Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Menikah adalah proses kompleks yang sangat melibatkan fisik, pikiran, mental, perasaan dan keberanian dalam menempuh kehidupan yang berbeda.
Saat itu seseorang mulai memvariasikan hidupnya dengan mencoba menjadi bagian dari hidup orang lain, dan menjalin hubungan yang berasaskan saling melengkapi untuk mencapai satu kebahagiaan yang ditempuh bersama-sama.
Di sebagian kebudayaan, menikah dan kawin di usia muda adalah hal yang tabu dan asing, apalagi di zaman modern ini. Di negara lain, justru sebaliknya. Remaja zaman now kalau belum punya pacar dan belum pernah berhubungan intim, GAK KEREN namanya.
Golongan pertama, lebih mementingkan karir yang belum tentu membahagiakannya dan membuat hidupnya lebih tenang. Kelompok kedua, terlalu bodoh melihat hubungan seksual sebatas bukti cinta dan kekinian.
Mereka berusaha mencari sebanyak-banyaknya kenikmatan dunia namun tanpa seseorang yang bisa diajak berbagi suka dan duka di sisinya.
Sebagian yang lain, mencoba untuk menyempurnakan kekayaannya dan berharap dengan banyaknya kekayaan ia akan lebih mudah menjalani rumah tangga.
Tentu, tidak ada salahnya menjalani karir, bekerja dan berusaha mendapatkan harta, namun mau sekaya apakah kita baru akan merasa siap untuk menikah?
Di sisi lain ada golongan masyarakat yang menunda pernikahan dengan alasan untuk mendewasakan diri terlebih dahulu.
Dengan alasan, ingin mendalami sifat dan karakter lawan jenis, agar lebih yakin dan mantab dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Untuk mereka, kembali kita ajukan pertanyaan di atas, mau sedewasa apakah dirimu, baru kau berani untuk menikah?
Padahal, survey membuktikan mayoritas orang pacaran itu menipu. Artinya, setelah menikah tidak sebaik dan sebagus waktu pacaran.
Ada lagi kenyataan bahwa sebagian paramedis berpendapat bahwa menikah di usia muda itu akan membahayakan sistem reproduksi wanita, dikarenakan sistem reproduksinya belum matang.
Kami katakan, “Pernyataan mereka itu hanya mengada-ngada!”1 Menstruasinya seorang gadis merupakan pertanda bahwa rahimnya telah siap menerima benih.
Mereka berkata bahwa usia ideal menikah adalah 25, 26, atau 27, dengan alasan, rahimnya telah lebih siap menerima janin, dan ia juga akan terhindar dari kanker rahim atau kanker serviks.
Sunggu merupakan alasan yang dibuat-buat.
Kami takut bahwa pernyataan yang mereka (ilmuan barat) keluarkan itu, hanya karena benci dengan banyaknya jumlah kaum muslimin seandainya umat Islam menikah di usia muda.
Maka, ketika Anda bertemu dengan seorang dokter yang pernyataannya sama dengan ilmuan-ilmuan barat tersebut, abaikan saja ucapannya.
Baiklah, sekarang kita akan membahas beberapa manfaat sosial dan medis yang akan didapat oleh seseorang jika ia memilih untuk menikah di usia muda, berikut ulasannya:
1. Romantis
Menikah adalah bukti cinta sejati. Ia adalah lambang dari romantisme yang hakiki.
Perlu diketahui muda-mudi yang suka tebar pesona sok romantis, supaya tidak ada lagi yang tertipu sama gombalan dan modus.
Jangan percaya kalau ada orang yang bilang cinta, kalau gak ada progres dari ucapannya. Buktikan, setidaknya dengan melamar.
Jangan tergoda hanya dengan puisi dan bunga, sebenarnya dia gak benar-benar punya rasa. Buktinya, dia gak pernah berikrar dan membawa mahar.
Tepat sekali jika Rasulullah -alaihis shalatu was salam- berkata, mengenai romantisme pernikahan ini:
لَمْ نَرَ – يُرَ- لِلْمُتَحَابِّينَ مِثْلُ النِّكَاحِ
“Tidak ada romantisme yang lebih indah bagi dua orang yang saling mencintai selian menikah.” (Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi dan dishahihkah oleh Albani)
2. Membangun Keseimbangan Awal
Usia muda adalah masa ketika gejolak jiwa mulai bertumbuh, dan merupakan masa dimana Anda butuh seseorang untuk menopang diri dan hidup agar masa depan kita lebih teratur, terarah, dan seimbang.
Adalah sangat bermanfaat ketika masa muda disibukkan dalam karir, meskipun lelah menghadapi kesulitan dan tantangan, namun selalu ada seseorang yang mendampingi Anda menghadapi itu semua.
Ia akan menjadi tempat mengungkapkan setiap keluh kesah yang Anda alami dalam hidup. Ia juga merupakan penerang ketika Anda mendapati jalan yang gelap lagi buntu.
3. Saat Terbaik Untuk Saling Menyesuaikan
Jika kita perhatikan, akhir-akhir ini di daerah perkotaan sangat marak perceraian, belum lagi perceraian ini dialami para selebritis kemudian disiarkan media.
Sebenarnya apakah yang menyebabkan hal ini bisa terjadi?
Pasalnya, banyak pemuda-pemudi yang ikutan alergi terhadap pernikahan sweet seventeen. Tentu saja berimbas pada jumlah remaja pacaran, segan menikah muda, takut sama orang tua, akibat minim kedewasaan, dengan alasan ingin mengenal calon pasangan terlebih dahulu.
Padahal, paling asyik mengenal pasangan itu setelah akad nikah. Toh pacaran diluar nikah tidak menjamin kita mengenal pasangan.
Buktinya, banyak orang dewasa yang bercerai meskipun sudah pacaran 5-10 tahun. Toh pacaran bisa berkedok, sok baik, sok rajin, pakai makeup.
Bayangkan sebaliknya, jika dua individu yang telah kuat dalam suatu prinsip, kemudian disatukan dalam rumah tangga.
Lantas ternyata setelah menikah ditemukan ketidak cocokan pada prinsip masing-masing, bukankah hal ini akan lebih mudah menghancurkan sebuah pernikahan?
Menikah di usia muda itu bagai membentuk sebuah adonan kue, Anda akan belajar bagaimana caranya untuk lebih saling mengerti dan memahami. Witing tresno jalaran soko kulino.
Menyesuaikan karakter akan lebih mudah dilakukan saat usia masih muda, karena suami-istri masih lebih terbuka untuk belajar. Shaleh Abdul Qudus berkata,
إن الغُصُونَ إِذا قَوَّمْتَها اعتدلْت # ولا يلينُ إِذا قَوَّمْتَهُ الخَشَبُ
Ranting muda itu mudah sekali diluruskan, jika kau mau. tidak sesulit dahan pohon tua yang kaku.
4. Mencari Pasangan Sempurna
Tidak sulit mencari pasangan yang sempurna. Selama kita tidak memperumit diri kita dengan bejibun kriteria.
Ketahuilah, ketika kesempurnaan adalah syarat sesorang boleh menikah, maka kita telah menjadi orang yang egois. Karena kita hanya menuntut orang lain, sedangkan diri sendiri tidak sempurna.
Dalam perjalanannya, rumah tangga tidak akan selalu indah seperti pengantin baru. Seiring dengan waktu, sifat asli pasangan pun akan kelihatan.
Yang awalnya sempurna bagi kita, sangat mungkin berubah menjadi sosok yang paling menjengkelkan di dunia.
Yang awalnya biasa-biasa saja, tidak menutup kemungkinan akan jadi lebih baik, bahkan membangun chemistry (baca: kemistri) terpendam hingga kita merasa “dialah jawaban atas doaku”.
Selama mengarungi bahtera rumah tangga, setiap pihak akan belajar bagaimana karakter yang disukai dan dibenci oleh pasangannya.
Hakikatnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah ﷻ. Karenanya, kalau mau pasangan sempurna harus dibangun di atas standar Rabbul Alamin yakni aqidah dan agama.
Perlu ditekankan, jangan karena kita berbicara tentang kesempurnaan, lantas kita berperinsip “gak sempurna gak apa” termasuk dalam hal agama.
5. Berjuang Menjaga Kesucian
Tak dapat dipungkiri, kebutuhan seksual adalah fitrah manusia yang harus terpenuhi. Siapa saja, pria atau wanita boleh mendapatkannya. Tentu saja melalui prosedur KUA, yakni penikahan yang sah menurut agama.
Makanya, Islam tidak pernah melarang siapapun untuk menikah. Mau itu ustadz, profesor, ulama, guru, pengurus masjid, semuanya boleh nikah tanpa terkecuali.
Dengan menikah muda, hasrat seksual akan lebih mudah diatasi. Tentu saja lebih melindungi diri dari maksiat kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu `alahi wassalam:
يا معشر الشباب ، من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر ، وأحصن للفرج ، ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء
Wahai para pemuda! Siapa saja di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka menikahlah, karena pernikahan itu dapat menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji (kemaluan). Siapa saja yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu perisai bagi dirinya. (al-Bukhari)
ٍSecara otomatis, melalui pernikahan potensi untuk melakukan maksiat akan berkurang. Jangankan zina, melamun saja sudah menjauhkan kita dari mengingat Allah, terlebih ngelamunin lawan jenis. Kalau sudah punya pasangan kan bisa ngelamunin suami/istri.
Dengan menikah, nilai ketakwaan kita di hadapan Allah juga bertambah. Secara tidak langsung, pernikahan menjaga diri kita sekaligus agama Islam.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
من تزوج فقد أحرز شطر دينه فليتق الله في الشطر الثاني
Siapa saja menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (Thabarani dan Hakim)
Meskipun hadits di atas dianggap dhaif atau hasan li ghairihi, tapi kandungan maknanya benar. Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumiddin berkomentar:
“Ini adalah isyarat tentang keutamaan menikah, dalam rangka melindungi diri dari penyimpangan, agar terhindar dari kerusakan. Karena pada umumnya yang sering merusak agama manusia adalah kemaluan dan perutnya. Dengan menikah, maka salah satunya telah terpenuhi.
Al-Qurthubi menlanjutkan:
“Makna hadits ini bahwa nikah akan melindungi orang dari zina.”
6. Kesiapan
Demi Allah! Orang yang menunggu untuk menjadi seseorang yang benar-benar sempurna baik di bidang agama, sosial, atau materi sama saja tidak mau menikah. Karena kesempurnaan adalah milik Allah.
Merupakan hal yang sangat terpuji jika seseorang berusaha semaksimal mungkin memantaskan dirinya agar kelak dapat menjadi orang yang ideal bagi pasangan hidupnya.
Sangatlah mulia seorang hamba yang belajar al-Quran, memahami Hadist, menguasai bahasa Arab, mencari kekayaan, dan memupuk kedewasaan sebagai persiapan menikah.
Namun sangat disayangkan, jika kemapanan harta dan jenjang pendidikan dijadikan alasan untuk menunda pernikahan atau menolak nikah muda.
Apalagi dianggap sebagai satu-satunya kunci sukses berumahtangga.
Sahabatku yang dicintai Allah, hidup itu seluruhnya adalah proses, proses mendewasakan dan proses yang menjadikan seseorang lebih pantas.
Keputusan yang tepat adalah menikah meskipun masih miskin harta dan ilmu. Pernikahan itu pun akan membuat amal dan ilmu lebih sempurna, selama pernikahan itu dipenuhi semangat menuntut ilmu.
Janji suci itu pun juga akan membuatmu lebih kaya dan berkecukupan, sebagaimana firman Allah azza wa jalla:
وأنكحوا الأيامى منكم والصالحين من عبادكم وإمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم الله من فضله والله واسع عليم
Nikahkanlah orang-orang yang sendirian (jomblo) di antara kamu, dan orang-orang yang patut (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan erempuan. Jika mereka miskin, Allah akan cukupkan mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (an-Nur : 32)
7. Puncak Kebahagiaan
Pastinya semua manusia ingin bahagia. Walaupun bahagia itu sendiri berbeda-beda menurut persepsi orang.
Bagi sebagian, bahagia itu sederhana, asal bisa beribadah walaupun miskin. Menurut yang lain, bahagia adalah kepuasan meraih sukses (pendidikan tinggi, karir menanjak, nama baik, penghargaan dll).
Terserah yang mana, apapun itu. Kalau Anda kelompok pertama, menikahlah. Karena pernikahan adalah ibadah dan menyejukkan.
Jika Anda golongan kedua, menikahlah. Karena dengan menikah, Anda akan merasakan kesuksesan meskipun belum meraih cita-cita yang Anda targetkan. Menikah juga dapat membimbing agar lebih cepat sampai tujuan. Karena pernikahan itu membuat kita jadi fokus.
Allah –subhanahu wa ta’ala– berfirman:
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,2 supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Ia menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (ar-Rum : 21)
Menikah itu menenteramkan. Mau Ibadah, enak dan nyaman. Yang tadinya tidak berpahala bahkan mengundang dosa, jadi membuahkan rahmat dari Allah.
Menikah itu pintu gerbang kesuksesan. Berangkat kerja, ada yang dituju, untuk orang tercinta. Pulang kerja, ada yang menunggu, anak dan istri. Kerja lebih fokus dan bersemangat.
Gak fokus itu bukan karena kurang minum, tapi karena butuh pendamping.

8. Gerbang Memiliki Keturunan
Jujur saja, sering kali kita dibuat tertawa lucu dan gemas saat melihat anak-anak dan balita. Kita juga merasa bangga ketika menonton acara anak-anak berprestasi di TV dan lomba.
Tidak jarang kita membayangkan betapa bahagianya kita jika anak-anak itu adalah anak kandung kita sendiri.
Semua orang baik, pasti ingin punya momongan. Dalam surat Ali Imran: 4, Allah menyatakan bahwa anak-anak adalah penghias hidup manusia. Mereka mewarnai dengan keindahan.
Mengenai anak ini Allah ﷻ mengajarkan pada kita sebuah doa dalam al-Quran, agar diberikan istri dan keturunan shalih yang menyejukkan hati:
ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan (anak-cucu) yang dapat menyenangkan hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (al-Furqan: 74)
Secara tidak langsung, ada 2 makna pada aya di atas:
Pertama, “kalau mau mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan, carilah dari anak-anak kalian, mereka adalah tempat yang tepat”.
Kedua, “kalau mau punya anak, nikah dulu, punya pasangan dulu.”
Dalam tafsir as-Sam’ani, al-Qurazi berkata:
“Bagi seorang mukmin melihat istri dan keturunan yang bertakwa adalah hal yang paling membahagiakan.”
Kali ini, kita tidak akan membahas bagaimana cara membentuk anak yang dapat membuat kita menangis karena bahagia. Tapi, saya hanya ingin mengajak bepikir, “bagaimana mungkin punya anak, nikah saja belum!”3
9. Ibadah Yang Menyenangkan
Ceritanya ada 3 pemuda yang bertanya pada istri Nabi, bagaimana ibadah Rasul. Setelah diberitahu, mereka merasa bahwa ibadah mereka masih sangat kurang jika dibandingkan Rasul. Mereka termotivasi ingin beribadah semaksimal mungkin.
“Salah satu diantara mereka akhirnya memutuskan untuk tekun ibadah dan menjauhi pernikahan. Menurutnya, menikah dan memiliki pasangan hanya akan menambah beban kehidupan. Setelah mengetahui kabar tiga sahabatnya ini, bukannya memberikan dorongan dan semangat, justru Nabi Muhammad melarangnya dan mengatakan bahwa beliau beribadah, juga menikah.” (al-Bukhari: 5063, Muslim: 1401)
Hadits ini menunjukkan bahwa, lebih baik kurang ibadah tapi menikah, daripada bertahan membujang meskipun tekun ibadah.
Lagi pula, siapa kita? Apa bisa ibadah 24 jam penuh tanpa tidur dan makan karena puasa dan tahajjud?
Makanya, kalau gak bisa ibadah 7X24 jam, lebih baik menikah aja. Tidak mengekang diri, ibadah lebih longgar karena nilainya lebih baik dari ibadah seharian penuh.
Bagaimana tidak asyik dan menyenangkan; menatap pasangan dapat rahmat Allah berpegangan tangan menghapus dosa, suap-suapan dapat pahala.
Menikah adalah ibadah paling lama, tapi menyenangkan.
10. Stamina dan Vitalitas yang Prima
Menikah muda, usia 18-25, bertepatan kebugaran tubuh sedang mencapai puncaknya.
Bagi seorang wanita telah diketahui bawa menikah di atas usia 30 tahun akan menyebabkan kurangnya kesempatan bagi mereka untuk dapat hamil dan memperoleh keturunan.
Selain itu, tubuh masih bisa diajak kompromi untuk bekerja keras dalam mencari nafkah dan mendidik anak.
Bayangkan, seorang lelaki menikah di usia 35 tahun. Saat anaknya baru masuk SMP, umur sang bapak sudah hampir setengah abad, akan sangat sulit baginya dapat bekerja keras lagi demi memenuhi kebutuhan anak dan rumah tangganya.
Kebalikannya, seseorang menikah di usia muda, misalkan 20 tahun. Esimasinya, ketika berumur 21 atau 22 tahun, ia sudah memiliki keturunan. Ketika anaknya memasuki jenjang kuliah dan hampir tamat, ia baru berusia 40 tahun.
Di usia 50 tahun, sudah bisa menimang cucu dan tidak perlu memeras otak terlalu keras hanya untuk membiayai sekolah anak. Menikah muda, merasakan masa muda dan tua bersama. Menikah tua, tidak akan merasakan masa muda bersama.
11. Indahnya Masa Muda Akan Hilang Karena Mengasuh Anak?
Banyak yang menyangka bahwa memiliki anak di usia muda, hanya akan melenyapkan indahnya masa muda, karena direpotkan dalam mengasuh bayi.
Ini adalah pola pikir pengecut dan pemalas, karena menyerah sebelum mencoba.
Jika logika kita dipenuhi oleh hegemoni hura-hura, keluyuran, dan buang waktu. Tentu, masa muda yang berisi kesenangan sesaat akan pudar.
Tapi kalau pikiran kita padat visi dan misi ke depan, mengasuh anak tidak akan menghilangkan masa muda. Sebagai mana dijelaskan dalam poin-poin di atas.
Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak tidak boleh dijadikan beban. Bahkan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menganjurkan kita untuk memperbanyak anak.
Nikahilah perempuan yang penyayang lagi subur. Sungguh aku akan berbangga dengan sebab banyaknya jumlah kalian (Ummat Nabi Muhammad) dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat. (Shahih riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik)
Banyak anak, adalah sunnah Nabi. Kalau mau banyak anak, nikah muda!
Juga, Rasulullah ﷺ menerangkan akan keutamaan yang paling agung dari mempunyai anak, yakni:
“Ketika manusia mati maka terputuslah dari semua amal kebaikannya kecuali tiga:
- Shadaqah jariyah [sedekah jangka panjang]
- ilmu yang bermanfaat [diamalkan], dan
- Anak shalih yang mendo’akannya” (Imam Muslim)
Sekali lagi tentang anak, bagaimana mungkin meraih doa anak shaleh, anak saja tidak punya. Nikah saja ngak, gimana mau punya anak.3
Jangan pernah terbesit di pikiran kita bahwa banyaknya anak akan membuat sempit kehidupan ekonomi, karena tidaklah Allah menciptakan seorang manusia ke permukaan bumi melainkan telah Allah jamin rezekinya, Allah ta`ala berfirman:
Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (al-Isra : 31)
Banyak anak, banyak rezeki adalah fakta. Karena setiap anak dilahirkan bersama rizkinya masing-masing. So, jangan takut punya banyak anak.4

12. Menjauh Dari Zina
Telah diketahui bersama, dorongan seksual adalah fitrah manusia yang juga dimengeri dalam ilmu biologi. Islam tidak memerintahkan untuk membuhuh nafsu, melainkan mengendalikannya.
Sedangkan mengendalikan itu semua sangatlah sulit. 16, 17, 18, 19 tahun usia kita, makin bertambah, makin bergejolak. Tentunya sangat berbahaya.
Dorongan tersebut lama-kelamaan tidak akan dapat ditahan, terlebih di zaman teknologi ini. Di mana-mana banyak wanita berpakaian minim, ketat, bahkan telanjang. Akhirnya, seorang dapat terjerumus dalam perzinaan. Inilah yang ingin dijaga oleh Agama Islam.
Sungguh, pernikahan akan semakin menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan, serta menjauhkan dari perbuatan zina yang sangat dimurkai oleh Allah.
Jika hasrat muncul, orang yang sudah menikah dapat kembali pada pasangannya. Kalau jomblo, bisa berbuat apa?
Rabb ta’ala berfirman:
Janganlah kamu mendekati zina; sungguh zina itu adalah perbuatan yang keji lagi jalan yang buruk. (al-Isra: 32)
13. Keutamaan Dari Allah
Dalam surat al-Isra, Allah menjelaskan bebagai perintah dan larangannya. Termasuk pernikahan dan kehidupan berumahtangga, yang kemudian ditutup dengan sebuah ayat yang berbunyi:
Itulah (nikah) hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di selain Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka secara hina lagi dijauhkan dari rahmat Allah. (al-Isra: 39)
Semoga dengan adanya tulisan ini keyakinan kita pada Allah akan bertambah dan kita akan terhindar dari ketakutan untuk memulai membina rumah tangga di usia muda.
Bagi yang belum menikah, semoga Allah mudahkan ia menemukan pasangan hidupnya dan bagi yang telah menikah, maka jagalah pernikahanmu karena ia merupakan sebuah amanah dari Allah kepadamu.
Jangan jadikan usia muda sebagai alasan bercerai. Tulisan di atas tidak hanya ditujukan untuk pria saja, perempuan juga boleh dan dianjurkan. Agar tidak malu, lamarlah pria idaman saudari ikutilah cara ta’aruf ibunda Khadijah.
Kesimpulan: Menikah Muda
Nikah muda, bukanlah hal yang buruk. Bahkan banyak tokoh hebat di masa lalu yang menikah di usia muda.
Justru, menikah muda di umur 17-25 tahun akan menyelamatkan masa depan anak karena terhindar dari zina dan pacaran. Khususnya, wanita.
Orang tua dituntut untuk berpikir terbuka. Pacaran adalah gerbang menuju perbuatan amoral seperti zina. Tentu saja itu perbuatan hina dan haram. Menutup pintu haram hanya bisa dengan membuka pintu halal.
Menjauhi zina, cukup dengan melarang pacaran. Memotivasi anak agar menghindari pacaran sangat mudah, dengan mengizinkan para remaja untuk nikah muda.
_______
1 Kenyataannya banyak perempuan melahirkan di usia belasan tahun, ternyata aman dan selamat.
2 Dari “jenismu sendiri” maksudnya adalah jenis manusia dengan manusia, dan jin kawinnya sesama jin. Tidak seperti yang katakan oleh jaringan Islam liberal di Indonesia, yang menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah lesbian dan gay.
3 Bisa punya anak angkat, tapi anak angkat tidak sama dengan anak kandung. Wanita tidak bisa mendapat pahala jihad dari mengandung dan melahirkan. Setelah dewasa, Anak angkat dapat membatalkan wudhu orang tua.
4 Membatasi kehamilan haram, tapi mengatur jarak kehamilan diperbolehkan.
Assalamu’alaikum wr wb
Saya ingin bertanya, saya dan kekasih saya baru saja menjalani hubungan kurang lebih 6 bulan, dan saya sungguh sangat ingin menikahi nya dikarenakan banyak kesamaan dan karena saling nyaman, dan saling percaya satu sama lainnya, dan saya merencanakan tuk menikah ditahun 2019 yang diperkirakan umur saya baru 20 thn namun saya mempunyai keyakinan untuk menikahi nya, bagai mana menurut kamu? Terimakasih
Wa’alaikassalam wa rahmatullah wa barakatuh.
Menurut saya, 2019 kelamaan. Cepetin aja. Sudah cukup 6 bulan pacaran, lama-lama kayak karet, bisa putus.
assalamualaikum wrwb,.
saya dinda umur saya 20tahun, saya sangat bimbang saat ini.
saya sudah pacaran selama 3tahun saya yakin dia akan menikahi saya karna keluarga kita jg sudah dekat, saya ingin sekali dia menikahi saya tapi selalu ada saja alasan padahal dia sudah cukup mapan dan sering memberi saya uang. orang tua dia dan saya ingin saya dan dia lulus kuliah dulu padahal kita berdua sudah samasama bekerja dan insyaallah sudah mampu untuk berumah tangga. sayangnya, waktu berkata lain dia malah menduakan dan meninggalkan saya begitu saja.
dan sekarang disaat saya masih benar benar belum rela buat melepasnya ada laki laki yang membuat saya merasa yakin dengan dia umur juga jauh lebih dewasa dia. dan saya sangat berharap dia mau mendekati saya tapi untuk ke jenjang yang lebih serius karna saya sudah terlalu trauma untuk berpacaran lagi. bagaimana menurut kalian untuk saya menjelaskan ke laki laki itu ?
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.
Al-Hamdulillah di usia produktif ini Mbak Dinda sudah berniat menikah. Pengalaman lalu biarlah berlalu. Yang tersisa adalah harapan baru, masa depan baru, cita-cita baru. Jangan hanya berharap, satu-satunya solusi adalah mencoba dengan berani. Katakan saya pada doi, “Mas mau menikah dengan saya?” Atau, coba ikuti cara elegan yang telah dicontohkan Ibunda Khadijah saat melamar Nabi Muhammad.
I’m Sonja McDonell, 23, Swiss Airlines Stewardess with current 13 oversea towns, very tender with lots of fantasies during emergency cases on board in my wonderful job. Lesbian girls & women are seldom in Indonesia. I think, it’s the conservatism & ther’re some discret & hidden relations. Am I right?
There is no conservatism in my country.
Assalamu’alaikum… sya Dwi dri Medan. Sya mau mnta saran. Dwi kn pnya Someone Special udh cukup lama knal nya. Dwi pngen ny dy segera mengkhitbah tpi dy sllu beri alasan klo dwi msih kuliah dan dy minta untk selesaikan dlu kuliah nya. Tpi dwi jga Risih klo dy gk bisa segera mmberi status yg jelas. jdi mnurut kak dwi harus gmna??
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.
Saran saya, jauhi dia. Jangan-jangan doi bukan cowok betulan wkwkwk. Bercanda 😀
Maksud saya ada 2 kemungkinan: Dia gak punya mental menghadap orang tua ukhti, atau … dia cuma main-main. Takutnya, ketika saudari sudah lulus pun, dia akan buat alasan lain.
Kan merugikan sekali. Kalau masih mau bertahan dengan dia, buat aja dulu jarak, “Ya udah, kalau kakanda ingin adinda selesai kuliah dulu, kita jangan ketemuan, sms selama saya masih kuliah.”
Atau, kalau ada laki-laki lain yang bersedia dan lebih siap, persilakan pria itu menghadap ayahanda.
Asalamualaikum ,saya remaja usia 15 tahun .saya mempunyai pcr berusia 18th .setiap saya plg ke kmpung pcr saya sllu mengantarkan saya plg .dan pcr saya menginap d rumah saya berhari-hari ,daripda menyebabkan fitnah .saya dan pcr saya ingin mnkh .tp umur saya blm ckup .dan saya tdk mau ribet harus sidang untuk menambhkan umur saya?lalu saya hrs bgaimna .saya mnta saran
Wa’alaikissalam wa rahmatullah.
Memang sebaiknya segera menikah. Tapi, sebelum itu pastikan beberapa hal dulu:
1. Kalau menikah sekarang, di daerah Mbak Fitri masih boleh sekolah? Soalnya di beberapa wilayah, melarang status pernikahan pelajarnya.
2. Pacarnya sudah siap memberi nafkah sandang, pangan?
Diskusikan lagi dengan ortunya.
assalamualaikum. saya seorang mahasiswi usia 20th, sudah berpacaran 4tahun lebih dan kami berdua memiliki niat yg baik untuk menikah, tetapi di satu sisi saya masih kuliah dan ortu menginginkan bahwa saya lulus kuliah dlu baru menikah, tp di sisi lain pasangan saya sudah ingin menikah dan siap berumah tangga.. saya bingung mana yang harus saya dahulukan dan saya takut untuk meminta izin menikah kpd kdua ortu saya… mohon saran nya terimakasih.
Wa’alaikissalam wa rahamtullah
Mbak Yuni, kalau takut minta izin sama orang tua. Cowoknya aja minta langsung datang melamar.
Momentum Idul Fitri adalah kesempatan emas.
Pacaran 4 tahun lama sekali. Lebih cepat, lebih baik.
Kalau ortu tetap memaksa harus kuliah. Pacarnya putusin dulu. Fokus belajar 1 semester. Tunjukin bisa dapat IP 4.00.
Setelah itu, ajukan lagi permohonan nikah.
assalamualaikum wr.wb
saya mau minta saran, saat ini saya sedang dekat seorang wanita, kebetulan kantor kami bersebelahan. dia nanya apa saya mau nikah ama dia, sebenernya sudah ada niat buat menikah, dia bilangnya klo bisa secepatnya klo bisa nggk sampai tahun depan, klo saya nggk bisa mungkin dia mau cari yang lain yang udah serius jg. Disini saya masih bimbang, soalnya belum ada tabungan krn kemarin2 blm pernah kepikiran klo keadaannya seperti ini, terus denger2 dia mau dipindahin jg. masalah lainnya saya masih kadang berpikir “apa saya udah pantas menjadi imam?”. karena saya sadar ilmu agama saya belum terlalu bagus dan kadang sholat saya masih bolong. kebetulan dia ini setahun di atas saya.
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.
Alhamdulillah, ini kesempatan yang baik, ada wanita yang mengajak nikah. Sebaiknya, istikharah dahulu, minta hidayah dan maghfirah. Kemudian, pikirkan dalam hati, mas Mejiku suka tidak sama dia?
Kalau suka, bismillah! Telfon dia, “Bapak kamu ada di rumah? Saya mau melamar…”
Mengenai tabungan, gak usah dipikirin. Nikah itu yang penting ijab kabul, bukan hajatan. Insyallah, gaji 1/2 bulan udah cukup. Setelah itu, hidup normal. Tidak perlu ada bulan madu, karena setiap hari dalam pernikahan sudah manis.
Mengenai biaya hidup, sedehana saja, jangan ikut gaya hidup. Wong nikah itu sama kaya hidup biasa. Bedanya, ada temennya. Kedepannya, baru nabung bareng istri, untuk persalinan dll.
Soal pantas atau tidak jadi imam, itu Anda sendiri yang tahu. Yang penting, hafal bacaan shalat, surat al-Fatihah dan surat-surat pendek, rukun serta tuma’ninah.
Jangan lupa, perdalam terus ilmu agama, belajar fiqih pernikahan.
Assalamualaikum..
Saya wanita (23) saya pacaran sudah 1th. Niat & komitmen ketika kami mutuskan berpacaran dulu adalah menikah setelah saya wisuda di tahun ini krn gak mau lama pacaran. Namun allah berkehendak lain, sdh 5bln ini pacar saya kehilangan pekerjaan krn ssuatu yg tdk dpt saya share. Pekerjaan apapun dia lakukan untuk menutupi kebutuhannya. Namun kedua belah pihak ortu kami blm memberikan restu, dr pihak ortu saya keberatan krn dia tidak bekerjaa.. dan dr pihak ortu dia karna masalah suku ras kami yg berbeda. Egoiskah kami jika ttp melanjutkan hubungan ini? Lalu bagaimana cara agar kedua belah pihak ortu kami memberikan restu?
Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh
Mbak Ikke yang terhormat, kalau mau komit menikah gak perlu pakai pacaran.
Mengenai pekerjaan, memang sudah kewajiban suami karena harus menafkahi istri. Tapi, tidak harus pekerjaan tetap. Yang penting tetap bekerja dan berpenghasilan. Boleh kuli angkut atau kerja serabutan yang penting berusaha.
Saudari, boleh mensupport dengan mencarikan pekerjaan. Sebenarnya, orang tua dan mertua juga punya kewajiban membimbing menantu untuk mendapat pekerjaan. Karena dalam Islam, kewajiban orang tua terhadap menantu/anak (laki-laki) tidak lepas meski sudah menikah.
Kemudian dalam Islam, melarang orang menikah karena alasan suku, hukumnya haram.
Assalamualaikum
Saya seorang gadis saya sudah pcran selama 2thn pcr saya sudah mengajak saya ke pelaminan namun dari pihak kluarga saya melarang saya untuk menikah namun saya di suruh melanjutkan study saya.. Ahirnya saya bingung hrs bagai mna.. Jika saya menyetujui untuk menikah tanpa restu mereka saya akan berdosa sedangkan jika saya lepaskan tktnya akan sulit lg mencari yg serius..
Mohon bantuannya..
Trimakasih..
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah
Mbak Wulan yang terhormat. Coba ajak bicara orang tua, nikah gak menghambat kuliah. Malahan dengan menikah, kuliah lebih berkah, Insya Allah.
Kalau tidak bisa juga, putusin aja pacarnya. Pacaran itu haram, seandainya dulu saudari tidak mulai berpacaran, pasti gak akan galau seperti sekarang.
Iya kan?
Toh, kalau memang jodoh, pasti akan datang orang lain yang lebih baik.
Ikut perintah ortu (kuliah) dapat pahala dan ilmu,
Menghindari zina/pacaran dapat pahala,
Menikah tanpa izin orang tua dapat dosa.
Silakan pilih yang baik di mata saudari, pahala atau dosa?
Assalamualaikum
saya seorang mahasiswi saya udah pacaran beberapa tahun. ada keinginan untuk menikah tapi sayang nya kita beda agama. kami pun sudah memikirkannya sejak awal pacaran. tapi ya nggak ada salahnya di jalani dulu. dan pada akhirnya kamipun sama2 bimbang. kami sama2 ingin mempertahankan keyakinan kita masing2. mau berpisahpun sangat sulit karna sudah terlanjur saling menyayangi. mohon dibantu untuk solusinya
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah.
Demi kebahagian Anda, sebaiknya putus saja. Jauhi laki-laki itu. Yakin, akan ada gantinya yang seiman. Status pacaran saja sulit dilepas, apalagi status agama. Kalau pun jadi sampai nikah -naudzubillah- mau jadi apa pernikahan dan rumah tangga saudari. Cita-cita setiap muslimah “ingin memiliki imam” tidak akan pernah tercapai. Kalau dia mau jadi mualaf, mending. Kalau tidak bagaimana nasib anak-anak nantinya.
Bisa shalat tahajjud bersama, indah. Tapi kalau pasangan saudari bukan muslim, gimana mau tahajjud bersama? Lagi pula, sudah ulama sepakat: muslimah menikah dengan nonmuslim hukumnya haram.
Ini Ramadhan, perbanyak berdoa.
Assalamualaikum, saya laki2 berusia 23 th, saya ingin sekali menikah karena akhir2 ini kesulitan tuk mengontrol hawa nafsu, disamping itu jg saya rindu sosok kekasih yg diridhoi Allah dlm ikatan yg halal, namun saya blm siap bagaimana keadaan kelak setelah menikah mengurus dan menafkahi keluarga, juga saya masih bekerja di bank konvensional yg saya takut calon pasangan saya kelak saya nafkahi dengan cara yg tidak halal
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah, mas Robi.
Kalau soal kesiapan, bisa jadi semua orang -khususnya pria- tidak siap. Itu bukan hambatan. Yang peting ada kemauan belajar dan meningkatkan diri. Terutama nafkah, itu harus. Bagus, kalau sudah bekerja. Coba cari pekerjaan lain yang halal. Tidak apa-apa jika gajinya lebih kecil.
Semoga Allah mudahkan.
Dan lanjutan tentang hal tadi,saya juga sudah berkuliah sambil bekerja juga,namun kendalanya saya tidak punya tempat tinggal sendir,saya masih tinggal bareng orang tua saya. Apa tetap saya coba untuk bicara tentang lamaran ini ke pihak wanitanya?
Tempat tinggal ngontrak saja. Tapi kalau mau, daripada kontrak, lebih baik beli rumah secara berangsur.
Jangan minder karena belum punya tempat tinggal pribadi. Lanjutkan saja.
Assalamualaikum wr. Wb. Selama siang menjelamg sore,saya ingin bertanya. Saya berumur 19 tahun namun november saya berumur 20tahun. Saya sedang dekat dengan seorang wanita,dia pernah bilang ke saya bahwa dia ingin menikah muda dan ibunya seperti tidak apa2 walaupun mau menikah muda. Saya berniat untuk melamarnya setelah dia melakukan tugas magangnya,niat saya semakin yakin setelah membaca tulisan ini. Namun yang saya khawatirkan,saya bekerja namun saya takut tidak bisa menafkahi istri saya dan takut dari pihak wanitanya menahan2 untuk menyelesaikan kuliahnya. Namun saya berfikir ingin terhindar dari perbuatan maksiat,bagaimana pendpatnya? Perempuan ini 1 tahun diatas saya. Mohom sarannya terima kasih.
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barkatuh.
Saya senang kalau melihat para pemuda ingin segera menikah. 19 tahun itu sudah cukup dewasa. Lanjutkan saja rencana lamarang, jangan segan. Masalah nafkah, insyallah cukup, asal jangan tergoda gaya hidup. Suami hanya punya kewajiban makan 2-3 kali sehari; pakaian 2 stel atas sampe bawah, selama masih bisa digunakan, gugur kewajiba; tempat tinggal; pendidikan dan perhatian.
Mengenai pihak wanitanya yang menghalangi, dapat dibicarakan baik-baik atau cari wanita lain. Pemuda muslim itu tidak boleh “aku tidak bisa hidup tanpa dirinya.” Yakinkan pada ortunya, penikahan tidak menghambat pendidikan formal.
Semoga niat saudara “ingin terhindar dari perbuatan maksiat” dapat kemudahan dari Allah. Jangan lupa tawakkal.
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. saya baru umur 18 dan baru lulus SMK, tpi sudah ada laki” yng berniat menikahi saya dan dia jga sudah cukup mapan tapi hati saya belum terlalu yakin sma laki” ini karna saya lihat dia agamanya belum terlalu baik karna saya juga sama agamanya belum terlalu baik,soalnya saya ingin punya suami yang bisa membimbing saya nantinya.Saya juga ingin membahagiakan orang tua saya dulu. Lebih baik saya bagaimana? Saya minta sarannya ka
Wa’alaikumussalah wa rahmatullah wa barakatuh.
Saya jawab dari bawah dulu ya mbak.
Pertama, membahagiakan orang tua gak harus jomblo atau single. Sambil menikah juga bisa.
Kedua, mengenai agama laki-laki itu penting. Tapi, baik atau buruk agamanya jangan lihat dari penampilang. Kalau berminat, diuji saja. Minta tolong orang tua atau ustadz.
assalamualaikum, saya sdh baca keutamaan nikah di usia muda, lalu bagaimana cara suami menafkahi istrinya?bukankah itu wajib?belum lagi modal utk menggelar acara pernikahan. sederhana sih sederhana. tp kan jg butuh dana. saya rasa tentu kemapanan setiap org penting sblm menikah. selain siap secara materi mereka jg siap secara mental. saya rasa pernikahan muda mngkin hnya bsa dilakukan oleh org2 yg berkecukupan tinggi.
Wa’alaikumussalam wa rahatullah
Terima kasih sudah baca artikelnya.
Nafkah itu memang bagian kewajiban suami, ya harus dicari. Menggelar pernikahan formalnya, kurang dari 1jt. Hajatannya sederhana, bisa beli kambing di ketring acara aqiqah + dimasakin, cukup 3jt. Mudah bukan?
Pemuda zaman sekarang beli HP canggih, kredit motor aja bisa, masa’ untuk nikah sederhana gak bisa?