Nikmat, Manfaat dan Keutamaan Menikah Muda

13 Keutamaan Menikah Muda, Lengkap Dengan Manfaatnya

Mereka perlu tahu

Menikah adalah proses kompleks yang sangat melibatkan fisik, pikiran, mental, perasaan dan keberanian dalam menempuh kehidupan yang berbeda.

Saat itu seseorang mulai memvariasikan hidupnya dengan mencoba menjadi bagian dari hidup orang lain, dan menjalin hubungan yang berasaskan saling melengkapi untuk mencapai satu kebahagiaan yang ditempuh bersama-sama.

Di sebagian kebudayaan, menikah dan kawin di usia muda adalah hal yang tabu dan asing, apalagi di zaman modern ini. Di negara lain, justru sebaliknya. Remaja zaman now kalau belum punya pacar dan belum pernah berhubungan intim, GAK KEREN namanya.

Golongan pertama, lebih mementingkan karir yang belum tentu membahagiakannya dan membuat hidupnya lebih tenang. Kelompok kedua, terlalu bodoh melihat hubungan seksual sebatas bukti cinta dan kekinian.

Mereka berusaha mencari sebanyak-banyaknya kenikmatan dunia namun tanpa seseorang yang bisa diajak berbagi suka dan duka di sisinya.

Sebagian yang lain, mencoba untuk menyempurnakan kekayaannya dan berharap dengan banyaknya kekayaan ia akan lebih mudah menjalani rumah tangga.

Tentu, tidak ada salahnya menjalani karir, bekerja dan berusaha mendapatkan harta, namun mau sekaya apakah kita baru akan merasa siap untuk menikah?

Di sisi lain ada golongan masyarakat yang menunda pernikahan dengan alasan untuk mendewasakan diri terlebih dahulu.

Dengan alasan, ingin mendalami sifat dan karakter lawan jenis, agar lebih yakin dan mantab dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

Untuk mereka, kembali kita ajukan pertanyaan di atas, mau sedewasa apakah dirimu, baru kau berani untuk menikah?

Padahal, survey membuktikan mayoritas orang pacaran itu menipu. Artinya, setelah menikah tidak sebaik dan sebagus waktu pacaran.

Ada lagi kenyataan bahwa sebagian paramedis berpendapat bahwa menikah di usia muda itu akan membahayakan sistem reproduksi wanita, dikarenakan sistem reproduksinya belum matang.

Kami katakan, “Pernyataan mereka itu hanya mengada-ngada!”1 Menstruasinya seorang gadis merupakan pertanda bahwa rahimnya telah siap menerima benih.

Mereka berkata bahwa usia ideal menikah adalah 25, 26, atau 27, dengan alasan, rahimnya telah lebih siap menerima janin, dan ia juga akan terhindar dari kanker rahim atau kanker serviks.

Sunggu merupakan alasan yang dibuat-buat.

Kami takut bahwa pernyataan yang mereka (ilmuan barat) keluarkan itu, hanya karena benci dengan banyaknya jumlah kaum muslimin seandainya umat Islam menikah di usia muda.

Maka, ketika Anda bertemu dengan seorang dokter yang pernyataannya sama dengan ilmuan-ilmuan barat tersebut, abaikan saja ucapannya.

Baiklah, sekarang kita akan membahas beberapa manfaat sosial dan medis yang akan didapat oleh seseorang jika ia memilih untuk menikah di usia muda, berikut ulasannya:

1. Romantis

Menikah adalah bukti cinta sejati. Ia adalah lambang dari romantisme yang hakiki.

Perlu diketahui muda-mudi yang suka tebar pesona sok romantis, supaya tidak ada lagi yang tertipu sama gombalan dan modus.

Jangan percaya kalau ada orang yang bilang cinta, kalau gak ada progres dari ucapannya. Buktikan, setidaknya dengan melamar.

Jangan tergoda hanya dengan puisi dan bunga, sebenarnya dia gak benar-benar punya rasa. Buktinya, dia gak pernah berikrar dan membawa mahar.

Tepat sekali jika Rasulullah -alaihis shalatu was salam- berkata, mengenai romantisme pernikahan ini:

لَمْ نَرَ – يُرَ- لِلْمُتَحَابِّينَ مِثْلُ النِّكَاحِ

“Tidak ada romantisme yang lebih indah bagi dua orang yang saling mencintai selian menikah.” (Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi dan dishahihkah oleh Albani)

2. Membangun Keseimbangan Awal

Usia muda adalah masa ketika gejolak jiwa mulai bertumbuh, dan merupakan masa dimana Anda butuh seseorang untuk menopang diri dan hidup agar masa depan kita lebih teratur, terarah, dan seimbang.

Adalah sangat bermanfaat ketika masa muda disibukkan dalam karir, meskipun lelah menghadapi kesulitan dan tantangan, namun selalu ada seseorang yang mendampingi Anda menghadapi itu semua.

Ia akan menjadi tempat mengungkapkan setiap keluh kesah yang Anda alami dalam hidup. Ia juga merupakan penerang ketika Anda mendapati jalan yang gelap lagi buntu.

3. Saat Terbaik Untuk Saling Menyesuaikan

Jika kita perhatikan, akhir-akhir ini di daerah perkotaan sangat marak perceraian, belum lagi perceraian ini dialami para selebritis kemudian disiarkan media.

Sebenarnya apakah yang menyebabkan hal ini bisa terjadi?

Pasalnya, banyak pemuda-pemudi yang ikutan alergi terhadap pernikahan sweet seventeen. Tentu saja berimbas pada jumlah remaja pacaran, segan menikah muda, takut sama orang tua, akibat minim kedewasaan, dengan alasan ingin mengenal calon pasangan terlebih dahulu.

Padahal, paling asyik mengenal pasangan itu setelah akad nikah. Toh pacaran diluar nikah tidak menjamin kita mengenal pasangan.

Buktinya, banyak orang dewasa yang bercerai meskipun sudah pacaran 5-10 tahun. Toh pacaran bisa berkedok, sok baik, sok rajin, pakai makeup.

Bayangkan sebaliknya, jika dua individu yang telah kuat dalam suatu prinsip, kemudian disatukan dalam rumah tangga.

Lantas ternyata setelah menikah ditemukan ketidak cocokan pada prinsip masing-masing, bukankah hal ini akan lebih mudah menghancurkan sebuah pernikahan?

Menikah di usia muda itu bagai membentuk sebuah adonan kue, Anda akan belajar bagaimana caranya untuk lebih saling mengerti dan memahami. Witing tresno jalaran soko kulino.

Menyesuaikan karakter akan lebih mudah dilakukan saat usia masih muda, karena suami-istri masih lebih terbuka untuk belajar. Shaleh Abdul Qudus berkata,

إن الغُصُونَ إِذا قَوَّمْتَها اعتدلْت # ولا يلينُ إِذا قَوَّمْتَهُ الخَشَبُ

Ranting muda itu mudah sekali diluruskan, jika kau mau. tidak sesulit dahan pohon tua yang kaku.

Pasangan Suami Istri4. Mencari Pasangan Sempurna

Tidak sulit mencari pasangan yang sempurna. Selama kita tidak memperumit diri kita dengan bejibun kriteria.

Ketahuilah, ketika kesempurnaan adalah syarat sesorang boleh menikah, maka kita telah menjadi orang yang egois. Karena kita hanya menuntut orang lain, sedangkan diri sendiri tidak sempurna.

Dalam perjalanannya, rumah tangga tidak akan selalu indah seperti pengantin baru. Seiring dengan waktu, sifat asli pasangan pun akan kelihatan.

Yang awalnya sempurna bagi kita, sangat mungkin berubah menjadi sosok yang paling menjengkelkan di dunia.

Yang awalnya biasa-biasa saja, tidak menutup kemungkinan akan jadi lebih baik, bahkan membangun chemistry (baca: kemistri) terpendam hingga kita merasa “dialah jawaban atas doaku”.

Selama mengarungi bahtera rumah tangga, setiap pihak akan belajar bagaimana karakter yang disukai dan dibenci oleh pasangannya.

Hakikatnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah ﷻ. Karenanya, kalau mau pasangan sempurna harus dibangun di atas standar Rabbul Alamin yakni aqidah dan agama.

Perlu ditekankan, jangan karena kita berbicara tentang kesempurnaan, lantas kita berperinsip “gak sempurna gak apa” termasuk dalam hal agama.

5. Berjuang Menjaga Kesucian

Tak dapat dipungkiri, kebutuhan seksual adalah fitrah manusia yang harus terpenuhi. Siapa saja, pria atau wanita boleh mendapatkannya. Tentu saja melalui prosedur KUA, yakni penikahan yang sah menurut agama.

Makanya, Islam tidak pernah melarang siapapun untuk menikah. Mau itu ustadz, profesor, ulama, guru, pengurus masjid, semuanya boleh nikah tanpa terkecuali.

Dengan menikah muda, hasrat seksual akan lebih mudah diatasi. Tentu saja lebih melindungi diri dari maksiat kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu `alahi wassalam:

يا معشر الشباب ، من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر ، وأحصن للفرج ، ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء

Wahai para pemuda! Siapa saja di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka menikahlah, karena pernikahan itu dapat menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji (kemaluan). Siapa saja yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu perisai bagi dirinya. (al-Bukhari)

ٍSecara otomatis, melalui pernikahan potensi untuk melakukan maksiat akan berkurang. Jangankan zina, melamun saja sudah menjauhkan kita dari mengingat Allah, terlebih ngelamunin lawan jenis. Kalau sudah punya pasangan kan bisa ngelamunin suami/istri.

Dengan menikah, nilai ketakwaan kita di hadapan Allah juga bertambah. Secara tidak langsung, pernikahan menjaga diri kita sekaligus agama Islam.

Sebagaimana sabda Rasulullah :

من تزوج فقد أحرز شطر دينه فليتق الله في الشطر الثاني

Siapa saja menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (Thabarani dan Hakim)

Meskipun hadits di atas dianggap dhaif atau hasan li ghairihi, tapi kandungan maknanya benar. Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumiddin berkomentar:

“Ini adalah isyarat tentang keutamaan menikah, dalam rangka melindungi diri dari penyimpangan, agar terhindar dari kerusakan. Karena pada umumnya yang sering merusak agama manusia adalah kemaluan dan perutnya. Dengan menikah, maka salah satunya telah terpenuhi.

Al-Qurthubi menlanjutkan:

“Makna hadits ini bahwa nikah akan melindungi orang dari zina.”

6. Kesiapan

Demi Allah! Orang yang menunggu untuk menjadi seseorang yang benar-benar sempurna baik di bidang agama, sosial, atau materi sama saja tidak mau menikah. Karena kesempurnaan adalah milik Allah.

Merupakan hal yang sangat terpuji jika seseorang berusaha semaksimal mungkin memantaskan dirinya agar kelak dapat menjadi orang yang ideal bagi pasangan hidupnya.

Sangatlah mulia seorang hamba yang belajar al-Quran, memahami Hadist, menguasai bahasa Arab, mencari kekayaan, dan memupuk kedewasaan sebagai persiapan menikah.

Namun sangat disayangkan, jika kemapanan harta dan jenjang pendidikan dijadikan alasan untuk menunda pernikahan atau menolak nikah muda.

Apalagi dianggap sebagai satu-satunya kunci sukses berumahtangga.

Sahabatku yang dicintai Allah, hidup itu seluruhnya adalah proses, proses mendewasakan dan proses yang menjadikan seseorang lebih pantas.

Keputusan yang tepat adalah menikah meskipun masih miskin harta dan ilmu. Pernikahan itu pun akan membuat amal dan ilmu lebih sempurna, selama pernikahan itu dipenuhi semangat menuntut ilmu.

Janji suci itu pun juga akan membuatmu lebih kaya dan berkecukupan, sebagaimana firman Allah azza wa jalla:

وأنكحوا الأيامى منكم والصالحين من عبادكم وإمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم الله من فضله والله واسع عليم

Nikahkanlah orang-orang yang sendirian (jomblo) di antara kamu, dan orang-orang yang patut (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan erempuan. Jika mereka miskin,  Allah akan cukupkan mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (an-Nur : 32)

7. Puncak Kebahagiaan

Pastinya semua manusia ingin bahagia. Walaupun bahagia itu sendiri berbeda-beda menurut persepsi orang.

Bagi sebagian, bahagia itu sederhana, asal bisa beribadah walaupun miskin. Menurut yang lain, bahagia adalah kepuasan meraih sukses (pendidikan tinggi, karir menanjak, nama baik, penghargaan dll).

Terserah yang mana, apapun itu. Kalau Anda kelompok pertama, menikahlah. Karena pernikahan adalah ibadah dan menyejukkan.

Jika Anda golongan kedua, menikahlah. Karena dengan menikah, Anda akan merasakan kesuksesan meskipun belum meraih cita-cita yang Anda targetkan. Menikah juga dapat membimbing agar lebih cepat sampai tujuan. Karena pernikahan itu membuat kita jadi fokus.

Allah –subhanahu wa ta’ala– berfirman:

Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,2 supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Ia menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (ar-Rum : 21)

Menikah itu menenteramkan. Mau Ibadah, enak dan nyaman. Yang tadinya tidak berpahala bahkan mengundang dosa, jadi membuahkan rahmat dari Allah.

Menikah itu pintu gerbang kesuksesan. Berangkat kerja, ada yang dituju, untuk orang tercinta. Pulang kerja, ada yang menunggu, anak dan istri. Kerja lebih fokus dan bersemangat.

Gak fokus itu bukan karena kurang minum, tapi karena butuh pendamping.

wanita nembak duluan (melamar minta dinikahi)

8. Gerbang Memiliki Keturunan

Jujur saja, sering kali kita dibuat tertawa lucu dan gemas saat melihat anak-anak dan balita. Kita juga merasa bangga ketika menonton acara anak-anak berprestasi di TV dan lomba.

Tidak jarang kita membayangkan betapa bahagianya kita jika anak-anak itu adalah anak kandung kita sendiri.

Semua orang baik, pasti ingin punya momongan. Dalam surat Ali Imran: 4, Allah menyatakan bahwa anak-anak adalah penghias hidup manusia. Mereka mewarnai dengan keindahan.

Mengenai anak ini Allah  mengajarkan pada kita sebuah doa dalam al-Quran, agar diberikan istri dan keturunan shalih yang menyejukkan hati:

ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما

Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan (anak-cucu) yang  dapat menyenangkan hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (al-Furqan: 74)

Secara tidak langsung, ada 2 makna pada aya di atas:

Pertama, “kalau mau mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan, carilah dari anak-anak kalian, mereka adalah tempat yang tepat”.

Kedua, “kalau mau punya anak, nikah dulu, punya pasangan dulu.”

Dalam tafsir as-Sam’ani, al-Qurazi berkata:

“Bagi seorang mukmin melihat istri dan keturunan yang bertakwa adalah hal yang paling membahagiakan.”

Kali ini, kita tidak akan membahas bagaimana cara membentuk anak yang dapat membuat kita menangis karena bahagia. Tapi, saya hanya ingin mengajak bepikir, “bagaimana mungkin punya anak, nikah saja belum!”3

9. Ibadah Yang Menyenangkan

Ceritanya ada 3 pemuda yang bertanya pada istri Nabi, bagaimana ibadah Rasul. Setelah diberitahu, mereka merasa bahwa ibadah mereka masih sangat kurang jika dibandingkan Rasul. Mereka termotivasi ingin beribadah semaksimal mungkin.

“Salah satu diantara mereka akhirnya memutuskan untuk tekun ibadah dan menjauhi pernikahan. Menurutnya, menikah dan memiliki pasangan hanya akan menambah beban kehidupan. Setelah mengetahui kabar tiga sahabatnya ini, bukannya memberikan dorongan dan semangat, justru Nabi Muhammad melarangnya dan mengatakan bahwa beliau beribadah, juga menikah.” (al-Bukhari: 5063, Muslim: 1401)

Hadits ini menunjukkan bahwa, lebih baik kurang ibadah tapi menikah, daripada bertahan membujang meskipun tekun ibadah.

