Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Dewasa ini kontrol orang tua pada anak sudah semakin sulit. Karena zaman terus berkembang, sementara orang tua stagnan tanpa kemajuan. Akibatnya, ayah-ibu mudah dibodohi dan dibohongi anak sendiri.
Mungkin ada yang berpikir, saya hanya mengada-ngada karena kenyataanya anak-anak tetap diatur kapan sekolah, main dan nonton tv. Kurang kontrol apa coba?
Baik, dibawah ini ada ujian baca teks SMS yang dikirim salah seorang remaja Indonesia, bisa jadi ini adalah tulisan buah hati Anda.
Kalau ayah-bunda bisa, saya akan percaya Anda mampu mendidik anak, karena Anda orang tua modern dan tidak bisa dikadali putra-putrinya. Silakan baca tulisan di gambar berikut.
Bagaimana? Apakah Anda mengerti maksud dari tulisan alay di atas?
Makin cepat paham, makin tinggi tingkat pengertian dan kepedulian Anda pada buah hati sendiri. Boleh jujur? Berapa lama Anda memahaminya?
Atau belum mengerti sama sekali?
Itu baru tulisan bahasa alay, belum lagi bahasa G, dan setumpuk bahasa kreatif anak lainnya. Baik, kita lanjut. Ternyata tulisan itu harus dibaca dengan posisi terbalik, diputar 180 derajat!
Siap-siap kaget dengan isinya:
“Hai, sayang, aku kangen nih. Udah lama kita GA ML” (Making Love, alias bersetubuh-red)
Anak remaja bahkan seumuran SD zaman sekarang bukan lagi SMS sayang-sayangan. Bukan lagi ‘I’m falling in love’, ‘I love you’ atau ‘I miss you too’, tapi ‘Udah lama GA ML‘.
Anak-anak kita hidup di era digital. Banyak isi media elektronik dan cetak yang bisa diakses anak-anak, namun tidak layak untuk mereka karena mengandung unsur p*rnografi.
Konten Dewasa bisa ‘mendatangi’ anak-anak kita melalui games, internet, ponsel, TV, DVD, komik maupun majalah:
1. Games
Berdasarkan penelitian, games pada abad ke-21 menampilkan graphic yang lebih realistis dan nyata, perhatikan gambar di atas. Itu adalah contoh tampilan visual salah satu game sepak bola.
Dalam game pemain bisa memilih karakter apa saja yang tak ada di dunia nyata, bahkan pakaian yang kita pikir tidak mungkin dipakai orang pun ada.
Games sekaran ini juga menuntut keterampilan dan kecekatan lebih tinggi. Ini semua memberikan tingkat kepuasan dan kecanduan yang lebih besar.
Selain itu, dunia gamessangatlah kompleks. Perlu ketelitian penuh dari orang tua untuk memantau game, dari genre, rating, MOD (modification) dsb.
A. Genre Games
Dalam dunia gaming, permainan dapat dikalsifikasikan berdasarkan aturan main dan alurnya. Misalnya:
a) RPG (Role Playing Games)
Game jenis ini dituntut memainkan peran tokoh atau karakter khayalan dan melanjutkan ceritanya. Misalnya, kehidupan sebagai petani desa, menjalani aktivitas, bercocok tanam, memberi makan sapi, membeli pupuk, hingga panen dan menjual hasilnya.
b) Action
Pada game ini disediakan alur cerita aksi laga. Pemain harus memiliki ketangkasan, reaksi dan akurasi untuk menyelesaikan sebuah level game.
c) Fighting
Ini adalah genre game berantem-beranteman. Player dapat memilih karakter dengan kemampuan dan jurus berbeda-beda untuk mengalahkan lawan.
d) Adventure
Dalam game ini, pemain dapat menjalankan karakter untuk menyelesaikan tugas utama yang dibagi dalam berbagai misi dengan petunjuk dan cerita yang sudah disetting pembuat game.
Masih banyak lagi genre game selain di atas yang harus diketahui orang tua. Mereka harus jeli mengenali anak dan memilah game yang baik dan bermanfaat, ketika terpaksa memberikan permainan digital.
B. Rating Game Dewasa
Saat rilis sebuah game, biasanya perusahaan pembuatnya sudah menyertakan lebel atau rating game tersebut. Untuk siapa game boleh dimainkan dan untuk usia berapa. Ini yang juga sering luput dari perhatian pemilik warnet dan rental playstation.
Mereka hanya memikirkan untung dan banyaknya peminat game, tanpa peduli rating-nya apa dan siapa yang bermain.
Setelah memilih genre game bermanfaat, bapak-ibu harus lihat ratingnya. Meskipun konsep permainannya baik menurut alur genre, tapi kalau tercantum logo AO, dapat dipastikan adan konten p*rno dan kekerasan di dalamnya.
