Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Birrul walidain artinya berbakti kepada orang tua. Ini konsep hidup Islami yang menjadi ciri anak shaleh. Siapa sih yang gak mau punya buah hati demikian, cinta ayah dan ibu!
Jangan tanya betapa nikmatnya. Pasti lebih bahagia dari sekedar punya gunung emas, jabatan dan popularitas sedunia.
Namun sebelum itu terjadi, sudahkah kita menjadi anak shaleh yang berbakti untuk ayah-ibu? Atau justru sebaliknya, kita sendiri durhaka pada mereka?
Mengapa Kita Harus Berbakti Kepada Orang Tua?
Karena orang tua telah banyak berkorban dan berbuat baik pada diri kita. Mereka mencintai kita tanpa syarat. Keduanya selalu memikirkan kelangsungan hidup anaknya di masa depan. Berbakti kepada orang tua hukumnya wajib, bahkan dalam sejumlah hadits termasuk jihad yang benar menurut Islam.
Berikut, cara berbakti kepada orang tua yang dapat kita pelajari. Sekaligus standar birrul walidain yang perlu diajarkan kepada anak-anak.
1. Birrul Walidain dan Berbuat Ihsan
Allah berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانً
Sembahlah Rabbmu saja dan perbuatlah ihsan kepada kedua orang tua.
Menurut bahasa, ihsan artinya baik sebaik-baiknya, sopan, murah hati.
Jika merujuk pada hadits Nabi Muhammad shalllahu alaihi wa sallam, ihsan artinya “Kau sembah Allah seakan melihat-Nya. Jika kau tak melihat-Nya, ketahuilah Dia melihatmu.” (Shahih Muslim)
Menurut Imam Thabari; Ihsan adalah berbuat baik. Ibnu Katsir bahkan mengutip surat Luqman : 15 untuk mendukung keterangannya tentang berbuat sebaik sebaik mungkin.
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
Jika orang tuamu berjihad untuk memalingkanmu dari Allah, janganlah taat, tapi tetaplah bersahabat dengan keduanya di dunia.
Buat pemirsa yang ngeh, bakalan nangkep indahnya bahasa Quran. Kita diperintah menjadi sahabat ortu yang beda agama. Kalau kita baca literasi Islam, makna sahabat itu sangat dalam.
Al-Mawardi lebih detil mengatakan, Ihsan ialah memenuhi hak-hak orang tua, menjauhi perbuatan durhaka terhadap keduanya, dan pengabdian tanpa henti.
Maka, ihsan dalam hal ini adalah: Engkau berbuat sebaik mungkin di hadapan maupun di belakang orang tua, baik ketika mereka masih hidup, ataupun sudah meninggal.
Baik bukan hanya di depan ortu karena berharap harta warisan, kemudian di belakang benci. Kita baik karena memang cinta dan sayang.
Mamah minta umroh, kalau ada duit berangkatin langsung. Gak apa-apa gak jadi beli Mercedes. Gak ada duit, hibur dengan akhlak terpuji, belikan hadian, “Mamah minta apa? Aku beliin”.
Berlaku baik di sini sifatnya umum, termasuk urusan dunia, selama tidak menyalahi syariat Allah. Termasuk: Mijitin, nganter shoping, menyediakan kebutuhan primer, skunder bahkan tersier. Pokonya, sebaik mungkin yang kamu bisa.
Disuruh taruh gelas di atas meja, letakan agak ketengah agar tidak mudah jatuh atau kesenggol. Ini ihsan.
2. Menjaga Ucapan
Selanjutnya yang juga termasuk sikap birrul walidain, berbakti kepada orang tua adalah menjaga lisan.
Teman-teman pasti tahu; Dalam Islam, semua ucapan manusia akan dipertanggungjawabkan kepada Allah kelak. Agama ini tak mengenal ungkapan, “cuma gitu doang baper, marah”.
Ucapaan memang tidak menumpahkan darah orang, atau merusak bangunan, tapi satu kata dapat memasukkan seseorang masuk neraka.
Bahkan perbedaan status muslim atau kafir hanya dipisahkan oleh syahadat. Nah, sama orang lain aja gak boleh, apalagi tidak menjaga lidah kepada ortu.
Allah berfirman:
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا
Jika salah seorang atau keduanya berusial lanjut, maka jangan sekalipun kau berkata “uh”, tidak pula membentak mereka.
Kata “uh” sebenarnya bagian dari ekspresi ketidaksukaan, kesel, marah, emosi.
Lagi ngerjain tugas disuruh beli gas, “yah mamah, lagi nanggung nih”.
Sedang asyik nonton Youtube, diperintah cuci motor, “ck, orang lagi webinar juga….”
Baru pulang kerja diminta nyapu rumah, “duh, gak ngerti banget sih … aku kan capek”.
Kira-kira begitu gambaran berkata “uh”. Terlebih kalau orang tua udah lanjut usia, jalan susah, bahkan ada kawan yang ibunya -mohon maaf- terpaksa buang air di kasur. Jangan dibentak, jangan dimarahi.
Tidak. Demi Allah, kebaikanmu tak cukup membayar satu helaan nafas ibumu saat melahirkanmu.
Ibnu Umar
Maka, di sini berlaku 2 hukum turunan:
- Nyeletuk “uh” aja gak boleh, apalagi ngomong kasar, apalagi mukul. Naudzubillah.
- Termasuk kasar adalah suara kita lebih tinggi dari ortu. Atau ortu merendahkan suara karena takut anaknya marah. Tau lah ya, kadang orang nurunin intonasi karena gak mau ribut. Bisa jadi, karena kita orangnya kasar. Hati-hati.
Nabi Muhammad bersabda dalam sebuah hadits, “Bukan muslim kalau tangan dan lisannya menciderai orang lain”. (al-Bukhari).
Kata bang Rhoma, “Jika kau takut pada rajamu, lebih takutlah pada ibumu”.
3. Qoulan Kariman
Masih seputar amalan lisan, yakni menyampaikan perkataan mulia. Allah berfirman:
وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Sampaikan untuk keduanya ucapan yang mulia (qoulan kariman)
Qotadah berkata, maksudnya adalah “perkataan yang lembut dan mudah”. Mudah itu luas, bisa mudah dimengerti dan tidak merendahkan. Kalau orang tua gak bisa bahasa asing, jangan pake bahasa Inggris. Itu gak sopan.
Jangan ngobrol dengan teman pake bahasa yang tidak dimengerti orang tua.
Ibnu Katsir menambahkan, “perkataan beradab, penuh rasa hormat dan kemuliaan”. “Sebagaimana perkataan seorang budak kepada tuannya”, Ibnul Musayab.
Buat ayah-ibu kita merasa dihormati dan dicintai.
Tidak cukup di situ, qoulan kariman ‘perkataan mulia’ tidak semata-mata ucapan kita kepada orang tua. Tapi bisa juga perkataan orang lain tentang si anak kepada sang orang tua.
Misal, kita nyolong mangga –wal iyadzubillah-. Terus tetangga laporan ke orang tua kita. Pastinya orang tua malu dan merasa terhina. Maka kita melanggar sila qoulan kariman ini, minus birrul walidain.
Sebaliknya, kalau kita baik sampai kabar itu ke ortu tentang kebajikan atau prestasi yang kita perbuat, maka itu tergolong berbakti kepada orang tua sila ke-3, qoulan kariman.
4. Merendahkan Diri
Memulikan orang tua dan merendahkan suara di hadapan mereka sangat bagus, tapi yang tak kalah utama dalam birrul walidain adalah sikap merendahkan diri atau rendah hati. Allah berfirman:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh rahmat.
Ini menarik.
Ada kata “janah” di ayat ini (tulisan warna hijau), artinya sayap. Kalau boleh diterjemahkan kata perkata, maka akan tertulis “Rendahkan bagi keduanya sayap kehinaan dari rahmat”.
Bayangkan kita punya sayap untuk terbang. Bisa keliling dunia dan menggapai bintang. Bisa lihat apa saja dan orang lain kagum karenanya.
Suatu hari ayah-ibu memanggil kita. Maka, sudah seharusnya saat itu kita tidak mengangkat sayap di hadapan mereka. Lebih dari itu, sayap yang kita banggakan hendaknya direndahkan. Kalau bisa di lantai, sampai diinjak orang tua.
Tidak jarang, jejang pendidikan anak lebih tinggi dari ibunya, karirnya lebih besar dari ayahnya, ilmunya lebih luas dari keduanya. Tapi jangan sampai hal itu menjadikan kita merasa hebat, dan “meremehkan” orang tua.
a. Contoh Berbakti Kepada Orang Tua Dengan Merendahkan Diri
Dulu, imam Ahmad adalah ulama besar di Baghdad. Tidak ada yang berani berfatwa mendahului beliau.
Suatu hari ibunya bertanya tentang sebuah hukum, maka sang imam menjawab. Ternyata sang bunda tak sependapat, sambil berkata “ah kamu gak tahu apa-apa”, dan keluar.
Ternyata sang ibu bertanya pada ulama lain. Ulama tersebut diam-diam bertanya pada beliau perihal ibu imam Ahmad.
Maka sang imam berkata, “sampaikan hukumnya begini dan jangan katakan itu dariku.”
Imam Syafi’i bahkan tidak pernah makan bareng ibunya. Beliau selalu mendahulukan sang ibu sampai selesai. Karena beliau takut mengambil lauk yang diinginkan ibunya.
Nabi Muhammad sendiri pernah menjadikan sorban yang biasa digunakan di kepalanya untuk alas duduk ibu susunya.
Contoh bakti lain berasal dari imam Haiwah binti Syuraih.
Suatu hari saat imam Haiwah binti Syuraih mengajar di majelisnya, sang ibu memanggilnya, “Hai Haiwah, berdirilah! Berikan makan ayam-ayam dengan gandum.” Mendengar perintah ibunya, beliau langsung berdiri dan meninggalkan kelas.
Bayangkan! Itu seorang ulama lagi ngajar ilmu agama. Siapalah kita, cuma dosen metematika. Jangan sampai kita bawa gelar gubernur, lantas bersikap sombong pada ibu dan bapak.
Merendahkan diri bukan rendah diri, akhlak ini tidak terhina jika dilakukan demi mendapat ridha Allah. Dalam kata lain, ini adalah bentuk tawadhu.
5. Mendoakan Orang Tua
Terakhir, cara berbakti kepada orang tua adalah mendoakan ayah dan ibu, selagi hidup atau sudah meninggal. Ini termasuk berbakti dan ihsan. Soal mendoakan, biasanya ortu gak tahu, tapi hubungannya dengan Allah.
Tapi mendoakan dengan terang-terangan juga bagus, kalau dengan itu mereka menjadi senang. Doa adalah menaut cinta kepada Allah.
Kita ingin bersama keduanya sampai di surga. Kita tahu ortu pernah salah, kita rendahkan diri jangan merasa lebih hebat dari mereka. Kita ingin Allah memaafkan dan mengampuni ayah-ibu kita.
Allah berfirman:
وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
… dan katakanlah, “Ya Rabbku Allah, rahmatilah orang tuaku sebagaimana keduanya mendidikku sewaktu kecil”.
Semua dalil Quran pada poin berbakti yang belum saya cantumkan sumbernya, terdapat pada surat al-Isra ayat 23-24.
a. Parenting!
Sebenarnya doa tersebut sangat menarik. Perhatikan pada klausa “… sebagaimana keduanya mendidikku sewaktu kecil“.
Ini sebenarnya edukasi parenting buat kita sebagai orang tua. Kebetulan Anda baca ini, maka harus paham. Artinya, kalau mau dapat rahmat Allah, maka kita harus mendidik anak dengan rahmat juga.
Kalau Anda durhaka pada buah hati, ingatlah kelak anak-anak akan durhaka pada orang tuanya yang tidak lain adalah kita.
Tapi Ingat! Jangan dipake ayat ini sebagai dalih “pantes saya begini, gara-gara bapak-ibu” kalau beneran mau jadi anak berbakti. Jangan-jangan anak kita jadi bandel akibat menyalahkan orang tua.
b. Bacaan Istighfar untuk Diri Sendiri dan Orang Tua
Sebenarnya banyak sekali doa kita untuk orang tua, seperti doa panjang umur, kesehatan, keberkahan ilmu dan amal; Ingat! Kalau minta umur panjang, jangan lupa minta istiqomah.
Tapi, yang gak kalah penting adalah minta rahmat Allah dan ampunan untuk orang tua (istighfar).
Berdoa boleh pake bahasa Indonesia atau daerah. Boleh doa yang biasa kita hafal sejak kecil. Itu ulama ngambilnya dari al-Quran juga kok. Tapi, kalau mau murni dari firman Allah, pastinya recommended banget.
رَّبِّ ٱغۡفِرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيَّ وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Robbigh firli wa li waalidaya warham huma kama robbayani shogiroo
Ya Allah Rabb, ku memohon ampun untuk diriku dan orang tuaku, serta sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayingiku sewaktu kecil.
1) Doa Umur 40 Tahun
Berikut doa bagus banget untuk orang 40 tahun agar direnungi. Ayat ini aslinya panjang. Silakan buka Quran, di sana juga disinggung tentang kemuliaan ibu dan keharusan berbuat ihsan bagi seorang anak.
رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ وَأَصۡلِحۡ لِي فِي ذُرِّيَّتِيٓ إِنِّي تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَإِنِّي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
Ya Allah, bimbinglah aku untuk bersyukur atas nikmat-Mu yang telah Engkau berikan padaku dan orang tuaku, agar aku beramal shaleh yang engkau ridhai, serta aku mohon kebaikan pada anak keturunanku. Sungguh aku bertaubat kepada-Mu dan berserah diri. (al-Ahqaf: 15)
Sekali lagi diingatkan, bakti kita kepada orang tua berkaitan dengan bakti anak kita nantinya.
2) Doa Nabi Nuh
رَّبِّ ٱغۡفِرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيۡتِيَ مُؤۡمِنٗا وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۖ
Ya Allah, ampunilah aku, orang tuaku dan setiap mukmin yang masuk kerumahku, serta seluruh orang-orang beriman. (Nuh: 28)
Nabi Nuh adalah sosok tangguh, 950 tahun berdakwah. Beliau pasti mengamalkan birrul walidain. Tapi, kita membaca bagaimana salah seorang putranya durhaka.
Apa salah beliau? Bukan. Tapi yang penting, beliau sudah berusaha. Sekarang saatnya kita usaha birrul walidain dan mendidik anak. Serahkan hasilnya pada Allah.
3) Doa Nabi Sulaiman
رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ وَأَدۡخِلۡنِي بِرَحۡمَتِكَ فِي عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ
Ya Rabb, bimbinglah aku untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Engkau berikan kepadaku dan orang tuaku, agar aku senantiasa beramal shaleh yang Engkau ridhoi, serta masukkan aku dalam rahmat-Mu sebagai hamba yang shaleh. (al-Naml: 19)
Nabi Sulaiman bin Daud ini nabi, ayahnya juga. Mereka masih beristighfar memohon maaf dan ampun serta berusaha bersyukur dengan amal shaleh.
Penutup dan Kesimpulan
- Berbakti kepada orang tua dikenal dengan istilah birrul walidain dalam agama Islam.
- Birrul walidain hukumnya wajib.
- Ada hubungan erat antara bakti kita terhadap orang tua dan bakti anak kepada kita.
- Kalau Anda seorang anak yang ingin berbakti, mulailah dari 5 cara ini. Kalau Anda orang tua yang ingin punya anak berbakti, penuhi pendidikannya dengan cara ini:
- Ihsan
- Menjaga lisan
- Sampaikan yang baik
- Tawadhu aka rendah hati
- Mendoakan
- Ihsan artinya berbuat sebaik mungkin, ada atau tidak orang tua, dilihat maupun tidak.
- Banyak belajarlah dari para nabi dan rasul karena mereka contoh terbaik.
Terakhir, penulis mohon didoakan agar menjadi anak yang benar birrul walidain.