Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Kebutuhan akan nama sebagai sebuah identitas diri menjadi penting di era global. Personal branding butuh nama, perusahaan bisinis perlu merek dagang, channel Youtube harus punya unique ID. Pun bayi manusia.
Maka, jangan heran jika belakangan bermunculan nama-nama anak, kuliner, startup, kafe yang nyentrik dan kadang juga lebay. Kita bisa tahu hal itu dari seberapa langka nama tersebut di masyarakat.
Maklum, saking bingungnya cari nama yang keren nan trendy.
Tak sedikit pula yang kemudian mengadopsi nama tokoh fiksi, seleb, atau gabungan initial. Seolah nama tak punya arti selain nominal duniawi, menarik dan terkenal.
Padahal, nama adalah identitas utama seseorang atau sesuatu. Mestinya, jangan diremehkan. Selain branding, nama juga bisa jadi alat propaganda.
Karena nama bisa menunjukkan sesuatu atau mengajak kepada sesuatu.
A. Arti Nama dalam Islam
Jauh sebelum Shakespeare mengatakan, “apalah arti sebuah nama?”, orang-orang Islam sudah lebih dulu meyakini bahwa nama adalah doa dan harapan, bahkan motivasi. Karena nama tidak hanya sebuah panggilan di dunia, tapi juga akhirat.
Rasullullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﺗُﺪْﻋَﻮْﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺑِﺄَﺳْﻤَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺳْﻤَﺎﺀِ ﺁﺑَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻓَﺄَﺣْﺴِﻨُﻮﺍ ﺃَﺳْﻤَﺎﺀَﻛُﻢْ
“Kalian sungguh akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak kalian. Maka perindahlah nama kalian”. (Abu Dawud & Al-Baihaqi)
فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانُوا يُسَمُّونَهُ بِهَا فِى الدُّنْيَا … فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانَ يُسَمَّى بِهَا فِى الدُّنْيَا
(Ahmad dan Ibnu Majah)
Bahkan, dalam sebuah riwayat hadits dikatakan; saat arwah keluar dari jasad (baca. mati), ia akan dibawa ke langit. Di sana, malaikat yang membawa arwah tersebut akan ditanya, “ruh siapa yang kau bawa?”
Jika arwah itu baik selama hidup, ia akan dipanggil dengan nama terbaiknya, “Ini fulan anak fulan.” Sebaliknya, yang buruk akan disebut dengan panggilan terburuknya, “Ini ******** bin fulan”.
Dari dua hadits di atas, kita dianjurkan memilih nama, panggilan, julukan yang baik. Untuk diri sendiri maupun orang lain.
B. Perintah atas Nama yang Baik
Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah bersabda:
من وُلِد له مولودٌ فليُحسنْ أدبَه واسمَه
Siapa saja yang dikaruniakan seorang anak, hendaklah memperindah adab dan namanya… (al-Sakhowi)
Dalam kitab Tanbih ul-Ghafilin dikisahkan;
Suatu ketika, seorang lelaki mengadukan kedurhakaan putranya kepada Umar bin Khattab -radhiyallahu anhu-. Umar pun langsung memperingatkan anak tersebut.
Tapi kemudian si anak menyanggah dengan ucapan, “Wahai amirul mu’minin, bukankah seorang anak memiliki hak atas ayahnya?”
Umar menjawab, “Benar”.
“Hak apakah itu, wahai amirul mu’minin?” Kejar anak itu lagi.
Umar menjawab, “Memilihkan ibu yang shalihah, memberikan nama yang baik dan mengajarkannya al-Qur’an”.
Dari penyataan ini kita melihat sebuah kepentingan parenting.
Tentu suatu saat anak akan bertanya kepada ayah-ibunya, “kenapa aku diberi nama …?” atau “apa arti namaku?”.
Maka segera tangkap moment sangat berharga ini. Orang tua bisa bicara panjang-lebar tentang sebuah teladan, cita-cita, konsep dsb.
Baca juga: Cara Berbakti Pada Orang Tua
Bayangkan, jika nama si anak adalah Muhammad. Lalu dia menangkap pesan-pesan di dalamnya, sambil berkata “aku mau jadi seperti nabi Muhammad, yah!”.
Kesadaran itu akan membawanya sampai dewasa di masyarakat, karena nama tidak pernah berubah.
Bukankah perusahaan teknologi besar seperti Apple Inc. diambil dari nama buah? Tapi bukan sembarang buah.
Perlu diketahui, dalam pemahaman Kristen; apel adalah buah pengetahuan yang kemudian menjadikan Adam jenius melebihi para angel.
Konsep inilah yang kemudian dibawa Steve Jobs dalam mengantar merek Apple untuk dikenal sebagai produsen handphone & laptop inovatif serta prestisius.
1. Arti Nama Nabi Muhammad
Di antara contoh nama terbaik adalah nama Rasul kita, nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Ini nama spesial, Allah sendiri yang berikan. Terbukti, tidak ada manusia sebelum Beliau yang punya nama “Muhammad” atau “Ahmad”.
Arti | Tulisan Latin | Tulisan Arab |
---|---|---|
Orang yang terpuji | Muhammad | محمد |
Paling terpuji atau pantas mendapat pujian | Ahmad | أحمد |
2. Bad Nicknames
Sebagimana perlunya nama atau julukan yang baik, maka hukum sebaliknya pun berlaku; memanggil dengan julukan yang jelek adalah terlarang dalam Islam. Allah berfirman:
… وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ …
… dan janganlah kalian memanggil dengan julukan yang mencela… (al-Hujarat: 11)
Pada potongan ayat di atas terdapat sejumlah tafsiran:
- Menurut Tafsir Muyassar, yang dimaksud adalah panggilan yang dibenci.
- Menurut Tafsir Mukhtashar; nama panggilan yang tidak disuka.
- Berdasarkan Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir; maksudnya adalah julukan yang buruk yang dapat membuat marah orang yang dijuluki.
Dengan ini, sebagai orang beriman; kita dilarang menggelari atau memanggil orang dengan nama tak pantas.
Baca juga: Ngobrol Bareng Anak Soal Zina
C. Larangan Nama Bermakna Buruk
Selain julukan atau nama yang berkesan menghina, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang nama-nama yang maknanya tidak baik dalam konteks keislaman. Beliau sersabda:
ﺃَﺧْﻨَﻰ ﺍﻷَﺳْﻤَﺎﺀِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺭَﺟُﻞٌ ﺗَﺴَﻤَّﻰ ﻣَﻠِﻚَ ﺍﻷَﻣْﻼَﻙِ
“Nama paling keji di sisi Allah pada hari Kiamat ‘Malikal Amlaak’ (king of kings).” (al-Bukhari dan Muslim)
Sekilas, nama Malikal Amlaak memang terkesan keren; Rajadiraja, Rajanya para raja.
Tapi jika merujuk pada al-Quran dan as-Sunnah, nama ini justru melanggar batas keimanan bahwa Allah lah raja sejati di atas segala raja.
Dalam hal ini, nama tidak boleh mengandung pelanggaran syariat seperti: kufur, syirik, sombong dan maksiat. Contoh:
- Abdus-Syam “hamba matahari”: Nama ini mengandung kesyirikan, karena kita hamba Allah, bukan selainnya.
- Buah Khuldi “keabadian”: Ini nama recommended by Iblis. Semoga tidak ada yang mengikuti, misalnya bakso Khuldi, pecel Keabadian dll.
1. Ganti Nama
Kadang, seseorang tidak paham makna atau arti nama dirinya. Maka bagi yang baru tahu bahwa namanya bermakna negatif, dianjurkan merubahnya dengan nama yang punya arti positif.
Dari ibunda ‘Aisyah binti Abu Bakar radhiallahu ‘anhumaa,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُغَيِّرُ الاِسْمَ الْقَبِيحَ
“Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- biasa mengganti (mengubah) nama yang jelek.” (al-Tirmidzi)
Di sini sifatnya umum. Tidak melulu nama orang, bisa apa saja. Dulu, Madinah bernama Yatsrib, kemudian berubah menjadi Madinah dan Tayyibah setelah nabi datang.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
ﺃَﻥَّ ﺍﺑْﻨَﺔً ﻟِﻌُﻤَﺮَ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻳُﻘَﺎﻝُ ﻟَﻬَﺎ ﻋَﺎﺻِﻴَﺔُ ﻓَﺴَﻤَّﺎﻫَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﺟَﻤِﻴﻠَﺔَ
“Salah satu putri Umar bin Khattab (di zaman jahiliyah) ada yang diberi nama Ashiyah ‘wanita pembangkang’ Kemudian diganti oleh Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjadi Jamilah ‘cantik’.” (Ahmad & Muslim)
Contoh lain dari kasus serupa adalah nama cucu Nabi, al-Hasan. Dikisahkan, ketika dilahirkan, beliau diberi nama Harb “perang”. Kemudian Rasul menggantinya dengan Hasan “baik, bagus”. (Riwayat dari hadits shahih)
Begitulah arti nama dalam Islam dan ketentuannya dalam syariat. Setiap nama mesti punya makna, karena di sana ada doa, harapan, motivasi bahkan dakwah.
Daftar Pustaka
- Al-Quran
- Al-Hadits
- Adnan Hasan Shalih Baharits, Masuliyatul Abb al-Muslim fii Tarbiyatil Walad fii Marhalatil Tufulah.
- al-maktaba.org/book/10488/111
- Al-Mu’jam al-Washith
- Bekal Islam, Al-Kamus
- hidayatullah.com/kajian/jendela-keluarga/read/2013/06/26/66698/inilah-hak-hak-anak-yang-wajib-dipahami-calon-suami.html
- kisahmuslim.com/5416-kami-namai-anak-kami-untuk-para-musuh.html
- muslim.or.id/45562-katanya-apalah-arti-sebuah-nama.html
- republika.co.id/berita/senggang/unik/10/12/04/150635-nama-dan-status-sosial-adakah-hubungannya-