Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Assalamu liman ittabalhuda
Aku berlindung pada Allah dari tersesat dan menyesatkan. Aku berharap ini adalah bagian ikhtiar untuk menemukan jalan.
… Jika melihat orang shaleh, orang kaya, berparas cantik, suskes, seolah saya bertemu pribadi yang diciptakan dan dirancang untuk taat dan beruntung.
Sebaliknya, jika berjumpa orang jahat dan buruk perbuatannya, seakan saya sedang memandang manusia bumi yang didesain hanya untuk berbuat jelek dan malang -naudzubillah-.
Bagaimana tidak!
Orang-orang yang jalan hidupnya baik, terlahir, didewasakan dan hidup bersama keadaan yang bagus.
Mereka yang lorong hidupnya buruk, dilahirkan atau dibesarkan dalam lingkungan jelek, seolah tidak ada ruang lain yang dapat ia lihat.
Jadilah segala yang ada di bumi ini relatif dan tak pasti.
Orang-orang baik melihat segalanya dengan jelas dan terang. Tidak meminta pun, ia sudah punya.
Karena hidupnya di tempat tinggi, tak pelu lagi ia melompat-lompat dan jinjit untuk terlihat tinggi. Mereka tidak perlu lagi mencari kemuliaan, semuanya terlihat dari atas, tahu arah mata angin, tahu ke mana air mengalir dan dari mana berasal.
Mereka yang buruk, hanya gelap yang ia lihat. Tidak tahu malam dan siang. Setiap kali terbentur ia hanya dapat bingung. Tidak tahu tempat bertanya, terkadang suara hati tidak terdengar bahkan baginya fitrah tidak lagi memanggil.
Sering kali orang yang di atas, tidak lagi peduli. Sebenarnya mereka ingin ada orang yang menarik mereka dari kegelapan. Namun, orang yang jalan hidupnya baik memandang mereka hina, kerdil, buruk, menjijikan, bukan siapa-siapa, tidak penting dst.
“Apaan sih ni orang.”
“Emang siapa lo!”
“Idih ni orang.”
“Bodo amat ah, siapa die… gak kenal”
Dari sinilah orang yang dianggap buruk, mulai membenci orang baik. Hanya karena tidak seberuntung orang-orang, mereka dibenci. Hanya karena orang baik tinggal di atas, mereka yang buruk tidak lagi dipandang.
“Kami mencuri karena lapar. Bukan menumpuk harta.”
“Kami gelandangan karena tidak punya orang tua dan rumah.”
“Jadi kuli, karena tidak ada perusahaan yang mau menerima orang yang tidak punya ijazah SD.”
“Kami tak bertalenta karena tidak mengenyam pendidikan.”
“Seandainya kalian berada di posisi kami…”
“Mentang-mentang terkenal, diajak chat gak pernah dibalas, padahal mau tanya soal agama.”
“Enak ya, kalau jadi orang kaya atau ada yang kasih beasiswa bisa sekolah.”
“Padahal cuma minta pendapat, malah direndahkan.”
Tidak ada lagi sosok terpuji seperti Nabi. Peduli dan mengerti potensi orang lain.”
Semua orang berkedok di kaca, di buku dan seminar. Risih jika harus bertemu orang awam. Gengsi bila menyempatkan waktu untuk orang tak dikenal. Jijik jika berdiskusi dengan orang pinggiran.
Pedulilah, jangan pilah-pilih. Jika engkau orang mulia, tugasmu menjadi perantara al-huda.
Tidak ada orang terhormat, yang ada hanya orang yang merasa dirinya terhormat atau dianggap terhormat. Tidak ada orang pintar, yang ada hanya orang yang merasa pintar atau dianggap pintar.
Pintar-pintarlah merasa bukan merasa pintar. Jika benar engkau merasa hebat, terkenal, dan sukses, buktikan khidmahmu pada kemanusiaan.
Aslmkm Ustd…
saya mau nanya apakah pp gontor cabang pendikannya sama dg yg di pp gontor pusat?
dalam komunikasi sehari2 juga sama dg menggunakan 2 bahasa…
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah.
Betul, Pendidikan di Gontor cabang sama persis dengan Pondok Pusat, wajib bahasa Arab dan Inggris.