Blog Openulis

Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.

orang tua pornografi anak komputer

Haram, Hukum Handphone Bagi Anak Menurut Islam

Mereka perlu tahu

Hadirnya handphone (HP) alias ponsel dalam mendukung aktifitas manusia zaman digital, memaksa kita selalu butuh akan fitur teknologinya.

Umumnya, Islam memandang sebuah produk piranti sebagai sesuatu yang netral.

Selama digunakan untuk aktifitas baik, maka halal. Sebaliknya, saat dimanfaatkan untuk berbuat jahat dan dosa, berubah hukumnya menjadi haram.

Tapi, secara khusus tidak selalu demikian. Contohnya adalah penggunaan smartphone oleh anak-anak.

A. Dalil Haram Handphone Untuk Anak

Jika membaca Quran, tak satu ayat pun yang secara eksplisit menyebut kata handphone apalagi merek gadget seperti iPhone, Samsung dan sebagainya.

Lantas apa dalil ponsel diharamkan?

Kitab suci al-Quran ini diwahyukan 14 abad lalu, ia punya pesan yang selalu relevan untuk segala tempat dan zaman. Maka bukan nama yang disebut, tapi kasus dan konsep.

Dalil pengharaman HP bagi anak adalah surat al-Nisa : 5.

وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا

Jangan serahkan harta pokok kalian kepada mereka yang belum sempurna akalnya. Namun berikanlah mereka nafkah dan pakaian serta ucapkanlah kata-kata yang baik.

Dari ayat di atas, kita punya 3 kata kunci:

  1. السُّفَهَاءَ
  2. أَمْوَالَ
  3. قِيَامًا

1. Akal

Kata السُّفَهَاءَ berarti “belum sempurna akal”. Menurut para ulama, seperti Imam al-Mawardi dengan merujuk pada pendapat Said bin Jubair dan al-Hasan, kata السُّفَهَاءَ dalam konteks ini adalah anak-anak.1

Bukankah memang demikian kondisi anak-anak?

Akal mereka belum sempurna. Banyak hal belum diketahuinya, tidak sedikit kita khawatir karena tingkah yang cenderung membahayakan nyawa, belum lagi soal hukum & adab yang kerap dilanggar.

2. Harta

Selanjutnya, kata أَمْوَالَ artinya “harta” sementara قِيَامًا adalah sifat dari harta tersebut, maknanya penyokong hidup dan maslahat agama.2

Teorinya : Haram menyerahkan harta pendukung hidup kepada pihak yang belum cukup berakal.

Sekarang, mari kita lihat.

  1. Handphone adalah harta menurut pandangan Islam. Didapat dengan susah payah, tidak semua orang bisa memilikinya. Bahkan ada seorang bapak yang mencuri hanya agar anaknya bisa sekolah online. Belum lagi, isi memory HP bisa berupa data penting.
  1. Kita hampir ketergantungan gadget itu, apalagi dalam lingkup kerja cari nafkah. Bisa dikatakan ponsel termasuk alat kerja yang tak bisa dilupakan.
  1. Anak-anak belum mampu bekerja layaknya orang dewasa. Akal dan kemampuan mereka belum mampu meraih piranti tersebut. Mendapatkan telepon seluler tidak semudah menangkap ikan di sungai, dan kehilangannya tidak seringan balon yang pecah, “udah gak apa-apa entar beli lagi”.

Maka dengan ini jelas, telepon seluler adalah harta pokok penyokong kehidupan kita. Karenanya, tidak boleh diberikan kepada anak kecil yang belum cukup akal.

Saat amanah diberikan kepada yang bukan ahlinya, tunggulah kehancurannya.3

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

B. Masalah Ponsel

Peritah dan larangan Allah tentu menyimpan hikmah bagi kehidupan. Sebagaimana ibu & ayah yang melahirkan buah hati, Tuhan pun cinta pada makhluk yang telah Ia ciptakan dengan menghendaki kebaikan.

Allah Maha Tahu (Al-‘Aliim) apa yang kita butuhkan. Meski berdalih demi kebaikan anak, nyatanya HP tidak begitu bermanfaat bagi mereka. Justru kebanyakan salah guna:

1. Main Game

Dunia anak adalah dunia bermain, kurleb begitu kata Prof. DR. Mahmud Yunus dalam kitab Tarbiyahnya. Maka, jangan salahkan jika mereka sampai kecanduan game.

Sebenarnya tidak ada yang salah dari bermain, karena memang fitrah mereka. Masalahnya adalah jenis pemainan yang ada dalam HP lebih banyak tidak mendidik.

Anak-anak perlu melatih motorik kasar dan halusnya. Tubuh mereka butuh bergerak, mengeluarkan tenaga, berkeringat, belari, meloncat, menangkap benda nyata.

Sebaliknya yang kita jumpa adalah games digital penimbun lemak, ilusi, buang pulsa-listrik dan bikin sewot.

Selain banyak mengandung unsur pornografi, pakaian ketat & terbuka; Game Android tidak cukup menyalurkan emosi anak. Sekuat apapun mencet tombol di layar, tidak lebih nikmat dari memukul bola kasti.