Lagi pula, siapa kita? Apa bisa ibadah 24 jam penuh tanpa tidur dan makan karena puasa dan tahajjud?

Makanya, kalau gak bisa ibadah 7X24 jam, lebih baik menikah aja. Tidak mengekang diri, ibadah lebih longgar karena nilainya lebih baik dari ibadah seharian penuh.

Bagaimana tidak asyik dan menyenangkan; menatap pasangan dapat rahmat Allah berpegangan tangan menghapus dosa, suap-suapan dapat pahala.

Menikah adalah ibadah paling lama, tapi menyenangkan.

10. Stamina dan Vitalitas yang Prima

Menikah muda, usia 18-25, bertepatan kebugaran tubuh sedang mencapai puncaknya.

Bagi seorang wanita telah diketahui bawa menikah di atas usia 30 tahun akan menyebabkan kurangnya kesempatan bagi mereka untuk dapat hamil dan memperoleh keturunan.

Selain itu, tubuh masih bisa diajak kompromi untuk bekerja keras dalam mencari nafkah dan mendidik anak.

Bayangkan, seorang lelaki menikah di usia 35 tahun. Saat anaknya baru masuk SMP, umur sang bapak sudah hampir setengah abad, akan sangat sulit baginya dapat bekerja keras lagi demi memenuhi kebutuhan anak dan rumah tangganya.

Kebalikannya, seseorang menikah di usia muda, misalkan 20 tahun. Esimasinya, ketika berumur 21 atau 22 tahun, ia sudah memiliki keturunan. Ketika anaknya memasuki jenjang kuliah dan hampir tamat, ia baru berusia 40 tahun.

Di usia 50 tahun, sudah bisa menimang cucu dan tidak perlu memeras otak terlalu keras hanya untuk membiayai sekolah anak. Menikah muda, merasakan masa muda dan tua bersama. Menikah tua, tidak akan merasakan masa muda bersama.

11. Indahnya Masa Muda Akan Hilang Karena Mengasuh Anak?

Banyak yang menyangka bahwa memiliki anak di usia muda, hanya akan melenyapkan indahnya masa muda, karena direpotkan dalam mengasuh bayi.

Ini adalah pola pikir pengecut dan pemalas, karena menyerah sebelum mencoba.

Jika logika kita dipenuhi oleh hegemoni hura-hura, keluyuran, dan buang waktu. Tentu, masa muda yang berisi kesenangan sesaat akan pudar.

Tapi kalau pikiran kita padat visi dan misi ke depan, mengasuh anak tidak akan menghilangkan masa muda. Sebagai mana dijelaskan dalam poin-poin di atas.

Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak tidak boleh dijadikan beban. Bahkan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menganjurkan kita untuk memperbanyak anak.

Nikahilah perempuan yang penyayang lagi subur. Sungguh aku akan berbangga dengan sebab banyaknya jumlah kalian (Ummat Nabi Muhammad) dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat. (Shahih riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik)

Banyak anak, adalah sunnah Nabi. Kalau mau banyak anak, nikah muda!

Juga, Rasulullah  menerangkan akan keutamaan yang paling agung dari mempunyai anak, yakni:

“Ketika manusia mati maka terputuslah dari semua amal kebaikannya kecuali tiga:

  • Shadaqah jariyah [sedekah jangka panjang]
  • ilmu yang bermanfaat [diamalkan], dan
  • Anak shalih yang mendo’akannya” (Imam Muslim)

Sekali lagi tentang anak, bagaimana mungkin meraih doa anak shaleh, anak saja tidak punya. Nikah saja ngak, gimana mau punya anak.3

Jangan pernah terbesit di pikiran kita bahwa banyaknya anak akan membuat sempit kehidupan ekonomi, karena tidaklah Allah menciptakan seorang manusia ke permukaan bumi melainkan telah Allah jamin rezekinya, Allah ta`ala berfirman:

Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (al-Isra : 31)

Banyak anak, banyak rezeki adalah fakta. Karena setiap anak dilahirkan bersama rizkinya masing-masing. So, jangan takut punya banyak anak.4

Mencari Jodoh yang baik shaleh-salehah dalam Islam

12. Menjauh Dari Zina

Telah diketahui bersama, dorongan seksual adalah fitrah manusia yang juga dimengeri dalam ilmu biologi. Islam tidak memerintahkan untuk membuhuh nafsu, melainkan mengendalikannya.

Sedangkan mengendalikan itu semua sangatlah sulit. 16, 17, 18, 19 tahun usia kita, makin bertambah, makin bergejolak. Tentunya sangat berbahaya.

Dorongan tersebut lama-kelamaan tidak akan dapat ditahan, terlebih di zaman teknologi ini. Di mana-mana banyak wanita berpakaian minim, ketat, bahkan telanjang. Akhirnya, seorang dapat terjerumus dalam perzinaan. Inilah yang ingin dijaga oleh Agama Islam.

Sungguh, pernikahan akan semakin menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan, serta menjauhkan dari perbuatan zina yang sangat dimurkai oleh Allah.

Jika hasrat muncul, orang yang sudah menikah dapat kembali pada pasangannya. Kalau jomblo, bisa berbuat apa?

