Blog Openulis

Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.

Demokrasi dan politik uang

Demokrasi: Yang Penting Makan, bukan Gagasan!

Mereka perlu tahu

Demokrasi Bebas dengan proses pemilihan umum, pilkada, pileg di era redupnya gairah ilmiah akan memenangkan capres dan caleg populer daripada kandidat dengan standar meritokrasi.

Apa itu meritokrasi?

Sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan popularitas, tampang, nasab, kekayaan, senioritas, dll.

Ini terjadi di Amerika Serikat saat Donald Trump menang. Begitu juga di Filipina saat anak diktator Marcos menang pemilu.

Jangan heran jika biduan dan komedian lebih dipilih masyarakat daripada ilmuwan dan cendekiawan yang tidak terkenal.

Jika kita terobsesi dengan kualitas, kita akan mudah kecewa di tengah demokrasi macam ini. Karena yang diadu adalah popularitas bukan kualitas. Maka yang dipandang juru kampanye terbaik di saat itu adalah selebritis dan influencer. Bukan akademisi.

Karena gagasan, bagi sebagian orang adalah arogansi intelektual dan sok pintar.

Materi kampanye terbaik bukan lagi dialog atau audiensi yang terlihat abstrak. Tapi sesuatu yang konkret : bansos dan dana aspirasi.

Itulah mengapa petahana atau calon yang diusung incumbent lebih berpeluang untuk menang. Ada peran logistik di sini.

Orang lapar jangan diajak berpikir. Mereka butuh sesuatu yang kongkret, beneran nyata, bisa dilihat dan diraba : sembako atau uang bensin.

Ada mahfuzhat yang berbunyi :

لا تشاور من ليس في بيته دقيق

“Jangan bermusyawarah dengan orang yang tidak memiliki gandum di rumahnya (Jangan berembuk dengan orang lapar).”

Apakah kita masih percaya permusyawaratan Pancasila?

Mereka perlu tahu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *