Blog Openulis

Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.

Masjid dan Gedung Utama Gontor Putra Ponorogo

Konsep MOS dan OSPEK di Pondok Pesantren Gontor

Mereka perlu tahu

Entah darimana saya harus memulai tulisan singkat mengenai MOS/OSPEK ini. Karena ada beberapa versi mengenai kegiatan tersebut berdasarkan sejarah, manfaat dan tujuannya.

Sebenarnya MOS atau OSPEK memiliki tujuan yang baik untuk mengenalkan orientasi studi pelajar di sekolah maupun kampus. Sayangnya niat baik itu tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Itu terbukti dari apa yang nampak dihadapan kita sendiri. Beberapa kali terjadi kasus kekerasan bahkan kematian karena OSPEK. Tidak kalah buruknya, murid dan siswa kita dibuat nampak konyol dan bodoh dengan diharuskannya berpakaian aneh, kaos kaki belang, mengemut dot bayi, mencoreng wajah dsb.

Itu yang terbesit oleh kita jika membayangkan OSPEK dan MOS di sekolah SMP-SMA nonpondok pesantren. Lain tempat, lain cerita. Karena Pondok Modern Gontor punya menu MOS dan Ospek tersendiri dalam memperkenalkan orientasi pendidikan dan studinya, yang disebut Khutbatul ‘Arsy

1. Apel TahunanApel Tahunan Bendera Gontor Putri

Khutbatu-l-‘Arsy atau yang dikenal juga dengan Pekan Perkenalan adalah rentetan acara yang berlangsung selama 1-2 bulan, kurang-lebih. Di antara banyaknya agenda kegiatan yang terpenting adalah Apel Tahunan.

Upacara ini formal diadakan oleh Gontor disetiap pondok dan cabangnya. Saking resminya ceremoni ini, semua penghuni Pondok Modern Gontor sangat wajib menghadirinya, tidak terkecuali pimpinan dan guru senior.

Kiyai Abdullah Syukri menegaskan, bahwa mengenal pondok tidak cukup setahun-dua tahun, butuh seumur hidup. Karena pondok ini selalu berkembang, sementara niat dan orientasi manusia selalu berubah, naik-turun. Di sinilah tempatnya tajdidun niyah (pembaruan niat).

100% penghuni pesantren hadir dengan khidmat, termasuk yang sakit. Setiap guru atau ustadz akan melihat banyaknya santri yang harus dididik, sehingga mereka terpacu untuk ikhlas mengajar dan mengamalkan ilmu.

Di sisi lain, setiap santri akan melihat banyaknya asatidz yang siap mengajar, sehingga mereka tidak perlu bingung ke mana harus bertanya. Bahkan dalam apel ini, mereka akan menyaksikan banyaknya potensi pondok yang harus digali untuk mengembangkan diri.

2. UniformPakaian Seragam di Gontor

Dalam menu MOS dan OSPEK ala Pondok Modern Gontor tidak ada pakaian aneh dari karung goni, seng, karton atau lainnya. Kita hanya dituntut menyesuaikan seragam menurut alam pendidikan Gontor.

Sejak awal masuk pesantren, santri tidak diperkenankan menyimpan dan mengenakan pakaian berbau partai, ormas, klub, suku atau kelompok tertentu, termasuk kotak-kotak dan status sosial.

Biasanya saat Apel Khutbatul Arsy akan dicontohkan pakai resmi selama dalam tahun ajaran Gontor;

  • Masuk kelas: kemeja, celana dan sepatu pantopel.
  • Pergi ke masjid: kemeja/baju taqwa, sarung, ikat pinggang dan kopiah nasional (hitam polos).
  • Olahraga: Kaos, celana training, sepatu sport.
  • Pramuka: sepatu pantopel, pakaian dan atribut pramuka.
  • Keluar pondok: baju putih, celana hitam.

Budaya ini mengajarkan, bahwa pendidikan di Gontor anti intervensi dan bebas fanatik apapun. Praktik yang sama juga telah diajarkan sejak masih menjadi calon pelajar.

3. Lauhatul Ism

Disiplin di Gontor berlaku tidak hanya saat berlangsungnya Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy, tetapi setiap waktu bahkan berlaku untuk semua tamu dan saat liburan. Diantara peraturan yang berada di dalamnya adalah disiplin menggunakan papan nama.

Tampaknya ini adalah hal yang remeh, tapi besar maknanya:

  • Setiap santri akan mudah saling mengenal satu-sama lain.
  • Santi akan terlatih ingat dan menghargai identitas diri.
  • Santri belajar menghargai hal kecil, karena peremehan adalah kesalahan besar di Gontor.

4. Dari Panitia Jadi Saudara

Keterampilan Santri Gontor
GASTRADA Gontor

Semua santri di-upgrade dalam organisasi entah itu kamar, kelas, asrama, dll. Selama masa perkenalan Khutbatu-l-Arsy, para santri khususnya kelas 3X (baca: intensive) dan 4 akan disibukkan oleh banyak kepanitiaan acara, diantranya: Aneka Ria Nusantara dan Demonstrasi Bahasa.