Rabb ta’ala berfirman:

Janganlah kamu mendekati zina; sungguh zina itu adalah perbuatan yang keji lagi jalan yang buruk. (al-Isra: 32)

13. Keutamaan Dari Allah

Dalam surat al-Isra, Allah menjelaskan bebagai perintah dan larangannya. Termasuk pernikahan dan kehidupan berumahtangga, yang kemudian ditutup dengan sebuah ayat yang berbunyi:

Itulah (nikah) hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di selain Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka secara hina lagi dijauhkan dari rahmat Allah. (al-Isra: 39)

Semoga dengan adanya tulisan ini keyakinan kita pada Allah akan bertambah dan kita akan terhindar dari ketakutan untuk memulai membina rumah tangga di usia muda.

Bagi yang belum menikah, semoga Allah mudahkan ia menemukan pasangan hidupnya dan bagi yang telah menikah, maka jagalah pernikahanmu karena ia merupakan sebuah amanah dari Allah kepadamu.

Jangan jadikan usia muda sebagai alasan bercerai. Tulisan di atas tidak hanya ditujukan untuk pria saja, perempuan juga boleh dan dianjurkan. Agar tidak malu, lamarlah pria idaman saudari ikutilah cara ta’aruf ibunda Khadijah.

Kesimpulan: Menikah Muda

Nikah muda, bukanlah hal yang buruk. Bahkan banyak tokoh hebat di masa lalu yang menikah di usia muda.

Justru, menikah muda di umur 17-25 tahun akan menyelamatkan masa depan anak karena terhindar dari zina dan pacaran. Khususnya, wanita.

Orang tua dituntut untuk berpikir terbuka. Pacaran adalah gerbang menuju perbuatan amoral seperti zina. Tentu saja itu perbuatan hina dan haram. Menutup pintu haram hanya bisa dengan membuka pintu halal.

Menjauhi zina, cukup dengan melarang pacaran. Memotivasi anak agar menghindari pacaran sangat mudah, dengan mengizinkan para remaja untuk nikah muda.

_______

1 Kenyataannya banyak perempuan melahirkan di usia belasan tahun, ternyata aman dan selamat.

2 Dari “jenismu sendiri” maksudnya adalah jenis manusia dengan manusia, dan jin kawinnya sesama jin. Tidak seperti yang katakan oleh jaringan Islam liberal di Indonesia, yang menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah lesbian dan gay.

3 Bisa punya anak angkat, tapi anak angkat tidak sama dengan anak kandung. Wanita tidak bisa mendapat pahala jihad dari mengandung dan melahirkan. Setelah dewasa, Anak angkat dapat membatalkan wudhu orang tua.

4 Membatasi kehamilan haram, tapi mengatur jarak kehamilan diperbolehkan.

Mereka perlu tahu

312 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Assalamualaikum… Maaf Ukhti . mau Tanya.. Saya berniat di umur 19 Mau menikah. Sudah ad Yg mau Ke rumah saya utk bertemu Ortu saya .dia berumur 27 tahun. Agak Panjang selisih umurnya. Tp SAYA TAKUT krena Ortu sya nyuruh Kuliah dluuu Bru menikah. Krna sya belum slse kuliahnya.tp saya ingin sekali menikah bahkan ketika saya kelas 1 SMK sya sdh mempersiapkan diri. Dan bercita2 ingin menikah muda.. Bagaimana ya ukhti.. Sdh sama2 ingin menikah

    • Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.

      Ukhty, selisih umur itu tidak terlalu penting, bukan masalah. Lanjutkan saja rencana menikah dan kuliahnya. Rumah tangga tidak akan menghambat studi. Apalagi sudah saling ada niat ingin menikah. Belum tentu besok akan ada yang mengajak menikah. Memiliki pasangan, insyallah akan lebih terjaga.

  2. Assalamualaikum wr.wb …saya masih mahasiswa umur saya baru 21thn tapi saya punya pacar danasa pacaran kami dari SMP niat buat menikah ada tapi dari pihak keluarga saya menyarankan tidak untuk menikah terlebih dahulu,bahagiakan kedua ortumu sama keluargamu baru menikah..sdgkan kami berdua sudah terlalu dekat,,,pingin rasanya bilang kepihak keluarga bahwa itu memang penting tapi saya pun memikirkan takut nya ada hal yg tidak di inginkan nantinya …mohon solusi nya,dan gimana cara meyakinkan ke keluarga bahwa saya bisa membahagiakan ortu setelah nikah nanti …

    • Wa’alaikissalam wa rahmatullah wa barakatuh.

      Saran saya kalau tidak mau terjadi apa-apa, ya menikah. Kalau tidak bisa, putus saja. Sebenarnya sangat kontradiktif, keluarga mengizinkan pacaran, tapi melarang pernikahan.

  3. Assalammualaikum, umur saya 18 tahun, sesudah saya hijrah menuju kebaikan saya udah niat menikah karena ibadah perintah agama dan takut terjerumus ke dalam maksiat/zina. Tapi dalam hati saya masih ada keraguan soalnya saya udah kerja tapi dalam pekerjaan itu gajih nya suka telat dan perusahaan nya lagi goyah engga stabil karena masalah hutang jadi kurang terjamin kesejahteraan karyawan nya. Nah saya takut nanti kelak tidak bisa nafkahin istri. Terus kaka saya yg udh umur 27 thn juga belum menikah. Pertanyaan nya
    1. bagaimana solusi terbaik untuk saya, apakah saya menikah dan trus bekerja di perusahaan yg kurang terjamin kesejahteraan nya atau cari kerja lagi terus menikah? Atau menikah dulu terus buka usaha? Atau cari pekerjaan dulu yg lebih baik?
    2. Apakah saya harus nunggu kaka menikah dulu? Terus kalau saya menikah duluan apakah kurang sopan saya mendahului kaka saya?

    • Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.
      Saya akan coba bantu jawab menurut pendapat saya:

      1. Sebaiknya shalat istikharah dulu, jangan lupa perbanyak ibadah. Kerjakan semua, sambil lanjut kerja, sambil cari pekerjaan baru yang lebih baik, sambil proses menuju pernikahan (cari calon kalau belum ada, lamaran, mengurus surat di KUA dsb.). Nanti Allah berikan jalan dari doa istikharah Anda.

      Mengenai pekerjaan, dalam Islam itu gak harus punya pekerjaan tetap. Yang penting tetap bekerja walau serabutan, asal bisa menafkahi istri. Lagi pula, perusahaan manapun tidak menjamin stabil.

      2. Nikah itu seperti kematian, gak mesti yang tua duluan. Kalau waktunya sudah tiba, yang muda bisa duluan.

      Semoga Allah mudahkan.

  4. Assalamualaikum wr.wb.
    Saya ingin bertanya, Saya punya rencana menikah setelah lulus SMK, dengan pria dari Australia, dan ingin melanjutkan pendidikan serta kerja disana. Tapi masalahnya saya adalah anak terakhir dan anak perempuan satu²nya dari keluarga saya. Ibu saya setuju saya menikah muda, tapi ayah saya menentang katanya saya harus kuliah di Indonesia dulu dan baru menikah di umur 29 tahun, ayah saya juga tdk mau saya tinggal karena saya harus ikut calon suami. Lalu calon suami saya menyarankan saya tinggal diIndonesia saja dgn org tua saya dan setiap 3 bulan sekali dia akan ke indonesia untung menjenguk saya, tapi menurut saya ini bukan solusi yg baik karena trlalu boros. Lalu Bagaimana solusi yg tepat kalau sudah seperti ini? Trim’s

    • Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.

      Pertama, Minta semuanya; ayah, ibu, calon, dan saudari sendiri untuk shalat Istikharah.
      Kedua, Ajak ayah diskusi. Menikah di usia 29 tahun bagi perempuan itu kurang baik. Dengan alasan:

      1. Usia melahirkan terlalu tua. Perhitungan, persalinan pertama terjadi saat usia 30 tahun. Menurut ilmu kesehatan, itu sudah mulai masuk umur tidak ideal. Kecuali, sejak usia 20 tahun sudah beberapa kali melahirkan, kemudian melahirkankan lagi saat umur 40 tahun, Insyallah tidak masalah.

      2. Ayah punya kewajiban mencarikan jodoh untuk putrinya. Apakah Ayah berani menjamin akan hidup sampai usia saudari 29 tahun? Apakah Ayah berani menjamin mendapatkan suami yang baik untuk Anda?

      3. Pernikahan LDR itu tidak baik. Al-Quran mengajarkan, bahwa menikah itu untuk saling menentramkan. Bagaimana bisa tenteram, sedangkan pasangan ada di sebrang samudra?

      Ini cuma sedikit masukan.

  5. Aslamualkum Wr Wb, mohon bantuannya. Saya berumur 23 tahun, saya ingin melanjutkan kuliah s2. Saya Sdh mendaftar dan menunggu perkuliahan dimulai. Tetapi saat ini ada yg mengajak saya menikah usianya saat ini 27 tahun. Kami Sdh mengenal 5 tahun yg lalu tapi kami tidak pernah menjalin hub, hanya berteman biasa saja. kita saling mengerti bahwa kita sama” suka. Tapi saya bingung, orangtua kami sih setuju, tetapi saya harus melanjutkan s2 dan dia sibuk bekerja, ? Bagaimana solusinya ? ??

    • Wa’alaikumussalam wa rahamhatullah wa barakatuh.

      Kenapa tidak!
      Yang ajak nikah sudah ada.
      Orang tua setuju.
      Rasa saling suka, sudah saling tahu.
      Apa lagi?

      Laki-laki sibuk bekerja, itu wajar.
      Tinggal ada tentukan saja tanggal pernikahan.
      RUmah tangga itu tidak menghalangi pendidikan.

      Setelah ini, silakan shalat taubat, istikharah, minta hidayah. Terus katakan, “saya terima.”

  6. Asalamuallaikum
    Saya ingin bertanya tentang nikah muda? Saya bermaksud lulus SMK ini mau nikah muda tapi dari orang tua memilih untuk saya bekerja tapi saya berfikir ulang untung memperdalam agama supaya lebih paham dengan cara masuk pesantren setelah keluar dari pesantren sya berniat untuk menikah tapi dari pihak laki2 belum mau untuk menikah? Bagemana tanggapan’y

    • Wa’alaikumussalam wa rahmatullah.

      Kalau dari pihak laki-laki belum mau, berikan kesempatan pada pria lain yang sudah mau.

  7. Assalamualaikum war. Wab saya baru saja melaksanakan ibadah umroh. Kebetulan di tanah suci saya bertemu dengan seorang pria keturunan indonesia yang menetap disana, ia adalah seorang syaikh, mengajar di masjidil haram, dan mahasiswa di universitas umu al qura, umurnya baru 21 tahun dan saya berumur 19 tahun, ia juga menjadi imam di salah satu mushola di sebuah hotel, setelah beberapa kali pertemuan yang tidak disengaja, salah seorang kerabat dekatnya bertanya kepada saya, apa kira2 saya bersedia bila di jodohkan dengan pria tersebut. Saya sebagai perempuan muslin tentu mendambakan seorang suami yang paham betul agama islam, tapi saya sendiri merasa ragu karena ilmu agama saya sangat sedikit. Bagaimana ya cara saya menyikapi hal tersebut ?

    • Wa’alaikissalam wa rahmatullah wa barakatuh.

      Baik sekali tawaran itu. Silakan hari ini istikharah yang benar dan sempurna. Kemudian, hubungi orang tersebut, terima ajakan menikahnya. Kalau jodoh, Allah akan sampaikan kalian berdua ke pernikahan.

      Mengenai ilmu agama, belajar dari sekarang, nanti ditambah sama suaminya nanti. Mulai hafalkan al-Quran dan amalkan.

  8. Assalamualaikum wr wb.
    Saya mau bertanya, saya rencana setelah lulus SMA ingin menikah. Dulu saya pernah pacaran selama 3 tahun, ortu saya tau dan ortu dari ikhwan juga sudah tau. Saya pacaran dengan orang yang sama dan akan menikah dengan orang yang sama. Tapi, ibu dari ikhwan tidak menyetujui karena bilangnya “biar jadi dokter dulu”. Tapi bapak dari ikhwan nya sudah menyetujui. Bagaimana pendapatanya? Jazakallahu khairan.

    • Wa’alaikissalam wa rahmatullah wa barakatuh.

      Niat nikah itu baik, dan sebaiknya segera dilaksanakan.

      Sekarang, keputusan ada di ikhwan itu dan orang tuanya. Tapi, yang harus diketahui ortunya, menikah itu tidak menghalangi pendidikan. Justru, dengan Anti menjadi istrinya, mudah-mudahan bisa membamtu proses belajarnya untuk jadi dokter.

  9. Tapi bagaimana kalau orang yang ingin dinikahi sudah ada didepan mata? Bolehkah menikah sambil memperbaiki ilmu agama? Saya khawatir malah jadi zina.

  10. Assalamu’alaikum. Saya dari Bali. Saya ada niat menikah sejak saya kuliah di semester 4 lalu, saat ini saya sudah bekerja disebuah perusahaan EO outdoor. Tujuan saya menikah adalah untuk menghindari zina dan untuk lebih bersemangat untuk beribadah. Saya juga sudah berusaha untuk menghidari pacaran sejak semester 3. Beberapa bulan lalu setelah saya menuntaskan studi, saya sempat mencoba melamar seorang gadis yg masih kuliah, dia adalah mantan saya ketika saya masih kuliah semester 3, tapi saat saya datangi dia, ternyata dia sudah punya pacar dan saya membatalkan niat untuk menikahinya. Saat ini saya sedang berusaha untuk mendekati seorang teman SMP saya. Niat untuk menikah juga masih ada, tapi saya khawatir jika dia menanyakan tentang agama saya, jujur saja saya juga masih bolong-bolong untuk melaksanakan sholat ketika event sedang berlangsung. Rencana saya akan mendatangi teman saya ini sesegera mungkin, cuma kekhawatiran saya masih ada. Mohon diberikan solusinya ustad?

    • Wa’alaikumussalam wa rahmatullah.

      Saran saya, idealnya taubat dulu, perbaiki shalatnya, jangan biarkan bolong lagi, minimal 40 hari baru datang melamar. Karena kalau ditanya ibadahnya, Den King gak perlu bohong.

      Kalau ditanya shalat, bohong, bagaimana kedepannya rumah tangga Anda?
      Sejak awal sudah dibangung di atas pondasi kebohongan, lebih parah lagi kebohongan itu kemaksiatan kepada Allah.

  11. Assalamualaikum. Saya punya pertanyaan mengenai menikah muda. Saat ini usia saya masih 19 tahun masih kuliah sambil bekerja jg. Sebelumnya saya gak ada kepikiran buat menikah muda tapi setelah mantan menghubungi saya kembali danmengajak menikah saya jadi kepikiran ini. Kami memang dulu sangat dekat hingga saya tahu ortu nya keluarganya tapi putus karena kami rasa pacaran itu gak baik dan kami ingin memperbaiki diri dulu. Hingga dia datang lagi dan ngajak nikah. Tapi sayangnya sekarang saya udh sm yg lain maksudnya pacaran dgn yg lain. Saya bingung disini saya harus memilih siapa.

    • Wa’alaikumussalam.

      Saran saya, tanyakan “kapan mau nikah?”

      Kalau jawabnya gak jelas, mending tinggalkan dan kembali ke yang lama, dengan syarat; jangan clbk, tapi langsung nikah.

      Itu pacarnya yang lama udah bagus, mau putus karena pacaran gak baik. Terus dia kembali untuk ngajak nikah.

