Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Penerjemahan adalah mengalihkan makna dan ide dari bahasa sumber (BSU) ke dalam bahasa sasaran (BSA). Sebagaimana penerjemahan kitab Matan Goyah yang berbahasa Arab ke bahasa Indonesia, yang pernah kami tulis.
Arab sebagai BSU (bahasa pertama) dan Indonesia sebagai BSA (bahasa kedua) atau sebaliknya.
Pengalihan ini dilakukan dari bentuk bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantis tenpa mengubah makna.
Menerjemahkan adalah proses mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber (TSU), menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya, mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dengan BSA dan konteks budayanya.
Ada sangkaan bahwa siapa yang tahu dua bahasa atau lebih, mampu menerjemahkan teks dengan baik. Anggapan itu belum tentu benar karena selain menguasai bahasa, penerjemah yang mahir dan baik harus memenuhi syarat berikut:
- Mengenal seluk beluk penggunaan BSU dari segi kosa kata, tata bahasa dan gaya bahasanya.
- Menguasai BSA sebagai bahasa kedua, termasuk konsep dan budayanya.
- Memahami konteks, subyek atau pokok bahasan yang akan diterjemahkan.
Untuk menjawab persoalan tersebut, kemampuan seorang penerjemah dituntut terus meningkat agar dapat memberikan hasil terjemahan terbaik, karena baik tidaknya hasil suatu terjemahan sangat ditentukan oleh kemampuan penerjemahnya.
Untuk terjemah Arab-Indonesia, tentunya diperlukan penguasaan Bahasa Arab yang memadai dan mampu mencari padanan dalam Bahasa Indonesia.
Namun, penguasaan bahasa saja tidaklah cukup. Setidaknya harus dibarengi dengan pengetahuan luas terkait budaya di negara asal bahasa tersebut. Lebih-lebih Bahasa Arab yang bukan hanya bahasa satu negara, tapi juga anak asuh Agama Islam.
A. Metode dan Strategi Penerjemahan
Setidaknya ada 2 strategi dalam menerjemahkan:
a. Penyerapan istilah asing, contoh: Police = بوليس
b. Penerjemahan istilah secara langsung dapat dilakukan melalui proses terjemah berdasarkan kesesuaian makna tetapi bentuknya berbeda. Lihat contoh berikut:
- kotak suara = صندوق الاقتراء
- tidur sebentar = نومة
Perhatikan dua istilah di atas, jumlah kata dari hasih terjemahan tidak mesti sama seperti jumlah kata dalam teks sumber.
Suatu istilah juga dapat dibentuk melalui proses terjemah berdasarkan kesesuaian makna dan bentuknya, seperti: prime minister = رئيس الوزراء
B. Metode Penerjemahan Diagram V Newmark
Menurut Newmark, terjemahan dibagi kedalam 2 kelompok menurut kecenderungannya terhadap BSU atau BSA. Adapun penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber ada 4:
1. Kata per Kata (Word For Word Translation)
Penerjemahan jenis ini dianggap paling dekat dengan bahasa sumber dan sifat interliner, yakni meletakkan makna bahasa sasaran langsung di bawah versi bahasa sumber.
Urutan kata dalam teks bahasa sumber tetap dipertahankan, setiap katanya diterjemahkan menurut makna dasar dalam kamus, diluar konteks. Istilah dan ungkapan yang bermuatan budaya diterjemahkan atau dipindahkan apa adanya.
Terjemahan kata demi kata berguna untuk memahami mekanisme bahasa sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan.
Contoh: ذَهَبَ مُحَمَّدٌ إِلَى الْمَدْرَسَةِ أَمْسِ
Apabila kalimat tersebut diterjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa Indonesia, maka hasilnya adalah
Telah pergi Muhammad ke sekolah kemarin.
Terjemahan ini terkesan kaku dan tidak sesuai dengan sistem kaidah yang berlaku dalam Tata Bahasa Indonesia.
2. Harfiah (Literal Translation)
Dalam penerjemahan ini struktur gramatikal bahasa sumber dicarikan padanannya yang terdekat dalam bahasa sasaran, sedangkan kata-kata atau penerjemahan leksikalnya diterjemahkan di luar konteks.
Dalam proses penerjemahan awal, jenis penerjemahan ini dapat membantu melihat masalah yang perlu diatasi.
Contoh: وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً إِلَى عُنُقِكَ
Artinya: Janganlah biarkan tanganmu terbelenggu pada lehermu.
Membuat tangan terbelenggu pada leher berarti “kikir”.
Arti secara harfiah: Jangan kikir.
3. Setia (Faithful Translation)
Metode ini sedikit lebih bebas dibanding penerjemahan harfiah, karena penerjemahan ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber.
Karena ada upaya untuk benar-benar setia pada maksud dan tujuan BSU, sehingga masih terkesan kaku.
Contoh: هُوَ كَثِيْرُ الرَّمَادِ
Dalam Penerjemahan Kata per Kata, ungkapan di atas di artikan:
Dia banyak abunya.
Jika diartikan dengan Penerjemahan Setia, maka hasil terjemahannya adalah:
Ia adalah seorang yang dermawan karena banyak abunya.
Banyak abu dalam budaya arab berarti banyak memasak karena banyak kedatangan tamu.
Dari terjemahan ini terlihat bahwa penerjemah berupaya untuk tetap setia pada BSU, meskipun sudah terlihat ada upaya untuk mereproduksi makna kontekstual.
Kesetiaan tersebut tampak pada adanya upaya untuk tetap mempertahankan ungkapan metaforis yang tersurat dalam teks aslinya.
4. Semantik (Semantic Translation)
Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, dan kreaktif dalam batas kewajiban.
Selain itu penerjemahan setia sifatnya masih terikat dengan bahasa sumber, sedangkan penerjemahan semantik lebih luwes dan fleksibel.
Contoh: هُوَ كّثِيْرُ الرَّمَادِ
Apabila diterjemahkan secara semantik maka hasil terjemahannya adalah:
Dia orang yang dermawan.
Selanjutnya adalah 4 metode penerjemahan yang lebih berorientasi pada bahasa sasaran.
Dalam hal ini penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relatif sama dengan yang diharapkan oleh penulis asli terhadap pembaca versi bahasa sasaran.
1. Saduran (Adaptation)
Metode ini merupakan bentuk penerjemahan paling bebas dan terdekat ke bahasa sasaran.
Umumnya jenis ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi dimana tema, karakter dan alur biasanya dipertahankan, tetapi dalam penerjemahannya terjadi peralihan budaya bahasa sumber ke budaya bahasa sasaran dan teks aslinya ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam bahasa sasaran.
2. Bebas (Free Translation)
Metode ini bertujuan mereproduksi isi pesan bahasa sumber, tetapi dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.
Dengan demikian ada penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosa kata sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai dalam bahasa sasaran.
Contoh: سبق السيف الأدلي
Secara Setia ungkapan di atas berarti: S
Udah terlanjur pedang terhunus
Tapi, ketika diaplikasikan kedalam Penerjemahan Bebas maknanya lebih mudah diserap:
Nasi sudah menjadi bubur
3. Idiomatik (Idiomatic Translation)
Metode ini bertujuan mereproduksi pesan bahasa sumber, tetapi dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.
Dengan demikian ada penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosa kata sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai dalam bahasa sasaran.
Contoh: اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِن اليَدِ السُّفْلَى
Secara Kata per Kata diterjemahkan:
Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah
Menggunakan Idiomatik, diterjemahkan:
Memberi lebih baik dari pada menerima
4. Komunikatif (Communicative Translation)
Berusaha mereproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isinya langsung dapat dimengerti oleh pembaca.
Metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Dengan demikian, bahasa sumber dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi bahasa sasaran sesuai dengan prinsip-prinsip di atas.
Contoh: اَلْحَيُّ الْمَنَوِي
Diterjemahkan: “Spermatozoon” untuk para ahli biomedik. Untuk khalayak pembaca umum diterjemahkan dengan “Air Mani”.
Komunikatif Inilah metode penerjemahan Newmark terbaik. Bersambung… Terjemah Bahasa Arab Istilah Modern
Alhamdulillah sangat bermanfaat