Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Menikah adalah proses kompleks yang sangat melibatkan fisik, pikiran, mental, perasaan dan keberanian dalam menempuh kehidupan yang berbeda.
Saat itu seseorang mulai memvariasikan hidupnya dengan mencoba menjadi bagian dari hidup orang lain, dan menjalin hubungan yang berasaskan saling melengkapi untuk mencapai satu kebahagiaan yang ditempuh bersama-sama.
Di sebagian kebudayaan, menikah dan kawin di usia muda adalah hal yang tabu dan asing, apalagi di zaman modern ini. Di negara lain, justru sebaliknya. Remaja zaman now kalau belum punya pacar dan belum pernah berhubungan intim, GAK KEREN namanya.
Golongan pertama, lebih mementingkan karir yang belum tentu membahagiakannya dan membuat hidupnya lebih tenang. Kelompok kedua, terlalu bodoh melihat hubungan seksual sebatas bukti cinta dan kekinian.
Mereka berusaha mencari sebanyak-banyaknya kenikmatan dunia namun tanpa seseorang yang bisa diajak berbagi suka dan duka di sisinya.
Sebagian yang lain, mencoba untuk menyempurnakan kekayaannya dan berharap dengan banyaknya kekayaan ia akan lebih mudah menjalani rumah tangga.
Tentu, tidak ada salahnya menjalani karir, bekerja dan berusaha mendapatkan harta, namun mau sekaya apakah kita baru akan merasa siap untuk menikah?
Di sisi lain ada golongan masyarakat yang menunda pernikahan dengan alasan untuk mendewasakan diri terlebih dahulu.
Dengan alasan, ingin mendalami sifat dan karakter lawan jenis, agar lebih yakin dan mantab dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Untuk mereka, kembali kita ajukan pertanyaan di atas, mau sedewasa apakah dirimu, baru kau berani untuk menikah?
Padahal, survey membuktikan mayoritas orang pacaran itu menipu. Artinya, setelah menikah tidak sebaik dan sebagus waktu pacaran.
Ada lagi kenyataan bahwa sebagian paramedis berpendapat bahwa menikah di usia muda itu akan membahayakan sistem reproduksi wanita, dikarenakan sistem reproduksinya belum matang.
Kami katakan, “Pernyataan mereka itu hanya mengada-ngada!”1 Menstruasinya seorang gadis merupakan pertanda bahwa rahimnya telah siap menerima benih.
Mereka berkata bahwa usia ideal menikah adalah 25, 26, atau 27, dengan alasan, rahimnya telah lebih siap menerima janin, dan ia juga akan terhindar dari kanker rahim atau kanker serviks.
Sunggu merupakan alasan yang dibuat-buat.
Kami takut bahwa pernyataan yang mereka (ilmuan barat) keluarkan itu, hanya karena benci dengan banyaknya jumlah kaum muslimin seandainya umat Islam menikah di usia muda.
Maka, ketika Anda bertemu dengan seorang dokter yang pernyataannya sama dengan ilmuan-ilmuan barat tersebut, abaikan saja ucapannya.
Baiklah, sekarang kita akan membahas beberapa manfaat sosial dan medis yang akan didapat oleh seseorang jika ia memilih untuk menikah di usia muda, berikut ulasannya:
1. Romantis
Menikah adalah bukti cinta sejati. Ia adalah lambang dari romantisme yang hakiki.
Perlu diketahui muda-mudi yang suka tebar pesona sok romantis, supaya tidak ada lagi yang tertipu sama gombalan dan modus.
Jangan percaya kalau ada orang yang bilang cinta, kalau gak ada progres dari ucapannya. Buktikan, setidaknya dengan melamar.
Jangan tergoda hanya dengan puisi dan bunga, sebenarnya dia gak benar-benar punya rasa. Buktinya, dia gak pernah berikrar dan membawa mahar.
Tepat sekali jika Rasulullah -alaihis shalatu was salam- berkata, mengenai romantisme pernikahan ini:
لَمْ نَرَ – يُرَ- لِلْمُتَحَابِّينَ مِثْلُ النِّكَاحِ
“Tidak ada romantisme yang lebih indah bagi dua orang yang saling mencintai selian menikah.” (Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi dan dishahihkah oleh Albani)
2. Membangun Keseimbangan Awal
Usia muda adalah masa ketika gejolak jiwa mulai bertumbuh, dan merupakan masa dimana Anda butuh seseorang untuk menopang diri dan hidup agar masa depan kita lebih teratur, terarah, dan seimbang.
Adalah sangat bermanfaat ketika masa muda disibukkan dalam karir, meskipun lelah menghadapi kesulitan dan tantangan, namun selalu ada seseorang yang mendampingi Anda menghadapi itu semua.
Ia akan menjadi tempat mengungkapkan setiap keluh kesah yang Anda alami dalam hidup. Ia juga merupakan penerang ketika Anda mendapati jalan yang gelap lagi buntu.
3. Saat Terbaik Untuk Saling Menyesuaikan
Jika kita perhatikan, akhir-akhir ini di daerah perkotaan sangat marak perceraian, belum lagi perceraian ini dialami para selebritis kemudian disiarkan media.
Sebenarnya apakah yang menyebabkan hal ini bisa terjadi?
Pasalnya, banyak pemuda-pemudi yang ikutan alergi terhadap pernikahan sweet seventeen. Tentu saja berimbas pada jumlah remaja pacaran, segan menikah muda, takut sama orang tua, akibat minim kedewasaan, dengan alasan ingin mengenal calon pasangan terlebih dahulu.
Padahal, paling asyik mengenal pasangan itu setelah akad nikah. Toh pacaran diluar nikah tidak menjamin kita mengenal pasangan.
Buktinya, banyak orang dewasa yang bercerai meskipun sudah pacaran 5-10 tahun. Toh pacaran bisa berkedok, sok baik, sok rajin, pakai makeup.
Bayangkan sebaliknya, jika dua individu yang telah kuat dalam suatu prinsip, kemudian disatukan dalam rumah tangga.
Lantas ternyata setelah menikah ditemukan ketidak cocokan pada prinsip masing-masing, bukankah hal ini akan lebih mudah menghancurkan sebuah pernikahan?
Menikah di usia muda itu bagai membentuk sebuah adonan kue, Anda akan belajar bagaimana caranya untuk lebih saling mengerti dan memahami. Witing tresno jalaran soko kulino.
Menyesuaikan karakter akan lebih mudah dilakukan saat usia masih muda, karena suami-istri masih lebih terbuka untuk belajar. Shaleh Abdul Qudus berkata,
إن الغُصُونَ إِذا قَوَّمْتَها اعتدلْت # ولا يلينُ إِذا قَوَّمْتَهُ الخَشَبُ
Ranting muda itu mudah sekali diluruskan, jika kau mau. tidak sesulit dahan pohon tua yang kaku.
4. Mencari Pasangan Sempurna
Tidak sulit mencari pasangan yang sempurna. Selama kita tidak memperumit diri kita dengan bejibun kriteria.
Ketahuilah, ketika kesempurnaan adalah syarat sesorang boleh menikah, maka kita telah menjadi orang yang egois. Karena kita hanya menuntut orang lain, sedangkan diri sendiri tidak sempurna.
Dalam perjalanannya, rumah tangga tidak akan selalu indah seperti pengantin baru. Seiring dengan waktu, sifat asli pasangan pun akan kelihatan.
Yang awalnya sempurna bagi kita, sangat mungkin berubah menjadi sosok yang paling menjengkelkan di dunia.
Yang awalnya biasa-biasa saja, tidak menutup kemungkinan akan jadi lebih baik, bahkan membangun chemistry (baca: kemistri) terpendam hingga kita merasa “dialah jawaban atas doaku”.
Selama mengarungi bahtera rumah tangga, setiap pihak akan belajar bagaimana karakter yang disukai dan dibenci oleh pasangannya.
Hakikatnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah ﷻ. Karenanya, kalau mau pasangan sempurna harus dibangun di atas standar Rabbul Alamin yakni aqidah dan agama.
Perlu ditekankan, jangan karena kita berbicara tentang kesempurnaan, lantas kita berperinsip “gak sempurna gak apa” termasuk dalam hal agama.
5. Berjuang Menjaga Kesucian
Tak dapat dipungkiri, kebutuhan seksual adalah fitrah manusia yang harus terpenuhi. Siapa saja, pria atau wanita boleh mendapatkannya. Tentu saja melalui prosedur KUA, yakni penikahan yang sah menurut agama.
Makanya, Islam tidak pernah melarang siapapun untuk menikah. Mau itu ustadz, profesor, ulama, guru, pengurus masjid, semuanya boleh nikah tanpa terkecuali.
Dengan menikah muda, hasrat seksual akan lebih mudah diatasi. Tentu saja lebih melindungi diri dari maksiat kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu `alahi wassalam:
يا معشر الشباب ، من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر ، وأحصن للفرج ، ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء
Wahai para pemuda! Siapa saja di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka menikahlah, karena pernikahan itu dapat menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji (kemaluan). Siapa saja yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu perisai bagi dirinya. (al-Bukhari)
ٍSecara otomatis, melalui pernikahan potensi untuk melakukan maksiat akan berkurang. Jangankan zina, melamun saja sudah menjauhkan kita dari mengingat Allah, terlebih ngelamunin lawan jenis. Kalau sudah punya pasangan kan bisa ngelamunin suami/istri.
Dengan menikah, nilai ketakwaan kita di hadapan Allah juga bertambah. Secara tidak langsung, pernikahan menjaga diri kita sekaligus agama Islam.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
من تزوج فقد أحرز شطر دينه فليتق الله في الشطر الثاني
Siapa saja menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (Thabarani dan Hakim)
Meskipun hadits di atas dianggap dhaif atau hasan li ghairihi, tapi kandungan maknanya benar. Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumiddin berkomentar:
“Ini adalah isyarat tentang keutamaan menikah, dalam rangka melindungi diri dari penyimpangan, agar terhindar dari kerusakan. Karena pada umumnya yang sering merusak agama manusia adalah kemaluan dan perutnya. Dengan menikah, maka salah satunya telah terpenuhi.
Al-Qurthubi menlanjutkan:
“Makna hadits ini bahwa nikah akan melindungi orang dari zina.”
6. Kesiapan
Demi Allah! Orang yang menunggu untuk menjadi seseorang yang benar-benar sempurna baik di bidang agama, sosial, atau materi sama saja tidak mau menikah. Karena kesempurnaan adalah milik Allah.
