke arahnya.

“Arly, gak lucu ah!” Seshi bangkit meninggalkanku.

Heran deh sama gadis itu, ada apa sih? Emang yang bisa romantisan cuma ke pacar? Ke sahabat kan juga boleh.

“Ses..” Aku coba menyusulnya, tapi sayang di pinggir sungai cukup licin, hingga aku yang terburu-buru malah terpeleset. “Akh..”

“Arly..” Seshi segera kembali menghampiriku. “Ar, ya Ampun. Ngapain sih?”

“Sakit niiih kepeleset gara-gara mau ngejar Seshi.” Desahku.

Beberapa orang yang melihatku terpleset menghampiri dan menanyakan keadaanku. Aku tersenyum dan menjawab keadaanku baik-baik saja.

“Maaf ya.” Sesal Seshi.

“Iya, gak apa ko.” Jawabku agar Seshi tak merasa bersalah. “Seshi lagi pms ya? Bawaannya bete begitu?”

Seshi mengangguk. Orang-orang yang mendatangiku kembali menyebar dan berganti dengan Rama, Erka dan Bumi.

“Kenapa?” Tanya Bumi agak heboh.

“Tau.” Seshi menjawab jutek.

“Kamu kepeleset Ar?” Erka dan Rama senada.

“Ya, tapi gak apa-apa ko.” Jawabku.

“Gak ada yang terkilir kan?”  tanya Bumi. Aku menggeleng yakin.

“Kalau Arly aja, pada perhatian banget.” Seshi ngedumel.

“Emang kamu kenapa Ses?” tanya Erka.

“Bete, kalian pada sombong semua.”

“Sombong apa? Ini kita samperin.” Jawab Rama.

“Itu karena Arly kepeleset kan?”

“Yee, suudzon aja. Kita emang mau nyamperin kalian.” Bumi agak emosi.

“Udah, aku ke sini mau ngajak kamu nyanyi Ses. Ayo!” ajak Erka sambil menunjukkan getar yang di gandengnya dan mengulurkan tangan untuk membantu Seshi bangun.

Jujur, aku merasa iri. Di antara Seshi dan Erka tidak pernah ada penghalang. Sementara aku, di antara kami ada jeda yaitu perasaan.

Erka dan Seshi semakin menjauh. Aku, Rama, dan Bumi mengekor di belakang mereka. Kami berhenti di sebuah saung. Sejenak kemudian Erka mulai memetik gitar.

“Mungkin ini memang jalan takdirku.” Aku bersuara mengikuti alunan nada gitar. “Mengagumi tanpa dicintai… tak mengapa bagiku, asal kau pun bahagia dalam hidupmu.. dalam hidupmu.”

“Telah lama kupendam perasaan ini..” Rama melanjutkan lirik lagu tersebut. “menanti hatimu menyambut diriku. Tak mengapa bagiku mencintaipun adalah bahagia untukku.. bahagia untukku.”

Lalu aku dan Rama mulai tenggelam dalam alunan petikan-petikan jari Erka, melantunkan lirik lagu dari band Ungu itu.

“Ku ingin kau tahu, diriku di sini menanti dirimu.. meski ku tunggu hingga ujung waktuku dan berharap rasa ini kan abadi tuk selamanya.. dan izinkan aku.. memeluk dirimu, kali ini saja, tuk ucapkan selamat tinggal tuk selamanya.. dan biarkan rasa ini bahagia sekejap saja..”

Sejenak Erka berhenti memetik senar gitarnya, kemudian mengganti nada petikannya.

“Menatap indahnya senyuman di wajahmu. Membuatku terdiam dan terpaku..” Erka bersuara sambil tertunduk memperhatikan gitar di pangkuannya. “mengerti akan hadirnya cinta terindah.. saat kau peluk mesra tubuhku. Banyak kata yang tak mampu kuungkapkan kepada dirimu..”