C. MOD (Modification)
Mod adalah istilah yang biasa digunakan untuk mengubah game. Dengan mod ini, cerita dan gambar bisa berubah. Yang tadinya rating T (game remaja) yang dianggap tidak mengandung konten vulgar, seketika ada adegan p*rno dan telanjang.
Inilah yang harus diwaspadai para ortu. Telitilah saat memilih, pantau setiap saat. Kalau perlu, baca review game di internet.
Bagi bapak-ibu yang tidak mau repot, saya punya solusi terbaik; Berikan anak game yang tidak hanya melatih otak, tapi juga fisik sebagaimana hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
كُلُّ شَيْءٍ لَيْسَ فِيهِ ذِكْرُ اللهِ فَهُوَ لَهْوٌ وَلَعِبٌ إِلَّا أَرْبَعَ، مُلَاعَبَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ، وَتَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ، وَمَشْيُهُ بَيْنَ الْغَرَضَيْنِ، وَتَعْلِيمُ الرَّجُلِ السَّبَّاحَةَ
“Setiap hal yang tidak mengandung dzikir kepada Allah adalah permainan belakan, kecuali empat: candaan suami kepada istrinya, melatih kuda, latihan memanah, dan mengajarkan renang.” (al-Nasai)
2. Internet
Internet adalah dunia maya yang sangat luas. Jika dianalogikan sebagai samudra, Google hanyalah sebuah kapal pesiar. Di salamnya tidak hanya tersimpan hal berguna, tapi juga banyak hal bebahaya, di antarnya adalah situs p*rno dan jutaan kontennya yang biasa disebut blue film.
Jangan salah, jumlahnya yang besar tidak hanya diproduksi oleh orang luar negeri, terkadang anak-anak kita juga menjadi aktor di balik layar, penyebar bahkan pembuat web p*rno. Bahkan untuk mendapatkan uang, mereka menjual video seks mereka sendiri!.
Bagaimana bisa? Kapan dan di mana perbuatan nista itu dikerjakan?
Ibu-bapak yang pernah lihat cuplikan penuh sensor di stasiun televisi akan tahu, seks bebas itu seperti namanya, bebas di mana saja, gak harus lepas baju, gak mesti di kasur.
Hamil? Siapa takut! Bisa aborsi!
Selain itu, dalam beberapa tahun ini Indonesia berada dalam 3 peringkat negara terbesar yang mengakses situs p*rno. Pemblokiran yang dilakukan menkominfo tidak berefek dalam hal ini, karena “ada 1001 jalan menuju roma” katanya.
Ingatkan saya, kedepannya untuk membuat tutorial cara mencegah dan mengecek komputer/laptop anak bapak digunakan untuk akses situs p*rno atau tidak.
3. Ponsel
Blue film tersebar dengan mudah melalui smartphone. Kapasitas ponsel Android dan IOS yang besar, memungkinkan si pemilik menyimpan file-file berukuran besar seperti video dan gambar p*rno dalam jumlah banyak.
Anak Anda bersih? Cek dulu, jangan mudah merasa tenang. Situs dewasa juga dapat dibuka melalui ponsel.
4. Televisi
Media TV saat ini jauh dari berpihak pada Islam, makanya program yang masih pantas ditonton bisa dihitung dengan sebelah tangan. Lainnya adalah program pembodohan, pendangkalan akidah, penyesatan, hantu, kekerasan, p*rnografi dan p*rnoaksi.
Jangan salah, iklan pun bisa menyesatkan. Selain itu, jangan anggap enteng sinteron/film Korea/Jepang! Lama-lama anak bisa “tercuci otak” dan terbiasa dengan kekerasan atau seks bebas!
Ada iklan parfum wanita yang menyelipkan pesan dalam cuplikannya “aroma wangi yang semerbak dapat memikat hati pria idaman.”
Secara tidak langsung, iklan ini menamkan pengaruh alam bawah sadar remaja puteri kita untuk menjadi wanita yang menarik. Lambat lauh, menggoda menjadi gaya penampilannya, naudzubillah terjerumus dalam praktik palcuran.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ
Seorang wanita yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai, maka wanita tersebut adalah seorang pezina. (al-Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad)
5. Komik
Sejak kecil, kita mengenal buku cerita interaktif bergambar. Sangat menarik bagi anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun. Umumnya yang kita tahu, komik ini memang bacaan bocah-remaja, begitu juga ceritanya. Ternyata pemahaman kita selama ini salah.
Memang gambarnya hanya kartun. Tapi ceritanya tidak kalah ‘seram’ dari novel dewasa. Bahkan lebih mengerikan lagi karena didukung dengan gambar yang menjurus pada gambar eksplisit.
Gambar sampul depan bisa jadi tidak menyiratkan ketelanjangan apa pun. Tapi di dalamnya, di tengahnya, ujung ceritanya ternyata tentang pelecehan dan freesex.
6. Medsos
Media sosial seperti facebook, twitter, youtube pun tidak lepas dari konten p*rno dan kekerasan. Orang tua harus aktif memantau akun medsos anak, kalau perlu masuk ke dalamnya dan melihat group dan fanspage apa yang di-like atau di-follow anak.
7. Salah Pola Asuh Orang Tua
Setelah membaca tulisan di atas, Anda akan sadar bahwa selama ini kurang jeli dan perhatian pada anak. Bahkan, tidak dapat memastikan bahwa putra-putri sendiri 100% bersih dari penyakit masyarakat ini.
Buktinya, Anda tidak memahami sms alay di awal. Buktinya, Anda tidak tahu genre, rating dan mod dalam game. Buktinya, tidak tahu ada komik jenis dewasa.
Menarik kesimpulan, semua wabah di atas dapat terjadi karena salah pola asuh anak dan kurang mendapat perhatian langsung dari orang tua, akibat ayah-ibu mereka pun tidak mengerti dunia anak.
Saya pun membuat beberapa poin yang dapat dipelajari guna interopeksi, sebagai pelengkap infromasi di atas:
1Selama ini telah terjadi kesalahan budaya karena ada pemahaman bahwa yang mengasuh anak hanya ibu. Ayah mencari nafkah saja. Bila memang perlu, baru lapor suami. Ini salah besar. Tidak seperti itu rumah tangga yang diajarkan Nabi Muhammad.
2Orang tua kurang menghabiskan waktu dengan anak dan hanya menyediakan weekend parent. Anak diikutkan les sana sini. Pertanyaan orang tua ke anak hanya seputar ‘Bagaimana les-nya tadi? Nilaimu berapa, Nak? Kamu nggak bolos, kan? Kamu bisa ngerjain ujian hari ini?’Akibatnya, anak-anak menjadi BLASTED (Boring, Lazzy, dan Stressed!).
Mereka pun merasa tidak terkontrol, karena tidak ditanamkan akidah dan iman yang benar. Terlihat dari pertanyaan yang tidak pernah diajukan, ‘sudah shalat nak? hafalan Quran kamu sampai di mana?’
3Orang tua merasa cukup menyekolahkan anak di sekolah berbasis agama. Penerapannya? Nol besar! Orang tua menyuruh anak shalat tepat waktu, sementara orang tua shalatnya senin kamis.
Ibunya berpakaian syari’, tapi ignore terhadap putrinya yang main ke mal hanya memakai rok mini dan tanktop. Anak disuruh les mengaji padahal orang tuanya tidak bisa mengaji!
4Orang tua hanyut dalam tren. Melihat teman-teman anak di sekolah punya dan Xiaomi, anak buru-buru dibelikan Samsung Galaxy 10 juga. Orang tua malu karena anaknya hanya punya ponsel jadul yang cuma bisa SMS dan telepon? Anak pun dibelikan iPhone paling mutakhir.
5Orang tua bisa memfasilitasi anak dengan gadget terkini, tapi gagap teknologi alias gaptek. Buktinya, sudah saya paparkan di atas.
6Orang tua tidak modern, membelikan anak gadget dan perangkat teknologi tanpa tahu akibat negatifnya, tanpa penjelasan dan ketentuan penggunaan.
7Orang tua sekarang adalah generasi ortu yang abal-abal! Yang penting anak sekolah, les, diam di rumah depan komputer, games, ponsel dan TV. Anak tenang, bokap-nyokap senang.
8Orang tua kurang berkomunikasi secara baik dan benar dengan anak, tidak memahami perasaan anak remaja. Aakibat menyerahkan pengasuhan pada asisten rumah tangga.
Saat kita gagap teknologi, saat itu kita gagal mendidik anak.
Artikel Terkait Orang Tua dan Anak
- Cara Bertanya, “Nak Kamu Sudah Pernah Melakukan Seks Bebas?”
- Waspada Trauma Psikis Pada Anak
- Air Susu Ibu Encer, Tanda Basi?
- Susu Formula Bukan Alternatif Pengganti ASI
terimakasih informasinya, menurut saya anak harus diberikan edukasi mengenai internet. mengenai cara berinternet yang positif. atau diberikan edukasi dengan teknologi yang berbeda, seperti AR dan VR.
Afwan mas, sepertinya judulnya salah ketik, …….
🙂
Terima kasih sebelumnya. Akan diperbaiki.
Orang Tua Gaptek Pasti Gak Ngeti Tulisan Ini
harusnya : Orang Tua Gaptek Pasti Gak NGERTI Tulisan Ini
Terima kasih atas sarannya gan.
Sudah di ralat. Maaf salah ketik.