Merupakan hal yang sangat terpuji jika seseorang berusaha semaksimal mungkin memantaskan dirinya agar kelak dapat menjadi orang yang ideal bagi pasangan hidupnya.
Sangatlah mulia seorang hamba yang belajar al-Quran, memahami Hadist, menguasai bahasa Arab, mencari kekayaan, dan memupuk kedewasaan sebagai persiapan menikah.
Namun sangat disayangkan, jika kemapanan harta dan jenjang pendidikan dijadikan alasan untuk menunda pernikahan atau menolak nikah muda.
Apalagi dianggap sebagai satu-satunya kunci sukses berumahtangga.
Sahabatku yang dicintai Allah, hidup itu seluruhnya adalah proses, proses mendewasakan dan proses yang menjadikan seseorang lebih pantas.
Keputusan yang tepat adalah menikah meskipun masih miskin harta dan ilmu. Pernikahan itu pun akan membuat amal dan ilmu lebih sempurna, selama pernikahan itu dipenuhi semangat menuntut ilmu.
Janji suci itu pun juga akan membuatmu lebih kaya dan berkecukupan, sebagaimana firman Allah azza wa jalla:
وأنكحوا الأيامى منكم والصالحين من عبادكم وإمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم الله من فضله والله واسع عليم
Nikahkanlah orang-orang yang sendirian (jomblo) di antara kamu, dan orang-orang yang patut (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan erempuan. Jika mereka miskin, Allah akan cukupkan mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (an-Nur : 32)
7. Puncak Kebahagiaan
Pastinya semua manusia ingin bahagia. Walaupun bahagia itu sendiri berbeda-beda menurut persepsi orang.
Bagi sebagian, bahagia itu sederhana, asal bisa beribadah walaupun miskin. Menurut yang lain, bahagia adalah kepuasan meraih sukses (pendidikan tinggi, karir menanjak, nama baik, penghargaan dll).
Terserah yang mana, apapun itu. Kalau Anda kelompok pertama, menikahlah. Karena pernikahan adalah ibadah dan menyejukkan.
Jika Anda golongan kedua, menikahlah. Karena dengan menikah, Anda akan merasakan kesuksesan meskipun belum meraih cita-cita yang Anda targetkan. Menikah juga dapat membimbing agar lebih cepat sampai tujuan. Karena pernikahan itu membuat kita jadi fokus.
Allah –subhanahu wa ta’ala– berfirman:
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,2 supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Ia menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (ar-Rum : 21)
Menikah itu menenteramkan. Mau Ibadah, enak dan nyaman. Yang tadinya tidak berpahala bahkan mengundang dosa, jadi membuahkan rahmat dari Allah.
Menikah itu pintu gerbang kesuksesan. Berangkat kerja, ada yang dituju, untuk orang tercinta. Pulang kerja, ada yang menunggu, anak dan istri. Kerja lebih fokus dan bersemangat.
Gak fokus itu bukan karena kurang minum, tapi karena butuh pendamping.

8. Gerbang Memiliki Keturunan
Jujur saja, sering kali kita dibuat tertawa lucu dan gemas saat melihat anak-anak dan balita. Kita juga merasa bangga ketika menonton acara anak-anak berprestasi di TV dan lomba.
Tidak jarang kita membayangkan betapa bahagianya kita jika anak-anak itu adalah anak kandung kita sendiri.
Semua orang baik, pasti ingin punya momongan. Dalam surat Ali Imran: 4, Allah menyatakan bahwa anak-anak adalah penghias hidup manusia. Mereka mewarnai dengan keindahan.
Mengenai anak ini Allah ﷻ mengajarkan pada kita sebuah doa dalam al-Quran, agar diberikan istri dan keturunan shalih yang menyejukkan hati:
ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan (anak-cucu) yang dapat menyenangkan hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (al-Furqan: 74)
Secara tidak langsung, ada 2 makna pada aya di atas:
Pertama, “kalau mau mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan, carilah dari anak-anak kalian, mereka adalah tempat yang tepat”.
Kedua, “kalau mau punya anak, nikah dulu, punya pasangan dulu.”
Dalam tafsir as-Sam’ani, al-Qurazi berkata:
“Bagi seorang mukmin melihat istri dan keturunan yang bertakwa adalah hal yang paling membahagiakan.”
Kali ini, kita tidak akan membahas bagaimana cara membentuk anak yang dapat membuat kita menangis karena bahagia. Tapi, saya hanya ingin mengajak bepikir, “bagaimana mungkin punya anak, nikah saja belum!”3
9. Ibadah Yang Menyenangkan
Ceritanya ada 3 pemuda yang bertanya pada istri Nabi, bagaimana ibadah Rasul. Setelah diberitahu, mereka merasa bahwa ibadah mereka masih sangat kurang jika dibandingkan Rasul. Mereka termotivasi ingin beribadah semaksimal mungkin.
“Salah satu diantara mereka akhirnya memutuskan untuk tekun ibadah dan menjauhi pernikahan. Menurutnya, menikah dan memiliki pasangan hanya akan menambah beban kehidupan. Setelah mengetahui kabar tiga sahabatnya ini, bukannya memberikan dorongan dan semangat, justru Nabi Muhammad melarangnya dan mengatakan bahwa beliau beribadah, juga menikah.” (al-Bukhari: 5063, Muslim: 1401)
Hadits ini menunjukkan bahwa, lebih baik kurang ibadah tapi menikah, daripada bertahan membujang meskipun tekun ibadah.
Lagi pula, siapa kita? Apa bisa ibadah 24 jam penuh tanpa tidur dan makan karena puasa dan tahajjud?
Makanya, kalau gak bisa ibadah 7X24 jam, lebih baik menikah aja. Tidak mengekang diri, ibadah lebih longgar karena nilainya lebih baik dari ibadah seharian penuh.
Bagaimana tidak asyik dan menyenangkan; menatap pasangan dapat rahmat Allah berpegangan tangan menghapus dosa, suap-suapan dapat pahala.
Menikah adalah ibadah paling lama, tapi menyenangkan.
10. Stamina dan Vitalitas yang Prima
Menikah muda, usia 18-25, bertepatan kebugaran tubuh sedang mencapai puncaknya.
Bagi seorang wanita telah diketahui bawa menikah di atas usia 30 tahun akan menyebabkan kurangnya kesempatan bagi mereka untuk dapat hamil dan memperoleh keturunan.
Selain itu, tubuh masih bisa diajak kompromi untuk bekerja keras dalam mencari nafkah dan mendidik anak.
Bayangkan, seorang lelaki menikah di usia 35 tahun. Saat anaknya baru masuk SMP, umur sang bapak sudah hampir setengah abad, akan sangat sulit baginya dapat bekerja keras lagi demi memenuhi kebutuhan anak dan rumah tangganya.
Kebalikannya, seseorang menikah di usia muda, misalkan 20 tahun. Esimasinya, ketika berumur 21 atau 22 tahun, ia sudah memiliki keturunan. Ketika anaknya memasuki jenjang kuliah dan hampir tamat, ia baru berusia 40 tahun.
Di usia 50 tahun, sudah bisa menimang cucu dan tidak perlu memeras otak terlalu keras hanya untuk membiayai sekolah anak. Menikah muda, merasakan masa muda dan tua bersama. Menikah tua, tidak akan merasakan masa muda bersama.
11. Indahnya Masa Muda Akan Hilang Karena Mengasuh Anak?
Banyak yang menyangka bahwa memiliki anak di usia muda, hanya akan melenyapkan indahnya masa muda, karena direpotkan dalam mengasuh bayi.
Ini adalah pola pikir pengecut dan pemalas, karena menyerah sebelum mencoba.
Jika logika kita dipenuhi oleh hegemoni hura-hura, keluyuran, dan buang waktu. Tentu, masa muda yang berisi kesenangan sesaat akan pudar.
Tapi kalau pikiran kita padat visi dan misi ke depan, mengasuh anak tidak akan menghilangkan masa muda. Sebagai mana dijelaskan dalam poin-poin di atas.
Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak tidak boleh dijadikan beban. Bahkan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menganjurkan kita untuk memperbanyak anak.
Nikahilah perempuan yang penyayang lagi subur. Sungguh aku akan berbangga dengan sebab banyaknya jumlah kalian (Ummat Nabi Muhammad) dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat. (Shahih riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik)
Banyak anak, adalah sunnah Nabi. Kalau mau banyak anak, nikah muda!
Juga, Rasulullah ﷺ menerangkan akan keutamaan yang paling agung dari mempunyai anak, yakni:
“Ketika manusia mati maka terputuslah dari semua amal kebaikannya kecuali tiga:
- Shadaqah jariyah [sedekah jangka panjang]
- ilmu yang bermanfaat [diamalkan], dan
- Anak shalih yang mendo’akannya” (Imam Muslim)
Sekali lagi tentang anak, bagaimana mungkin meraih doa anak shaleh, anak saja tidak punya. Nikah saja ngak, gimana mau punya anak.3
Jangan pernah terbesit di pikiran kita bahwa banyaknya anak akan membuat sempit kehidupan ekonomi, karena tidaklah Allah menciptakan seorang manusia ke permukaan bumi melainkan telah Allah jamin rezekinya, Allah ta`ala berfirman:
Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (al-Isra : 31)
Banyak anak, banyak rezeki adalah fakta. Karena setiap anak dilahirkan bersama rizkinya masing-masing. So, jangan takut punya banyak anak.4

12. Menjauh Dari Zina
Telah diketahui bersama, dorongan seksual adalah fitrah manusia yang juga dimengeri dalam ilmu biologi. Islam tidak memerintahkan untuk membuhuh nafsu, melainkan mengendalikannya.
Sedangkan mengendalikan itu semua sangatlah sulit. 16, 17, 18, 19 tahun usia kita, makin bertambah, makin bergejolak. Tentunya sangat berbahaya.
Dorongan tersebut lama-kelamaan tidak akan dapat ditahan, terlebih di zaman teknologi ini. Di mana-mana banyak wanita berpakaian minim, ketat, bahkan telanjang. Akhirnya, seorang dapat terjerumus dalam perzinaan. Inilah yang ingin dijaga oleh Agama Islam.
Sungguh, pernikahan akan semakin menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan, serta menjauhkan dari perbuatan zina yang sangat dimurkai oleh Allah.
Jika hasrat muncul, orang yang sudah menikah dapat kembali pada pasangannya. Kalau jomblo, bisa berbuat apa?
Rabb ta’ala berfirman:
Janganlah kamu mendekati zina; sungguh zina itu adalah perbuatan yang keji lagi jalan yang buruk. (al-Isra: 32)
13. Keutamaan Dari Allah
Dalam surat al-Isra, Allah menjelaskan bebagai perintah dan larangannya. Termasuk pernikahan dan kehidupan berumahtangga, yang kemudian ditutup dengan sebuah ayat yang berbunyi:
Itulah (nikah) hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di selain Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka secara hina lagi dijauhkan dari rahmat Allah. (al-Isra: 39)
Semoga dengan adanya tulisan ini keyakinan kita pada Allah akan bertambah dan kita akan terhindar dari ketakutan untuk memulai membina rumah tangga di usia muda.
Bagi yang belum menikah, semoga Allah mudahkan ia menemukan pasangan hidupnya dan bagi yang telah menikah, maka jagalah pernikahanmu karena ia merupakan sebuah amanah dari Allah kepadamu.
Jangan jadikan usia muda sebagai alasan bercerai. Tulisan di atas tidak hanya ditujukan untuk pria saja, perempuan juga boleh dan dianjurkan. Agar tidak malu, lamarlah pria idaman saudari ikutilah cara ta’aruf ibunda Khadijah.
Kesimpulan: Menikah Muda
Nikah muda, bukanlah hal yang buruk. Bahkan banyak tokoh hebat di masa lalu yang menikah di usia muda.
Justru, menikah muda di umur 17-25 tahun akan menyelamatkan masa depan anak karena terhindar dari zina dan pacaran. Khususnya, wanita.
Orang tua dituntut untuk berpikir terbuka. Pacaran adalah gerbang menuju perbuatan amoral seperti zina. Tentu saja itu perbuatan hina dan haram. Menutup pintu haram hanya bisa dengan membuka pintu halal.
Menjauhi zina, cukup dengan melarang pacaran. Memotivasi anak agar menghindari pacaran sangat mudah, dengan mengizinkan para remaja untuk nikah muda.
_______
1 Kenyataannya banyak perempuan melahirkan di usia belasan tahun, ternyata aman dan selamat.
2 Dari “jenismu sendiri” maksudnya adalah jenis manusia dengan manusia, dan jin kawinnya sesama jin. Tidak seperti yang katakan oleh jaringan Islam liberal di Indonesia, yang menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah lesbian dan gay.
3 Bisa punya anak angkat, tapi anak angkat tidak sama dengan anak kandung. Wanita tidak bisa mendapat pahala jihad dari mengandung dan melahirkan. Setelah dewasa, Anak angkat dapat membatalkan wudhu orang tua.
4 Membatasi kehamilan haram, tapi mengatur jarak kehamilan diperbolehkan.
Assalamu’alaikum wr,wb. Saya wanita berumur 21 tahun, saya ingin minta pendapat ustad. Saya sedang dekat dengan teman laki” sy saat SD sudah hampir 1,5th. Kami sudah tau dngn perasaan masing” dn teman saya ini mengajak nikah, dan ortu saya sudah tau begitupun dng ortu laki”. Mamah dr teman saya ini juga sudah menyuruh utk menikah, namun saya belum siap karena saya ingin kerja dulu smbil memantapkan diri. Ortu saya pun sudah bilang utk segera menikah namun saya ingin targetnya tahun depan. Dan saya masih memikirkan dr teman saya ini dalam sholat masih bolong”, karena saya ingin mempunyai imam yg bisa menuntun saya. Bagaimana ya ustad dengan pikiran saya yg seperti itu? Tapi saya sudah mantap dngn dia. Terimakasih 🙂
Wa’alaikumussalam Ukhty,
Ortu sudah setuju menikahkan. Jangan tutup kesempatan ini dengan pekerjaan. Nikah sambil kerja kan bisa. Apalagi, kalau kerja itu tidak mendesak. Saya kira, cukup suami yang mencari nafkah. Masalah, doi yang shalatnya bolong-bolong, coba ajukan pada dia “Mas, kalau kamu cinta sama saya, buktikan dengan shalat 5 waktu di masjid. Nanti saya chek ke pengurus masjid. 🙂 ”
Begini lebih baik.
Assalamualaikum, izin CoPast
Silakan di share atau di Copas artikel nikahnya, semoga bermanfaat.
Jangan lupa mencantumkan url sumbernya.
Assalamu’alaikum wr wb
saya berumur 24thn skrg sedang kuliah menuju s1 krn sebelumnya sy d3. sudah pacaran 2tahun dgn teman kuliah saya dan sekarang dia kuliah sambil kerja disebuah kantor kedinasan. seiring berjalannya waktu, dia mengatakan bahwa ingin menikahi sayang dan pihak keluarganya jg membolehkan apabila ingin menikah. saya juga mau karena utk menjauhkan diri dari zina dan tidak ingin menambah dosa. tapi ada kendala, ketika saya ingin menyampaikan hal tsb saya seperti tidak ada kesempatan bicara kepada ibu krn ibu saya selalu membahas tentang rumah yg akan kami bangun, saya sulit mencari celah. dan ibu saya jg belum mengizinkan utk saya membawa calon ke rumah. saya bingung dan sedih karena kadang ibu saya suka ber suuzdon kepada kami apabila sedang bersama. apa yg harus saya lakukan? sayang sangat ingin sekali menikah dan saya pikir ini sudah saatnya dan jg ingin beribadah bukan hanya sekedar nafsu. sementara calon sudah mendesak saya apakah sudah disampaikan ke ibu apa belum niatan kami ini. mohon bantuannya.
Jazakumullah Khairon
Wa’alaikissalam wa rahmatullah wa barakatuh.
Ukhty Lia, saya senang jika ada wanita yang ingin segera menikah. Itu ibadah. Perhatikan baik-baik saran saya, dibaca sampai akhir.
Semoga Allah permudah, mulai dengan basmalah, jangan lupa istikharah.
Assalamualaikum.wr.wb
Perkenalkan nama saya Dea permatasari saya berusia 18thn dan kekasih saya berusia 19thn ia berniat untuk menikahi saya ditahun ini beberapa bulan lagi sekitar saya berumur 19thn dibulan september yang akan datang.
Saya masih ragu karena saya mempunya adik yang masih memerlukan saya untuk biaya sekolah,juka saya menikah nanti saya takut adik saya akan putus sekolah karena saya terlalu sibuk dengan keluarga saya nanti.
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.
Kalau itu yang membuat mbak ragu. Coba tanyakan calon suami, apakah saudari boleh bekerja setelah menikah?
Atau, ganti saja maharnya jadi “membiayai adiknya Dea sekolah”
Nama saya rizal umur (21) insyaallah saya punya calon istri umur (19) mau tanya.. Untuk memantapkan calon agar Mau menikah dengan kita di usia muda bagaimana?
Usia 19 tahun sudah sangat pantas menikah. Seharusnya sudah mantab karena kedawasaan terus bertambah.
Assalamualykum, saya pria umur 26 tahun saat ini saya akan menikah dengan calon saya yang berusia 16 tahun, saya marasa mudah siap untuk menikah dan calon pasangan sayapun demikian, namun saya merasa takut apa usia calon pasangan saya tidak terlalu muda? apa nanti akan dipermasalahkan oleh undang2? sampai saat ini saya masih merasa terbebani dengam hal itu namun waktu semakin dekat dengan hari pernikahan kami.
Wa’alaikumussalam.
Sepertinya usia 16 tahun sudah pantas seorang wanita untuk menikah. Terlebih jika sudah memiliki sifat dewasa. Menurut Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan menyatakan, “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 (enam belas) tahun.”
Assalamua’laikum, saya wanita umur 19th sudah berpacaran selama 1,5th, saya berniat umur 22th saya sudah ingin menikah tetapi calon saya masih belum mau menikah dikarenakan belum siap semuanya termasuk belum siap lahir batin dan juga dia masih ingin membahagiakan orangtuanya dulu, tp kami berdua sudah sama-sama mapan. Lalu kebahagiaan yang bagaimana yg diinginkan orangtua sebenarnya? Apakah setelah menikah membahagiakan orangtua bisa terbagi dua krn sudah mempunyai istri makanya calon saya belum siap menikah? Terimakasih.
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah.
Mbak Hadistya, saya sangat salut pada pemuda-pemudi yang ingin bersegera menikah. Itu Amazing!
Menikah itu sebenarnya bagian dari ketaatan pada orang tua. Menjaga nama baik orang tua. Kan, Kalau sudah terjadi hal yang tidak diharapkan, yang tercoreng nama baik ortu.
Setelah menikah, status orang tua Mbak jadi tanggung jawab suami mbak. Apalagi kalau tidak punya anak laki-laki.
Mengenai kesiapan, saya heran sama calonnya, maaf ya jangan tersinggung. Kan sudah sama-sama mapan, belum siap apa lagi? Kalau belum siap, jangan pacaran. Kalau boleh dibilang, “putusin aja mbak”. 🙂
Semoga membantu.
Assalamualaikum. Boleh minta personal contact? Soal pgn privasi
Wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh.
Silakan, bisa chat inbox langsung di FB fanspage saya. Rahasia saudari akan terjaga.
Assalamualaikum , saya seorang laki² yg mengambil keputusan untuk menikah muda d usia saya 20th , saya merasa senang & bahagia dg status saya bisa menikahi org yg saya cintai & juga saya merasa happy krna terjauhi dr perbuatan zina , namun setelah saya menikahi nya kenapa malah keluar d benak saya ini malah merasa takut,gundah dan resah . Yg membuat saya seperti itu adalah bagaimana nanti kalo saya punya anak , apakah saya bisa membahagiakan & memenuhi semua kebetuhan anak saya seperti anak² yg lain,sedangkan saya hanya berpenghasilan tdak begitu besar . Thanks !
Wa’alaikumussalam.
Alhamdulillah, saya senang ada pemuda pemberani seperti Mas Mustaqim. Mengenai gaji kecil, itu urusan Allah. Toh penghasilan bukan ukuran rezeki keluarga dan anak. Allah akan berikan kecukupan
Assalamualaikum saya ingin minta pendapat:) umur saya sekarang 19 tahun dan sudah memiliki calon yang juga seumuran. Kami merasa cocok dan tidak ingin berlama-lama. Keinginan untuk menikah sudah saya sampaikan kepada orangtua yang kemudian menilai saya terlalu muda, terlalu terburu-buru, belum siap, belum bisa mengatur keuangan, belum mengerti apa yang akan saya hadapi, juga menyindir perihal gaji calon suami yang belum ada apa-apanya karena memang baru mulai bekerja, juga belum berpenghasilan tetap. Terlebih, kami sama-sama masih kuliah. Ditakutkan kekurangan biaya dan akan bagaimana jadinya jika saya memiliki anak pada pertengahan kuliah. Juga terkendala tempat kuliah saya yang tidak memperbolehkan mahasiswanya menikah sebelum selesai studi. Sedangkan menyelesaikan kuliah bagi saya bagai merupakan utang budi saya pada orangtua. Jadi tidak mungkin saya korbankan. Calon saya yang bahkan berencana untuk datang kerumah pada syawal tahun ini agaknya mulai pesimis. Oh iya sebelumnya alhamdulillah dari keluarga laki-laki sudah ridha. Lalu bagaimana cara kami meyakinkan orangtua saya? Darimana saya mengetahui kesiapan saya? Apa sebenarnya yang akan saya hadapi? Apakah bijaksana jika kami nekad melanjutkan ke jenjang pernikahan? Terimakasih sebelumnya:)
Wassalamualaiki wa rahmatullah wa barakatuh.
Sebenarnya usia bukan masalah, banyak orang yang menikah lebih muda dari saudari, tidak ada masalah. Mengatur keuangan, bisa dipelajari sambil langsung praktik saja. Urusan gaji suami, kalau saudari sudah ridha, tidak masalah. Nunggu kaya raya, mau sampai kapan?
Hamil di pertengana kuliah, saya rasa itu alasan dibuat-buat. Di banyak kampus, banyak wanita hamil saat kuliah, aman-aman saja. Tapi, melihat kuliah sebagai utang budi (seperti yang saudari katakan) dan kampus melarang mahasiswi menikah, saya rasa saudari Mawaddah Anis harus menunda pernikahan terlebih dahulu. Insyallah 3,5-4 tahun tidak lama. Fokus belajar dan kerja lebih diutamakan. Kalau doi jodoh saudari, dia akan tetap ada.
Jaga diri, jangan berbuat nekat; pacaran, terlebih berzina. Naudzubillah.
Assalamualaikum
Terimakasih atas tanggapan sebelumnya.
Insyaallah saya memang sedang menjalankan istikharah agar dimudahkan.
Ada sedikit pertanyaan lagi yang ingin saya sampaikan. Saya sedang mencari cara bagaimana menyampaikan kepada calon saya agar enak diterima, karna setahu saya, lelaki yang diberikan pertanyaan berulang pasti akan merasa risih dan merasa tidak dipercaya, dan ini sudah pernah terlontar darinya waktu itu.
Mohon pencerahannya bagaimana cara menyampaikan hal sensitif ini agar enak didengar dan seolah olah tidak menekan. Mungkin ada cara atau celah lelaki untuk saya bisa menyampaikan ini dengan baik.
Terimakasih
Wassalamualaikum
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh
Mbak Riri
Sebaiknya ketahui dulu, alasan target doi 2019. Bukannya target itu seharusnya dipercepat? Kan aneh.
Laki-laki memang terkadang punya banyak pertimbangan. Itu yang harus dipahami saudari. Ada satu sisi, pria menunda pernikahan karena takut tidak mampu membahagiakan istrinya kelak. Kalau ini alasannya, saudari hanya perlu bilang “saya terima kamu apa adanya”.
Assalamualaikum, saya wanita berumur 23 taun. Saya sudah memiliki calon umur 24 besok januari. Pada bulan april kemaren calon saya sudah meminta ijin kepada kedua orangtua saya untuk menjalani hubungan yg serius juga memberi waktu untuk menikah pada tahun 2019. Pada saat itu kedua orangtua saya menyetujui dan menyerahkan kepada kami berdua. Sekedar info, saat ini kami berdua sudah memiliki penghasilan masing masing.
Akhir akhir ini orangtua saya sering sekali menanyakan kapan kami jadi nikah, ketika saya jawab sama kaya dulu waktu ijin, beliau berkata apa gabisa dipercapat saja, 2018 begitu. Beliau berkata kok rasanya lama banget di 2019, orang juga sudah pada cukup. Sering sekali orangtua saya meminta menanyakan hal ini ke calon saya. Akhirnya saya bercerita apa yg dibilang orangtua saya. Calon saya itu, kalau dia sudah punya target dan persetujuan, pasti akan mempertahankan itu. Benar saja, ketika saya cerita, dia malah bilang merasa orangtua saya ga percaya dengan komitmen yg sudah kita buat. Dia juga berkata bahwa dia akan merasa gagal membawa saya kalau dia belum memiliki apa yg menjadi target dan tujuannya. Ketika itu saya bilang kita bisa berjuang bersama untuk mewujudkan itu, lagipula saya tidak pernah menuntut menikah harus begini begitu. Tetapi sejauh ini dia masih stuck on the plan, tetap mempertahankan di 2019 karna merasa belum mampu memenuhi targetnya. Saya sendiri juga merasa sudah saatnya mempercepat pernikahan agar yg kami lakukan semuanya berkah dan barokah, juga mendapatkan kebahagiaan.
Mohon saran yg terbaik untuk kami. Terimakasih
Wassalamualaikum
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh
Mbak Riri,
Menurut saya 2019 juga kelamaan. 2017 saja belum berakhir. Orang tua minta dipercepat justru percaya, calon saudari mampu mengemban amanat sebagai suami. Apalagi Mbak sendiri tidak menuntut macam-macam. Tunggu apalagi?
Kalau nikah bulan ini, Insyallah kuartal ke-3 2018 sudah punya anak. Kalau nunggu 2019, sekarang progress apa!
Silakan shalat Istikharah. Semua yang terbaik dari Allah. Jangan lupa tingkatkan takwa, jangan sampai karena sudah ada target, lupa hubungan antara saudari dan doi bukan apa-apa.
Wassalamu’alaikum. 🙂
Assalamualaikum Wr. Wb.
Saya berusia 19th sudah bekerja, saya sudah dekat dengan seseorang berumur 23th selama 4th, dan saya ada keinginan untuk menikah tetapi dia belum siap dikarenakan masih kuliah, dan saya disuruh menungggu 3th lagi jika ingin menikah dengannya. Disisi lain saya ingin menjalin hubungan yg halal dengannya karena sudah saling cocok dan tau sama lain. Dan saat ini ada seseorang yg mendekati saya dan dia berkeinginan untuk segera menikah tahun depan tapi saya kurang cocok. Saya bingung harus menunggu atau menerima orang yg sedang mendekati saya. Untuk saat ini saya memilih untuk tidak berpacaran tapi saya masih sering berkomunikasi.
Mohon untuk sarannya. Terima kasih
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.
Pertama, serahkan semua pada Allah; Istikharah, berdoa dan selektif.
Selanjutnya, buat pertimbangan. Itu menunggu 3 tahun apakah tidak terlalu lama? Apakah Anda atau bahkan dia kedepannya masih hidup?
Laki-laki pertama, merasa cocok dengannya apakah karena pernah berpacaran atau bagaimana?
Laki-laki kedua, kurang cocok apakah karena dia tidak Anda kenal?
Kalau jawabannya karena fisik, silakan saja saudari pilih yang pertama. Tapi resikonya juga Ada, menunggu 3 tahun. Itu pun kalau dia tidak tertarik pada lain hati.
Sekali lagi, serahkan semua pada Allah. Wanita berhak memilih. Jangan lupa untuk selalu adil.
Assalamualaikum wr wb.
Saya wanita umur 19 jalan 20 tahun dan pasangan saya berumur 28 tahun.. Saya sudah menjalin hubungan selama 8 bulan. Dan alhamdulillah setelah idul fitri kemarin dia sudah melamar saya. Tapi saya masih bingung klo dia mau ngajak nikah, saya merasa bahwa saya masih terlalu muda dan blm siap untuk berumah tangga. Mohon penjelasannya. Wasalamualaikum wr wb.
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah.
Alhamdulillah mbak Maudi, kapan tanggal nikahnya?
Umur 19 tahun itu sudah pas untuk seorang wanita menikah. Yang penting ilmu fiqih rumah tangganya ditambah. Sayyidati Fatimah menikah umur 15,5 tahun. Kakak saya sendiri menikah umur 14 tahun, aman-aman saja. Menantu ustadz Arifin Ilman di bawah 19 tahun.
Kalau mbak tidak siap saat ini, 10 tahun lagi juga tidak akan siap. 🙂
Assalamualaikum. Umur saya sudah hampir msuk 22 thun dan saya sudh brpacaran selama 2 thun lebih tapi disuatu waktu dia memutuskan hubungan utk tidk pacaran karna dia bilang ingin memperbaiki diri dan tidak ingin lanjut pcran lgi karna takut trjadi hal2 yg di larang oleh agama dan dia bilang ingin langsung menikah saja. Dan smpai skrng kami msih sering berkomunikasi dengan baik. Dan saat ini dia terus2an membicarakan tentang pernikahan, dan dia mengajak saya menikah dan org tua nya juga ingin datang menemui keluarga saya. Akan tetapi saya bingung dan takut untuk menerima nya apa tidak, sementara sudah banyak perjuangan dan pengorbanan yg dia tunjukkan kpda saya. Saya sering berdoa kepada Allah agar kmi selalu didekatkn dan dipersatukan atas restu dan ridho allah, tapi saat Allah menjawab semua doa saya, saya malah takut dan belum siap menghadapi nya.Bagaimana cara saya utk mengatasi rasa takut ini wlu sebenarnya saya jga ingin ttap bersama nya??
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.
Sepertinya ketakutan Mbak Ika itu dari setan. Bukankah aneh, mau ibadah kok takut. Lagi pula, menikah adalah ibadah yang manis. Apalagi sudah ada yang bersedia melamar. Silakan lihat dan bersyukur. Banyak wanita di luar sana berharap menikah, tapi belum ada yang menerimanya. Ada juga yang sudah dilamar, tapi orang tuanya melarang.
Shalat istikharah, mohon petunjuk, kemudian bertawakal sambil melangkahkan kaki “Saya terima lamaranmu mas!”