Kami mulai terpaku pada Erka. Erka, adakah lagu itu khusus dilantunkan untuk seseorang?

“Aku ingin engkau selalu.. hadir dan temani aku.. di setiap langkah yang meyakiniku, kau tercipta untukku.. meski waktu akan mampu.. memanggil seluruh ragaku.. ku ingin kau tau.. ku selalu milikmu.. yang mencintaimu.. sepanjang hidupku.”

“So sweet..” Seshi bertepuk tangan. Erka tersenyum manis. “Ka, misalnya kamu, aku dan Arly pergi bertiga. Tiba-tib bus yang kita tumpangin kecelakaan hampir masuk ke jurang. Di saat itu baru kamu yang selamat. Selanjutnya siapa yang kamu selametin duluan? Aku atau Arly?” tiba-tiba Seshi bertanya dengan tampang serius.

“Kayaknya aku pernah dengar pertanyaan itu deh?” Respon Erka.

“Iya, dulu aku juga kan pernah nanya itu, tapi belum kamu jawab.” Ujarku.

“Kenapa belum aku jawab?”

“Ada bu guru.” Jawab Bumi dengan tampang penasaran atas jawaban Erka.

“Oh iya, aku ingat. Aku bakal selametin Seshi duluan.” Tegas Erka. Itukah jawaban yang dulu ingin Erka katakan. Jelas, perasaanku ini tak terbalas. Seharusnya aku sadar itu dari dulu.

“Kenapa aku Ka?” tanya Seshi.

“Karena, ada seseorang yang nunggu kamu.” Jawab Erka sambil melirik sana sini. Perasaanku yang tadi sempat layu mulai berkembang lagi. “Nanti, kalau kamu jatuh ke jurang, bisa-bisa aku salahin sama orang itu. Lagi pula Arly juga bakal minta aku selametin Seshi dulu.”

“Terus kalau Arly yang jatuh ke jurang?” tanya Bumi

“Itu gak akan terjadi. Aku pasti akan selametin Arly. Apapun yang terjadi. Kalau aku gak bisa, aku akan susul dia.”

“Mati berdua dong?” simpul Bumi.

“So sweet.” Ujar Seshi.

Itukah jawaban Erka dari dulu. Menyimpan rasa jugakah dia untukku? Erka, bisakah kau dengar pertanyaan batinku ini? “Apa kau mencintaiku?”


Air terjun merimpah ruah dihadapanku dari ketinggian kira-kira 30 meter menjulang jatuh amat menyegarkan. Bumi dan Erka asik bernyanyi dan bermain gitar di pinggir aliran sungai dari air terjun, Seshi dan Arly sedang berbaur dengan temannya yang lain. Sementara aku menyendiri dibawah pohon rindang sambil memperhatikan mereka.

Sejenak aku terpikirkan Kinari, jika dia masih hidup mungkin dia akan ada di sini juga. Menghela nafas dan memejamkan mata, aku sejenak mengenang gadis itu.

Kepergok! Kamu dari tadi liatin Arly kan?” tuduh Kinari. Kala itu aku sekelas dengannya.“Kalau kamu benar suka sama Arly, gerak cepat donk. Atau kamu akan keduluan sama yang lain. Kata-katanya masih aku ingat. “Aku harap kamu gak berpikir egois. Di sini bukan cuma kamu yang tersakiti. Justru sebenarnya Arly menyakiti perasaannya sendiri.” Gadis itu selalu saja membahas sahabatnya. “Arly, kenapa sih dia harus pura-pura senang gitu. Padahal aku tahu dia sebenarnya sedih.” Ujar Kinari sewot saat duduk di bangkunya.

“Hey, aku heran! Pendekar cantik seperti kalian menagis, apa gak ada yang ngelarang?” jemariku sejenak menyentuh pipi lembut Kinari, menyeka air matanya agar tidak deras. Kinari menggelengkan kepalanya. “Aku kira kalian itu gak cengeng!” tambahku meledek.

Kinari memukul dadaku pelan. Kemudian ia menyingkirkan air di wajahnya dan memberikan senyuman indah padaku. Kami duduk berdampingan di lantai dan bersandar pada dinding. Tak lama aku merasa pundakku sedikit berat. Rupanya kinari meletakkan kepalanya di pundakku.

“Ram, ini terakhir kalinya aku akan lihat Arly menagis.”

“Aku harap juga begitu, semoga ini terakhir kalinya aku lihat dia begitu.

Aku gak pernah nyangka itu akan jadi perbincangan terakhir kami. Bahkan masih jelas di benakku saat Arly dan Kinari berpelukan setelah Kinari memenangkan pertandingan.

“Mungkin ini pemikiran aku aja, aku ngerasa Arly suka sama Erka.”

Mataku langsung terbelalak saat ingat perkataan itu. Detak jantungku berdegup lebih cepat. Kinari, itu perkataan yang menyadarkanku bahwa ada pria lain yang mungkin ada di hati Arly. Aku tak bisa melupakan kata-kata itu.

“Ram..” Tiba-tiba Bumi dan Erka ada disampingku. “Betah banget sih di sini!” seru Bumi. “Gabung ke Arly yuk!”

“Gak, kalian aja. Aku lagi nikmatin suasana di sini.” Jawabku.

“Ya udah, nanti nyusul ya.” Ujar Bumi sambil melangkah. “Ayo Ka.!” Ajak Bumi saat melihat Erka malah terduduk.

“Duluan aja.” Jawab Erka pada Bumi. “Kenapa sih Ram, banyak pikiran?” tanya Erka sambil melihat Bumi yang meluncur ke Arly.

“Gak juga sih. Cuma satu yang aku pikirin, Arly. Tapi, kepikiran dia jadi bercabang.”

“Chie..”

“Erka, aku sebentar lagi berangkat ke luar kota. Kita bakal gak ketemu dalam waktu lama.” Aku mulai mengambil pembahasan serius. “ada sesuatu yang mau kamu akuin ke aku?”

“Akuin?” Erka menatapku heran. “kamu kayak lagi nuduh aku jadi maling.”

“Aku tahu semuanya Ka.” Erka menatapku tambah heran seakan tidak mengerti arah pembicaraanku. “Perasaan kamu ke Arly.”

Erka terdiam sejenak. “Kenapa kamu mikir gitu Ram?”

“Aku gak pernah tahu kalau kamu suka dengan Ran Mouri sampai di kamar kamu banyak banget gambarnya. Gak tahu kenapa, lihat gambar-gambar itu, aku langsung ingat Arly.”

Aku memandang jauh ke air terjun sementara Erka tertunduk seakan iya tak bisa mengelak.

“bahkan lagu tadi ungkapan perasaan kamu ke Arly kan? Mungkin kalau kita lagi pergi bareng Arly, terus kita kecelakaan dan Arly yang selamat, pasti yang dia tolong pertama itu aku, setelah itu dia akan selamatkan kamu, kalau gak bisa dia akan mati sama kamu.”

“Ram, aku gak pernah bermaksud mengusik kalian. Aku juga bisa menempatkan diri kok, kamu gak perlu khawatir Ram.”

“itu kalau Arly gak punya perasaan apa-apa ke kamu, tapi kenyataannya?”

Erka menggaruk-garuk kepalanya. “terus aku harus gimana Ram?”

“Gimana pun kamu, kita akan tetap jadi sahabat.” Jawabku sambil merangkul pundak Erka. Senyumku mengembang namun batinku berkecamuk. Haruskah aku mengikhlaskan perasaanku.


Klik: Daftar Isi Novel Anak SMA Ungkapan Dalam Hati

Mereka perlu tahu
Asih Sora
Asih Sora

Kenangan adalah makna dalam setiap kisah.

Articles: 42

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *