Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Ricahrd Dawkin, ilmuan kebanggaan orang-orang ateis pernah jadi bahan lelucon ketika dia berkata:
“Semesta ada dari ketiadaan, dan saya akan menjelaskan tentang ketiadaan itu bagaimana membentuk kehidupan.”
Tentu para hadirin tertawa.
Bagaimana mungkin dia mau menjelaskan “Ketiadaan”?
Bukankah yang demikian itu statemen yang parokial!
Menjelaskan sesuatu yang tidak ada, artinya dia hendak menjelaskan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.
A. Konsep Teologi Islam dalam al-Ikhlas
Sejak lama orang-orang Ateis memandang bahwa kepercayaan pada tuhan-tuhan hanyalah kepalsuan yang dibuat oleh manusia berdasarkan persepsi mereka sendiri, maka ada pameo “kalaupun singa bisa menggambar tentu singa akan menggambar wujud tuhan dalam rupa singa”.
Tapi konsep Tuhan/Theos dalam Islam adalah menghapus, mengkufuri, menafikan, dan meniadakan semua imajinasi dan persepsi manusia tentang Tuhan, dan menetapkan bahwa Konsep Tuhan hanyalah Konsep yang Tuhan sendiri katakan tentang diri-Nya.
1. Tauhid
Dalam agama Islam, Tuhan menyatakan tentang diri-Nya bahwa Dia itu Ahad, Satu, Tunggal, Esa.
Manusia yang mengkonsep banyak tuhan atau politeisme hancurlah konsepsinya. Allah befirman dalam surat al-Ikhlas;
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah, “Allah itu Esa”.
Jelas, dalam Islam bahwa Allah satu-satunya Tuhan. Tidak berbilang. Kalimat ini tidak ambigu, tidak bersayap dan tidak bisa ditafsirkan ke manapun. Islam juga tidak mengenal konsep tunggal dalam berbilang dan berbilang dalam tunggal.
2. Khaliq Tidak Butuh Makhluk
Allah juga mengatakan bahwa diri-Nya adalah Dzat yang kepada-Nya segala sesuatu bergantung.
Maka hancurlah konsep tuhan buatan manusia yang menuhankan nabi Isa atau Fir’aun. Karena keduanya butuh pada makanan, udara, air dan semak belukar untuk buang hajat. Allah befirman;
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ
Allah tempat bergantung.
Allah tempat berharap dan meminta. Sehebat apapun manusia, tetap butuh terhadap ciptaan-Nya yang lain. Tapi Allah tidak butuh terhadap apapun sama sekali.
3. Bebas Kausalitas
Dalam konsep Islam, Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
Dengan ini hancurlah konsep tuhan buatan manusia yang menyatakan tuhan punya nasab silsilah atau alam ini residu dari perbuatan tuhan. Allah berfirman;
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
Lebih jauh, Tuhan dalam Islam tidak memunculkan sesuatu secara tidak sengaja, misalnya; Tuhan batuk kemudian terlahir petir, Tuhan bersin terciptalah badai, samudra adalah air mata Tuhan.
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Kami ciptakan segala sesuatu dengan ketentuan. (al-Qamar: 49)
4. Unik Absolut
Tuhan juga mengatakan bahwa tidak ada sesuatu pun besar maupun kecil yang menyerupai atau menyamai diri-Nya atau kekuasaan-Nya.
Bagian ini menjadi tombol delete bagi seluruh konsep Tuhan buatan manusia yang menyangka Tuhan bisa menjadi manusia, tuhan disketsakan dalam purwarupa patung dan sebagainya. Allah berfirman;
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Tidak ada yang setara dengan-Nya.
Dalam ayat lain, Allah berfirman;
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengannya. (al-Syura: 11)
B. Konklusi
Tuhan adalah Tuhan. Tuhan tidak dapat digambarkan oleh ciptaannya. Ada lebih dari 7 miliar manusia bumi. Kalau semua orang berimajinasi, lantas gambar mana yang benar?
Tentunya juga Tuhan tidak ingin dipersepsikan salah dan disembah dengan cara yang salah(semedi, sesajen dll), “saya suka Ayam, pasti Tuhan juga suka, saya persembahkan saja Ayam”. Ini bukan agama.
Kalaupun dianggap sebagai agama, tidak lepas dari pandangan kaum Ateis terhadap konsep Tuhan di awal.
Untuk itu Allah menurunkan deskripsi tentang diri-Nya dan menurunkan Tata Cara untuk menyembah-Nya melalui al-Quran yang dibawa oleh nabi Muhammad.
C. Penutup
Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam bukanlah yang mengarang atau menulis al-Quran.
Muhammad sama sekali tidak pernah sekalipun terbukti memiliki catatan penelitian, riset ataupun jurnal, untuk modal menyusun al-Quran, yang memuat informasi sejarah masa lalu, sains, hukum-hukum dan prediksi masa depan.
Selain buta baca-tulis, Muhammad sholallahu ‘alaihi wassalam sepanjang menderita tuduhan sebagai pengarang al-Quran tidak pernah sekalipun ada individu yang mengaku mengajari Muhammad baca-tulis, atau sejarah atau sains.
Jika ada, tentu Abu Lahab dan Abu Jahal akan sangat bersemangat membayar mahal orang itu untuk khutbah ditengah-tengah Quraisy bahwa dia lah yang mengajar Muhammad al-Quran. Tapi tidak ada.
Muhammad juga tidak punya rekam jejak cacat integritas sepajang sejarah hidupnya, tidak pernah terbukti berbohong atau menipu untuk memiliki harta orang lain, maka Muhammad dipercayai musuh-musuhnya untuk menjaga harta mereka. Aneh memang.
Kita semua Tahu, sepintar apapun mahasiswa, ketika menulis disertasi atau thesis, Dosen Pembimbing banyak memberikan revisi dan catatan.
Sekedar menulis cerita pendek, atau puisi atau pantun saja, kita beberapa kali merevisinya, menyesuaikan diksi, rima, tema, majas dan amanatnya.
Sekedar mengetik komentar, kadang kita meralat dan mengeditnya.
Mereka yang menuduh nabi Muhammad mengarang al-Quran harus percaya bahwa Muhammad manusia super jenius yang mampu merangkai 6236 ayat, mengoreksi fakta-fakta sains dan distorsi sejarah dari kitab-kitab sebelumnya, bicara hukum, botani, biologi, geologi, embriologi dan lainya begitu presisi akurat, valid, sekali tulis tanpa revisi apapun.
Baca juga: Fakta Perbedaan Kisah Nabi Yusuf dan Musa dan Quran
Tapi faktanya Nabi Muhammad buta baca-tulis, tidak ditemukan selembar catatan pun di rumahnya, atau coretan, atau rumus-rumus matematika atau lainya sebagai bahan untuk menyusun al-Quran.