Ngegame di handphone lama-lama menumpulkan kemampuan anak dalam mengenal kearifan alam. Tidak seperti main layangan, yang perlu membaca angin.

Anak zaman old, terbiasa disiplin. Apapun game-nya, azan maghrib pokoknya bubar itu undang-undang tak tertulis.

Adapun telepon genggam menggoda anak kita untuk bermain kapan dan di mana saja. Akhirnya, gak kenal waktu, konsentrasi hilang, dikit-dikit mantau update game atau info group.

Kita gak bisa sepenuhnya mengawasi mereka, apalagi dunia digital tak membatasi pergaulan.

2. Akses Internet

Perkembangan teknologi internet dan phone cell boleh dikatakan selalu bersamaan, begitu pula fungsi keduanya. Ibarat air dengan keran, yang saling melengkapi.

Punya HP tapi gak punya akses internetan bagaikan hidup tanpa istri, boring dan mati gaya.

Handphone memiliki memori, kamera, layar sebagai media penyimpanan dan produksi informasi. Sedangkan internet berfungsi mengirim data tersebut ke seluruh dunia.

Kita boleh pake untuk kirim email tugas, bersilaturrahim, dakwah, transfer uang atau menghadiri kelas online. Tapi, apa anak-anak bisa memanfaatkan perangkat ini dengan tepat?

Kita tidak menafikan bahwa internet pada smartphone penting buat belajar online terutama di tengah wabah Covid-19 ini, namun selebihnya …

Saksikan sendiri, bagaimana nasib ponsel di tangan anak-anak kita yang masih duduk di tingkat PAUD-SMP.

Banyak sekali kasus terkait internet ini.

Demi challange dan viral, anak-anak kita rela lakukan apa saja. Belum punya skill, dibuatnya hal-hal aneh, termasuk prank. Belum lagi gangguan psikologi yang timbul bersama itu.

Tak perlu lagi rasanya kita membahas website begituan. Karena telalu banyak kejadian dan selalu ada celah membuka konten tak bermoral, sengaja atau tidak.

Ada juga seorang balita yang update status WA berupa video, “Ini adik aku lagi tidur, mamah lagi dandan”.

Sang bunda yang asyik di depan cermin tidak sadar terekspos tanpa busana kecuali daleman. Pastinya memalukan.

Smartphone bisa lebih berbahaya dari pisau. Penggunaanya oleh anak harus selalu diawasi, dikontrol dan dibatasi.

Tentu kita tidak ingin anak-anak kita rusak dan toxic.

C. Bahaya Handphone Bagi Masa Depan Anak

Beberapa masalah di atas cuma secuil dari bahaya yang terdapat pada phone cell. Yang sebenarnya mengerikan adalah tumor yang menggerogoti anak kita.

Secara hakiki, dalam jangka panjang memang alat elektronik bisa menimbulkan penyakit fisik pada manusia. Selain merusak mata, persendian, juga kanker dan tumor.

Demikan juga secara majazi. Alat komunikasi mobile itu merusak psikis dan mental. Udah banyak kasusnya. Mungkin kita punya sindrom yang sama.

  • Bete kala gak pegang HP.
  • Gelisah jika ponsel tak di tangan.
  • Dikit-dikit buka handphone, padahal gak ada notif atau keperluan.
  • Gelisah kalau gak baca sosmed, dan masih banyak lagi.

Akhirnya, yang paling bebahaya adalah rusaknya hubungan komunikasi antara orang tua dan anak.

Banyak dari kita, merasa terganggu saat anak menangis, atau rewel. Pengen anaknya anteng, gak lari-larian, akhirnya dikasih gadget.

Apa akibatnya?

Kebiasaan dekat dengan phone cell, alam bawah sadar anak merekam,

Kalau saya sedih, ada HP bersamaku. Lagi kesel? Curhat ke ponsel. Seneng? Ungkapkan ke handphone. Apapun rasa dalam hati, Gadget mencintaimu.

Jeritan hati kecil anak.

Kemudian, jangan heran jika kata sayang orang tua tak lagi didengar. Bagi mereka, kamu penipu. Di minta waktu dan perhatian saja tak mau.

Jangan salahkan jika anak punya sifat brutal lagi berontak. Ini kesalahan ayah dan bunda memfasilitasi alat yang bukan peruntukannya.

Selamat tinggal cita-cita anak sholeh, selama alat elektronik lebih setia mengisi hari sepi mereka.


1 Tafsir al-Mawardi.

2 Tafsir al-Qurtubi.

3 Shahih al-Bukhari.

Mereka perlu tahu

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. judul tidak relevan di jaman ini, “Haram” padahal anak juga sekolah lewat hp dan semacamnya
    sub judul A. sebaiknya di ganti dengan “Daling Penggunaan Handphone.”

      • dia benar, sebab kalo bilang Haram bagi anak pakai aplikasi apapun itu memang tidak relevan, sebab zaman ini digital buat anak harus sekolah, dan juga gak boleh bilang haram dari Judul A itu yang salah Total.. , begitu maksud dia , bro