  12. Assalamualaikum, saya laki2 berumur 23 th, saya udah bekerja saya juga masih kuliah semester 3, saya ingin menikah tapi terhalang dengan orang tua saya, alasan orangtua selesaikan dllu kuliah mapan baru menikah, pdahal saya ingin menikah sebelum mapan, agar bisa berjuang bersama istri, bagaimana cara meyakinkan mereka ??

    • Wa’alaikumussalam wa rahmatullah.

      Mas Syahrul, sebenarnya niat Anda dan orang tua sama-sama baik. Kalau memang butuh nikah, yang pertama, harus Anda lakukan adalah berdoa semoga Allah permudah.
      Kedua, perbaiki diri, yakinkan ortu bahwa Anda memang sudah pantas menikah, misalnya; bangun subuh tepat waktu, cuci baju sendiri, pokoknya yang menunjukkan Anda sudah dewasa.
      Ketiga, yakinkan ortu, kalau setelah menikah, kuliah Anda tidak terbengkalai, tunjukkan mulai sekarang kuliah rajin, nilai bagus dsb.
      Keempat, ajak diskusi orangtua, menikah muda itu baik, bisa menjaga dari zina karena zaman sekarang mudah sekali seseorang terjerumus dalam pergaulan bebas. Setelah menikah, pahala ibadah jauh lebih besar daripada bujangan. Nikah muda, sunah Rasul. dll.

  13. Assalamu’alikum,
    Nama sy Fadlan, pria berumur 21 tahun.
    Sy sngt ingin menikah muda krn sy ingin memperbaiki ibadah dan jg menghindari dosa (zina/maksiat).
    Sy sdng PDKT dgn seorg wanita berumur 20 tahun selama sebulan dan selanjutnya kami ada niat untuk segera menikah krn takut berbuat dosa (zina/maksiat).
    Sy akrab dgn ibunya dan prnh bercerita tntng hal ini dan ibunya pun setuju.
    Tp ketika ditanyakan soal kesiapan, sy merasa siap tdk siap krn kepikiran sy yg belum krj tetap dan punya pnghasilan tetap, sy kadang manggung tp hasilnya tdk sbrp dan tdk sesering mngkin, sy pun jg kepikiran orgtua sy yg terlilit hutang jd sy tdk ingin niat sy ini mnjd beban buat orgtua sy sehingga membuat mereka tdk setuju.
    Bgmn pendapat ustadz dan apa solusi yg tepat untuk sy?
    Sekian dan terima kasih.
    Wassalam.

    • Wa’alaikassalam wa rahmatullah.

      Saran saya, Mas Fadlan segera mencari penghasilan. Ingat, selalu bekerja, tetap bekerja, meskipun itu bukan pekerjaan tetap.
      Mengenai hutang orang tua, penting, tapi jangan dijadikan penghambat pernikahan. Kalau hutangnya, cuma 1juta silakan dibayar dulu. Kalau hutangnya 10jt ke atas, ya nikah dulu.

      Jangan lupa, nikah gak perlu pakai adat resepsi, cukup ijab kabul.

      Semoga membantu.

  14. Assalamu’alaikum Ustadz
    Kmi ada niat u/ nikah muda. Tpi trkndala sama materi n kmi juga mrasa masih sngt muda. Bgmna Ustadz?

    • Wa’alaikissalam wa rahmatullah wa barakatuh.

      Mbak, terkendala materi bagaimana? Misalnya, Ijab Qabul cukup di KUA, gak perlu konser atau hajatan.
      Usia muda tidak masalah. yang penting sudah baligh sudah cukup.

  15. Assalamualaikum , saya Andina umur 20 tahun seorang mahasiswi dan juga karyawati di salah satu BPRS di indonesia, saya punya pacar dia umurnya 21 tahun masih kuliah sekarang semester 6 kita pacaran sudah hampir 4 tahun kedua keluarga sudah saling mengetahui hubungan ini dan mereka setuju. selama empat tahun kita pacaran jarak jauh karena saya 3 tahun pesantren terus sekarang dia kuliah di luar kota , nah semakin dewasa kita semakin takut kalau pacaran itu deket ke dosa karena banyak resiko untuk berbuat zina, kemarin DIA mengajak saya menikah tapi menikah secara agama dulu katanya , dia orang yang ngerti agama dan taat banget sama ajaran. dia gamau semakin lama pacaran semakin banyak dosa , katanya saling bertatapan aja kita sudah dosa. nah akhirnya kita bicara ke kedua orang tua masing2, dan mereka setuju karena alasannya jelas untuk menghindari dosa, kata DIA saya belum bisa ngasih lebih kalau nanti kita udah nikah karena belum ada kerjaan paling bantuin di toko orangtua, atau sesekali gojek online. untuk hal itu saya sebenarnya kurang terlalu peduli. kita memutuskan untuk menikah secara agama dlu karena untuk resepsi mewah kita gamau uang dr orangtua mungkin nanti setelah kita punya penghasilan lebih 2 tahunan lagi setelah dia lulus dan punya pekerjaan tetap, dan kitapun mau melamar kerja tapi persyaratannya jangan dulu menikah , kita memutuskan untuk menunda momongan sampai nanti kita resepsi . minta sarannya ya ustadz

    • Wa’alaikissalam wa rahmatullah.

      Kalau orang tua sudah setuju, silakan lanjutkan.

      Suami yang penting bisa memberikan nafkah. Cari kerja yang boleh menikah.

      Mengatur kehamilan tidak apa-apa. Asal, jangan ada niat membatasi keturunan atau tidak ingin punya anak.