Blog Openulis

Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.

Nasehat untuk anak di pesantren

Nasehat Untuk Anak Pesantren Yang Sedang di Pondok

Mereka perlu tahu

Tak ada bekal yang lebih mahal dari nasehat untuk anak di pesantren. Di bawah bimbingan pondok, tak lantas menghapus kewajiban kita dalam mengarahkan hidup mereka.

Namun, bagaimanapun mereka hanyalah anak-anak, banyak hal tak dipahami para santri, kecuali setelah jadi alumni. Sayangnya, sudah terlambat jika disadari setelah lulus nanti.

Akibatnya, banyak alumni pesantren menyesal, “kenapa baru saya sadari”. Setidaknya, itu yang dialami penulis.

Inilah, perlunya sharing nasehat supaya anak-anak santri tidak menderita penyesalah yang sama. Berikut, nasehat untuk anak di pesantren.

1. Ini Jalan Jihadmu

Mungkin ananda merasa sedih, kecewa bahkan kesal, kenapa masuk ponpes; Kata orang, ‘penjara suci’, gak enak, gak asyik, gak sebabas sekolah di luar, di pondok gak bisa main gadget, apalagi sosmed dsb.

Ananda perlu tahu alasan kenapa dikirim ke pondok pesantren. Bukan ayah-bunda tak sayang, justru ini bentuk cinta orang tua.

Dengan segala kekurangan fasilitas dan prasarana, pesantren itu tempat terbaik untuk pendidikan. Dari sana banyak lahir ulama dan tokoh bangsa yang berperan untuk umat Islam dan negeri tercinta.

Itu harapan ayah dan bunda. Jadilah orang besar yang hatinya dipenuhi ilmu dan bermanfaat luas. Di pesantren, masa mudamu tak akan habis akibat lalai bermain. Karena memang bukan untuk itu kita diciptakan, nak.

Ketahuilah sayang, setiap kita diciptakan dengan tujuan dan tugas. Ayah, mencari nafkah dan memimpin keluarga. Ibu merawat rumah tangga. Sementara tugasmu di usia ini adalah belajar.

Demikian jalan jihadmu.

مَن خرَج في طَلَبِ العِلمِ، كان في سَبيلِ اللَّهِ حَتَّى يرجِعَ

Siapa yang keluar dari rumahnya untuk mencari ilmu, sejatinya ia sedang jihad di jalan Allah sampai ia pulang. (al-Tirmidzi)

2. Tegarlah

Jangan kau sia-siakan jalan panjang ini dengan sedih, galau, dan angan ngegame.

Yakinlah, berpisah dari orang tua bukanlah kesedihan. Ananda tak akan pernah sendiri, Allah selalu bersamamu. Kami pun di rumah ridha, bangga dan akan selalu mendoakan.

Jangan pernah galaukan apapun yang telah lalu atau yang belum terjadi. Serahkan pada Allah. Yang penting engkau berusaha. Sadarilah, ananda galau ataupun tidak, semuanya akan tetap berlangsung.

Seriuslah saat belajar, karena waktu senggang untuk santai bermain pasti datang. Tabahlah, bukankah kita sedang berjihad? Sungguh tak ada jihad yang main-main. Semoga Allah memberimu hidayah.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Orang-orang yang berjihad di jalan kami (Allah), pasti akan Kami berikan petunjuk. Sungguh Allah bersama orang yang maksimal berusaha. (al-Angkabut: 69)

3. Bersahabat Karena Allah

Sekali lagi, di pondok pesantren engkau tak akan sendiri. Ada banyak anak yang juga merasakan apa yang kau rasa. Lihatlah, mereka tak gusar, tak risau, dan selalu gembira.

Bersahabatlah dengan mereka, isi hatimu dengan mengambil hikmah dan manfaat dari sesama santri.

Tawadhu lah, perkenalkan dirimu awalan, dan jangan pilih-pilih teman. Bisa jadi yang miskin, ilmunya lebih banyak. Sangat mungkin, yang hitam lebih bijaksana. Yang kelas bawah pun tak menutup kemungkinan, lebih sholeh darimu.

Jangan berteman karena fisik, harta, siapa bapaknya atau dia orang luar negeri.

Semuanya masa depan umat ini, jadilah bagian dari cerita hidup mereka. Bantu kesulitan mereka. Siapa sangka, di antara ribuan yang kau kenal, kelak salah seorang menarikmu dari neraka, bi idznillah.

Allah berfiman dalam sebuah hadits Qudsi:

أين المتحابُّون في جلالي؟ اليوم أُظلُّهم في ظلِّي، يوم لا ظلَّ إلا ظلِّي

“Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku?” Undang Allah. “Hari ini akan Kunaungi mereka, di saat tak ada tempat bernaung kecuali naungan-Ku.” (al-Bukhari)

4. Jangan Berbuat Zalim

Pegang erat nasehat orang tuamu ini, belajar di pondok pesantren hanya sementara. Jauhilah perbuatan zalim.

Jangan kau bermusuhan, memukul orang, atau bullying menyakiti teman. Hindari konflik sejauh mungkin. Jika kau salah, segeralah minta maaf. Jangan malu.

Jika kau meminjam, segera kembalikan. Jika kau mampu bertahan dari berhutang, maka lakukan.

Kau tentu tak mau terbebani rasa bersalah kelak setelah alumni. Minta maaf setelah lulus dan berpisah, akan sangat menyulitkan.

الظلم ظلمات يوم القيامة

Kezaliman adalah penderitaan, penyesalan, kehinaan dan kegelapan di hari kiamat. (Ahmad)

5. Lihat Dirimu

Teruslah tingkatkan dirimu dan jangan terlena. Jangan pernah bandingkan dirimu dengan siapapun, jika kau ingin bahagia.

Bercerminlah pada diri. Apakah hafalan dan literasimu bertambah serta lebih baik dari sebelumnya?

Bisa jadi temanmu santai belajar, atau tak bersemangat dalam suatu bidang. Lantas, ananda merasa, “kalau begitu saya pun tak mengapa”. Sekali-kali tidak!

Kamu harus selalu antusias meraih segala ilmu yang pondok sediakan, selama itu baik untukmu.

Jika kau bandingkan dirimu dengan santri lain, ketahuilah bahwa orang tuamu dengan orang tua mereka tak sama.

Pulang liburan, mereka bisa ambil kursus dan les private tertentu. Ada pula yang punya orang tua seorang doktor, profesor, kiyai, dosen dsb; Mereka punya hasab orang pintar dan sukses, sementara kita?

احرص على ما ينفعك، واستعن بالله ولا تعجز

Semangatlah demi meraih kebaikan untuk dirimu. Mintalah pertolongan pada Allah, jangan menyerah. (Muslim)

6. Temukan Passionmu

Meski tujuan utama kita belajar di pesantren adalah pendidikan. Tak mengapa jika ananda mendalami beberapa life skills di sela waktu senggang.

Bagaimanapun ahli dalam suatu bidang ilmu, kau juga perlu memiliki keterampilan, sebagai modal agar dapat hidup mandiri dan memberi.

Karena ada izzah dan iffah yang harus dijaga.

واليدُ العُليا خيرٌ منَ اليدِ السُّفلى

Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. (al-Bukhari)

Baca juga: Motivasi Bekerja dalam Islam

Semoga Allah muliakan engkau di dunia dan akhirat.

Mereka perlu tahu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *