Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Hadits qudsi adalah periwayatan nabi Muhammad terhadap firman Allah subhanahu wa ta’ala. Setidaknya, demikian pengertian al-hadits al-qudsi termudah yang bisa kita pahami.
Ringkasnya menurut istilah, Hadits qudsi adalah hadits yang disanadkan Rasulullah kepada Allah.
Sebagaimana telah kita ketahui dalam ilmu syariat, al-Hadits adalah sabda dan perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat.
Adapun kata “Qudsi” menurut bahasa berarti “suci nan mulia”. Diambil dari kata القدس.
Digunakan sebagai tambahan penjelas untuk pengagungan terhadap sumber utama hadits tersebut, yakni Allah al-Quddus; Di samping untuk membedakan antara hadist biasa dan hadits qudsi.
Levelnya berada antara al-Quran dan hadits nabawi. Terkadang juga disebut hadits rabbani dan hadits ilahi. Biasanya, hadits qudsi berisi pelajaran, dzikir, dan pesan keagungan, kemuliaan dan keeksklusifan Allah dari selain-Nya. Jarang sekali berisi tentang hukum syariat.
Contoh saja hadits qudsi tentang al-fatihah, isinya pun tentang Allah dan hamba.
Ciri hadits qudsi biasanya tampak pada format penyampaiannya, contoh :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه عز وجل
- Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meriwayatkan dari Rabb azza wa jalla.
قال الله تعالى فيما رواه عنه رسول الله صلى الله عليه وسلم
- Allah ta’ala berfirman melalui lisan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
قال النبي صلى الله عليه وسلم : يقول الله تعالى
- Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Allah bersabda …”
A. Apakah Hadits Qudsi Pasti Benar?
Meskipun bergelar “qudsi”, tidak semua hadits qudsi pasti benar, valid, shahih. Terkadang, ada yang dhaif, ada juga yang palsu. Status ini dipengaruhi oleh sanad yang mengikuti riwayat hadits tersebut.
Sebagaimana kita telah singgung di atas, qudsi itu hanya penjelas.
B. Perbedaan al-Quran dan Hadits Qudsi
Secara umum perbedaan al-Quran dan hadist terdapat pada siapa sumber utama redaksinya, Quran dari Allah, sementara hadits oleh Rasul.
Adapun perbedaan hadits qudsi dengan Alquran diantaranya:
- al-Quran dikaitkan kepada Allah secara langsung dari sisi makna dan lafalnya. Hadits qudsi, maknanya dari Allah dan lafal dari nabi Muhammad.
- al-Quran bernilai ibadah saat dibaca di dalam maupun di luar shalat. Sementara hadist qudsi tidak boleh dibaca dalam shalat dan membacanya tidak memiliki nilai pahala secara khusus.
- al-Quran diturunkan berangsur-angsur, hadist qudsi tidak dan jumlahnya tidak buuaanyak.
- al-Quran dihafal oleh banyak sahabat dan disampaikan ke banyak orang. Sementara hadist qudsi, sebagianya berstatus hadits Ahad, tidak mesti diajarkan kepada semua orang, seperlunya saja.
Baca Juga: Sejarah Penghimpunan al-Quran
C. Perbedaan Hadits Qudsi dan Nabawi
Sebagaimana telah kita baca, hadits menurut sumbernya terbagi 2.
- Hadits nabawi bersumber pada Rasulullah; Bisa berupa ucapan, perbuatan dan keputusan sikap. Diamnya Beliaupun diriwayatkan oleh sahabat dan termasuk kategori hadist. Untuk lebih lengkapnya, silakan baca artikel Pengertian Matan dan Sanad Hadits.
- Hadits qudsi lebih khusus, bersumber dari Allah secara makna, redaksinya dari nabi Muhammad.
- Hadits qudsi bersanad sampai kepada Allah, hadits nabawi bersanad sampai Rasul saja.
D. Contoh Hadits Qudsi
Menurut Ibnu Hajar al-Haitami, jumlah hadits qudsi melebihi 100. Bahkan ada yang mengatakan, hampir seribu. Di sini kita hanya tampilkan contohnya saja:
1. Hadits Qudsi Tentang Pahala Puasa
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ: فَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ، إِلَّا الصِّيَامَ هُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، إِنَّهُ يَتْرُكُ الطَّعَامَ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي، وَيَتْرُكُ الشَّرَابَ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي، فَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Allah berfirman, ‘Setiap amal manusia adalah untuk dirinya sendiri; Satu diganjar sepuluh kebaikan hingga 700x lipat, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan aku sendiri yang akan me-reward-nya. Dia meninggalkan makan dan syahwatnya karena-Ku. Dia meninggalkan minum dan syahwatnya karena-Ku. Dia untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.'” (Riwayat al-Darimi).
2. Hadits Qudsi Tentang Nabi Yunus
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ، قَالَ: لَا يَنْبَغِي لِعَبْدٍ أَنْ يَقُولَ: إِنَّهُ خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ مَتَّى
Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- meriwayatkan dari Rabbnya (Allah), “Tidak pantas bagi seorang hamba berkata, ‘saya lebih baik dari Yunus bin Matta‘” (Riwayat al-Bukhari)
3. Hadits Qudsi Tentang Allah
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Umar bin Hafsh telah menyampaikan dari ayahnya > A’masy > Abu Shalih > dari Abu Hurairah –radhiallahu anhu- “Nabi bersabda, Allah berfirman, ‘Aku bersama prasangka hamba-Ku dan Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingatku, Aku ingat padanya. Jika dia menyebut diri-Ku di publik, Aku sebut dirinya di publik yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat pada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya selengan. Kalau dia mendekat pada-Ku selengan, maka Aku mendekat padanya sedepa. Kalau dia berjalan menuju-Ku, Aku berlari menujunya.'” (al-Bukhari)
E. Penutup
Ada sejumlah perbedaan antara al-Quran, hadits qudsi dan hadits nabawi. Ketiganya tak sama, bahkan perbedaan itu terasa pada gaya bahasanya.