Dua kelas berbeda ini akan belajar saling mengenal dan berkolaborasi, karena sebelumnya mereka tidak pernah tahu satu sama lain. Tentunya mereka akan diedukasi menghilangkan rasialisme karena perbedaan angkatan masuk Gontor.

Kemudian, santri kelas 5 akan mulai belajar membimbing adik kelas mereka, di asrama dan konsulat. Kekompakan mereka selama kelas 3X dan 4 akan diuji, dengan diadakannya pagelaran seni Drama Arena.

Sementara untuk siswa akhir kelas 6, Khutbatul Arsy ini adalah pemecah jenuh selama di pondok. Karena mereka tidak pulang kampung sejak kelas 5 KMI.

Ini juga mendidik santri kelas 6 untuk melatih ukhuwah, bergabung dengan kelas 6 yang baru datang dari pondok cabang Gontor. Juga, sarana menggali potensi dalam berorganisasi bagi santri yang belum pernah menjabat sebagai panitia ataupun devisi.

Jadilah semua Ini adalah proses alamiah pembelajaran dan perkenalan yang secara sengaja dibentuk dan dibuat dalam sebuah kegiatan. Taruf yang berproses dalam setiap organisasi itulah yang menjadikan ukhuwah islamiyyah terjalin begitu erat.

5. Konsulat Tempat Konsultasi

Barisan Konsulat Ponorogo Gontor
Oky Rachmatullah, Konsulat Ponorogo

Sejak pertama calon santri menginjakkan kakinya di Gontor, mereka diperkenalkan satu perkumpulan resmi yang disebut konsulat. Organisasi ini adalah komunitas kedaerahan.

Dalam acara Apel Tahunan Khutbatu-l-‘Arsy, para santri dikumpulkan berbaris-baris bersama konsulatnya. Karena setelah apel itu selesai, mereka langsung ikut serta dalam lomba baris-berbaris tanpa jeda.

Semua menjadi ‘mendadak paskibra’, dari santri baru sampai santri senior semua dipaksa untuk bisa baris. Kekompakan, kepemimpinan, kebersamaan dan tanggung jawab setiap individu diuji. Mereka berusaha untuk mengharumkan nama daerahnya masing-masing.

Setelah baris-berbaris itu, pemenangnya akan langsung diumumkan di balai pertemuan pada saat Kuliah Umum, dan pialanya langsung diberikan oleh pimpinan pondok di hadapan semua santri dan asatidz.

LKBB ini sangat berarti, khususnya bagi santri baru. Umumnya mereka masih pemalu dan tidak mengenal pondok. Dikumpulkan diruang terbuka, bersama teman-teman satu daerah, satu bahasa, bahkan logat, agar mereka tidak segan, tidak tegang.

6. Kepondokmodernan

Kepondokmodernan GontorSetelah berdiri lama dalam Apel Khutbatu-l-Arsy, dilanjutkan dengan LKBB berkilometer, santri langsung diarahkan menuju balai pertemuan untuk menghardiri kuliah umum 1 tentang kepondokmodernan.

Berlangsung 4 bapak selama 2 hari berturut-turut. Dalam kuliah umum ini, Bapak Pimpinan Gontor secara langsung menjelaskan tentang pondok secara menyeluruh, apa dan bagaimana Gontor ini ada, bagaimana kita harus berbuat di pesantren dsb, semuanya disampaikan dalam forum ini.

7. Drama Arena dan Panggung Gembira

Panggung Gembira Drama Arena
Persiapan Drama Arena 2009

Puncak acara dari pekan perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy ialah malam Drama Arena dan Panggung Gembira. Acara ini bukan hiburan, tapi sarana pendidikan dan menjalin kebersamaan antar kelas 5 dan 6.

Dalam perjalanan menuju malam pagelaran tersebut, santri digodok dan dipompa ittihad dan ittifaq mereka. Dengan perhelatan ini, mereka akan sadar bahwa setiap mereka memiliki kemampuan dan potensi.

8. Setengah Tahun

Penampilan Reog Ponpes Gontor
Gontorgraphy, Kesenian Reog

Berakhirnya Pekan Perkenalan Khutbatul ‘Arsy, dengan diselenggarakannya PG, santri akan langsung dihadapkan dengan banyak kegiatan kurikulum Gontor.

Diantarnya adalah kelas tambahan siang, pramuka, muhadhoroh (latihan pidato), muwajjah (belajar malam terbimbing) dan pembukaan banyak kursus keterampilan, seni dan bahasa.

Saking banyak dan padatnya kegiatan di semester ganjil ini, tidak terasa para santri sudah berada didepan pintu ujian pertengahan tahun.

 

Mengenal Gontor Lebih Dalam:

Mereka perlu tahu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *