Blog Openulis

Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.

Cara Memakmurkan Masjid

15 Cara Memakmurkan Masjid & Mushola Terdekat

Mereka perlu tahu

Ada banyak cara memakmurkan masjid dan mushola. Tulisan ini kami persembahkan bagi siapa saja yang sedang mencari ide meramaikan ‘rumah’ Allah.

Di sini juga kami membuka kesempatan untuk menambah ide yang sudah ada.

1. Masjid Milik Allah

Sebagai warga sekitar, takmir, pengurus RT/RW, kita harus menjamin dan memastikan bahwa masjid di lingkungan kita ini benar milik Allah. Bukan milik waqif, donatur, kelompok atau ormas.

Ini serius! Tidak bisa diabaikan.

Kalau masjid sudah terkesan “eksklusif” untuk golongan tertentu, jangan harap bakal ramai. Palingan mentok Jum’atan aja penuhnya.

Untuk poin ini silakan cek, kata “masjid” dalam al-Quran selalu idhofah kepada Allah.

2. Shalat Berjama’ah

Upayakan seluruh kaum Adam mendirikan shalat fardhu berjamaah di masjid.

Masjid Jogokariyan punya program memakmurkan masjid dengan cara menshalatkan orang hidup. Kita bisa meniru.

Kenapa harus saya tulis poin ini? Karena ada masjid yang hanya buka sepekan sekali ketika shalat Jum’at.

Boleh juga sediakan tempat khusus akhwat, emak, mbah dsb. Walaupun bagi mereka, shalat di rumah lebih afdhal, namun Rasulullah melarang kita menghalangi mereka.

لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ

“Jangan kalian halangi para wanita menuju masjid Allah.” (Muslim)

3. Bentuk Organisasi

Masjid dan muhsola adalah institusi penting dalam masyarakat. Jangan diremehkan. Dulu kepengurusan masjid dipegang oleh orang-orang mulia, antaranya para nabi & rasul.

Sampai sekarang, pemerintahan apapun -termasuk raja Arab- yang wilayahnya menaungi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, selalu menyandang gelar “Khadimul Haramain as-Syarifain” (pelayan 2 masjid agung).

Nah, kita tidak boleh under estimate terhadap tugas takmir.

Jangan sampai kepengurusan masjid kita terbengkalai. Hingga yang adzan, yang bersih-bersih cuma yang mau dan sadar aja. Madesu!

4. Imam Resmi

Silakan tunjuk dan tetapkan 1 atau beberapa orang yang bacaannya baik untuk menjadi imam di masjid kita. Kalau perlu, berikan ihsan sebagai penghormatan.

Imam yang tetap, membantu jamaah menikmati bacaan shalat.

Tidak pastinya siapa yang jadi imam, kadang memicu rasa segan warga, “entar saya lagi disuruh maju, di rumah aja lah.”

Tidak jarang, bikin waktu shalat jadi ngaret. Karena muadzin nungguin siapa yang bisa jadi imam, atau main tunjuk-tunjukan.

5. Pengajian al-Quran

Sebagaimana masjid hatinya orang beriman, maka patas jika diisi ta’lim al-Quran. Karena Kitabullah ini nyawanya Islam.

Aktifkan pengajian belajar al-Quran untuk anak-anak dan dewasa. Bisa dibagi perkelas berdasarkan kemampuan baca serta umur peserta didik, mulai dari Iqra sampai belajar qiroah.

Yakinlah, kalau serius di tahap ini, masjid gak bakal pernah sepi.

6. Majelis Ilmu

Di luar waktu shalat 5 waktu, adakan pula kajian rutin sepekan sekali, minimal. Silakan cari orang ‘alim di lingkungan sekitar.

  • Majelis ini mesti sistematik, misalnya: aqidah, fiqh ibadah, atau akhlak. Dibahas dari dasar dan bersambung terus sampai tamat dengan memilih satu kitab ulama sebagai pedoman.
  • Terserah waktunya yang disepakati antara ustadz dan jamaah, entah ba’da Maghrib, Isya atau subuh.
  • Kajian perdana, sebaiknya undang masyarakat sekitar secara resmi melalui surat undangan. Untuk selanjutnya cukup dengan lisan.
  • Jangan lupakan konsumsi snack untuk semua hadirin, beli dari penduduk sekitar.

A. Pengajian Ibu-ibu

Sebulan sekali, boleh adakan pengajian untuk para ibu. Buatkan surat resmi untuk suami mereka agar istrinya diizinkan.

Kita punya pengurus, security bisa bagi tugas saat berlangsungnya kegiatan ini. Ada yang jaga di luar, sebagian keliling desa menjaga keamanan.

7. Peran Serta

Ikut sertakan masyarakat dalam segala hal. Misalnya perlu konsumsi makanan ringan, belilah dari orang kampung situ dan sekitarnya.

Mau buat acara makan besar, sewa jasa masak dari ibu-ibu sekitar masjid.

Hias mushola butuh kaligrafi, cari anak yang bisa. Perlu cat tembok, beli dari sales yang juga warga situ.

Ingat! Profesional, jangan minta diskon atau potongan. Kecuali dia sendiri yang kasih.

8. Musyawarah

Hidupkan budaya muslim, musyawarah.

والذين استجابوا لربهم وأقاموا الصلاة وأمرهم شورى بينهم ومما رزقناهم ينفقون

Orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan. (as-Syura: 38)

Ada atau tidak ada masalah, adakan perkumpulan rutin. Bahas segala macam yang relevan dengan memakmurkan masjid :

  • kepengurusan takmir serta marbot,
  • pembangunan psikis dan fisik,
  • anak pengajian,
  • perawatan dan kelengkapan fasilitas ibadah warga,
  • ekonomi warga, dll.
  • hari besar Islam.

Sesekali libatkan semua kalangan, tua maupun muda, perwakilan dari setiap RT/RW. Ini juga bagian dari mewujudkan bahwa masjid bukan miliki kelompok tertentu.

9. Edukasi Warga Memakmurkan Masjid

Melihat peran masjid di zaman Rasul, bahkan universitas pertama dan tertua di dunia berawal dari masjid, maka wajar saja jika rumah Allah dipenuhi kegiatan non ibadah mahdhoh.

Coba buat turnamen bola sepak antar RT, “Masjid Nurul Yaqin’s Cup”.

Ajak masyarakat untuk hadir seminar parenting di masjid secara gratis, misalnya. Undang tokoh expert di bidangnya.

Untuk pemuda, buatkan dauroh blogging, internet marketing, yang kekinian namum bermanfaat. Di mana? Tentu saja di masjid.

Tidak melulu tentang shalat, berkata jujur dsb. demi menjalin ikatan antar warga.

10. Ramah Anak

Anak-anak adalah masa depan umat Islam. Kebanyakan takmir hari ini gemar mengusir bocah-bocah kaum muslimin.

Apa yang terjadi? Mereka trauma, enggan ke masjid. Sudah besar, kita tak punya harapan mereka kembali.

Padahal, Masjid Nabawi dan mushola di zaman keemasan Islam selalu indah dihiasi tawa ceria anak-anak.

Jangan dibentak, jangan dikasari, jangan diusir, kondisikan lah.

Masjid yang tidak menyayangi anak-anak, jangan harap masa depannya cerah dengan kemakmuran.

Jangan harap mereka pulang ke masjid saat dewasa, setelah diusir masa kecilnya.

11. Support Wanita

Kita tahu, shalatnya wanita di rumah lebih afdol daripada di masjid. Artinya, ikut shalat berjamaah di masjid bukanlah dosa.

Maka, takmir perlu mendukung para kaum ibu & akhwat.

Ingat, kita sedang mendidik generasi masa depan. Generasi itu tidak bisa lengah dari wanita, termasuk ibu, anak perempuan, gadis remaja. Peran mereka tidak bisa diremehkan.

Tidak sedikit anak perempuan yang suka bermain di masjid, ikut ayah atau kawahnya.

Tidak jarang para ibu yang mengawasi anaknya bergaul.

Masjid juga membutuhkan remaja putri dalam segala kegiatan yang diusung, karena banyak yang tidak bisa dilakukan remaja putra.

  • Bangun tempat wudhu dan kamar mandi tertutup, agar leluasa bersuci.
  • Buat pembatas tertutup, sebagai wilayah khusus wanita, agar nyaman beribadah.

12. Tingkatkan Aset & Fasilitas

Dulu, masjid adalah tempat negara meminjam uang. Sekali lagi, uang, bukan mata uang. Kalau hari ini masjid sejahtera, maka itu hal biasa.

Takmir masjid berkewajiban mengelola sebaik mungkin. Bagi masjid dan mushola yang memiliki kelebihan dana dari kebutuhan, silakan tambah fasilitas dan asetnya:

  • Buku khazanah Islam dan sains, agar jamaah bisa baca sambil menunggu waktu shalat.
  • Wifi, supaya pemuda betah, memang ini zamannya. Insya Allah, web yang dibuka hanya yang baik.
  • Perluas tanah masjid, tak apa sekalipun nyebrang jalan. Bermanfaat untuk parkir jamaan saat masjid over kapasitas.
  • Mainan anak, perosotan, ayunan, dll. agar betah dekat masjid. Daripada anak main ponsel, haram.
  • Sediakan kasur dan selimut untuk musafir, atau warga yang sementara tak punya tempat tinggal, atau rumahnya penuh karena lagi ada tamu.
  • Rekrut petugas keamanan untuk jaga di masjid. Degan demikian, masyarakat bisa khusyuk meninggalkan kendaraan di halaman.
  • Bangun kamar mandi yang memadai, supaya para ayah bisa mampir mandi sebelum pulang ke rumah.

A. Wakaf Produktif

Tidak masalah jika masjid punya unit usaha wakaf produktif. Misalnya, ruko untuk disewakan, perkebunan, tambang nikel, toko material bangungan, pom bensin, percetakan.

Nantiya, uang hasil bisnis tersebut digunakanuntuk operasional masjid, menolong kaum muslimin di belahan bumi lain dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

13. Baitul Mal

Kalau kebutuhan masjid sudah terpenuhi, jangan biarkan harta kaum muslimin menumpuk terlalu banyak, puluhan juta. Salurkan!

Bantu pengobatan warga -utamanya jamaah tetap- yang sedang sakit. Jangan sampai ada tetangga meninggal, gak bisa operasi, tapi di satu sisi saldo kas masjid Rp.100jt.

Ironis sekali jika anak tetangga putus sekolah, sementara masjid nyimpen duit 30jt.

Segera salurkan sedekah dan zakat dari orang kepada mustahiq.

Bantu permodalan usaha warga. Tanpa riba.

A. Sembako Gratis

Tak kalah keren, masjid kita berikan space untuk ATM beras dan kebutuhan pokok masyarakat secara gratis. Warga boleh ambil secukupnya, atau memberikan sepuasnya.

Yakinlah, banyak yang mau nitip pahala di sana. Masyarakat kita juga orang terhormat, gak mungkin rakus.

Di area ini, jangan ada CCTV.

B. Kredit Syariah

Pihak masjid juga boleh meminjamkan uang kepada warga. Tentunya tanpa bunga sekecil apapun. Tujuannya memang membantu.

Dalam hal ini, takmir harus paham sistem ekonomi syariah dan hukum fiqih.

Berlaku juga untuk kebutuhan berobat, atau kebutuhan membeli motor misalnya.

Pihak masjid membeli motor itu secara kontan dari dealer. Kemudian, warga membayar ke masjid secara mengangsur.

C. Beasiswa Pendidikan

Masjid juga bisa membuka program beasiswa untuk pendidikan anak masyarakat sekitar, di luar pinjaman uang. Tentunya, untuk warga kurang mampu.

Buat kesepakatan, setelah selesai, Ananda mengabdikan diri untuk pengelolaan masjid dan perusahaan di bawahnya. Tak mesti seumur hidup, cukup 5 tahun.

Untuk program spektakuler ini, kita bisa merujuk kepada lembaga besar seperti Pesantren Gontor dan Ponpes Sidogiri atau selainnya.

14. Keuangan Masjid

Benar sekali kata KH. Imam Zarkasyi,

Administrasi yang rapi wajib (mutlak) untuk menjaga kepercayaan.

Sebagai pihak takmir masjid yang mengelola harta kaum muslimin, hendaknya amanah.

Hal itu wujudkan dengan menertibkan segala bentuk administrasi, terutama yang berkaitan dengan uang. Aktifitas ini sudah dicontohkan oleh para sahabat Rasul.

Jangan pernah merasa, “orang udah ikhlas sedekah, wakaf, zakat, mana peduli dengan uangnya” itu menyalahi prinsip Salafusshalih terdahulu.

Buatlah detail sirkulasi keuangan masjid, mulai dari nama, alamat, waktu, hari, nominal, nilai, dan wujudnya.

Kalau orangnya tidak ingin disebut namanya di publik, berikan kode identifikasi, misalnya Hamba Allah 1, Abdullah X5, dsb.

Dengan demikian, saat yang bersangkutan ingin memastikan di pengumuman, dia bisa melihat “oh iya sudah benar, uangnya sudah masuk, takmir kita amanah.”

15. Dananya Dari Mana?

Mungkin ikhwan sekalian akan heran, ini planning program kerja banyak banget, emang gak pake duit? uangnya dari mana?

Jelas pake uang. Biayai dengan uang hasil sedekah, infaq, zakat, serta wakaf masyarakat.

Sedikit demi sedikit, pasti! dengan izin Allah selalu ada. Semampunya masjid dan mushola aja.

Selama takmir bijak dan amanah, umat tidak akan segan mendukung.

Kita saksikan di laporan keuangan yang dibacakan pengurus sebelum sidang Jum’at, tidak sedikit masjid yang punya kas 1 miliar lebih.

A. Kotak Amal

Demi kenyamanan bersama, selain kotak amal di dalam bangunan masjid, silakan buat tempat amal yang kokoh, indah, besar dan aman dari kejahatan dan hujan.

Apa fungsi kotak amal ini?

Supaya orang mudah beramal. Jadi, gak perlu masuk ke dalam untuk mencari kotak amal. Bisa sambil lewat, masukin uang.

B. Jangan Ditabung

Cara memakmurkan masjid dan mushola ini akan berhasil tergantung dari keaktifan para takmir.

Seperti yang sudah kita bahas di atas, jangan biarkan harta kaum muslimin yang sudah diserahkan mengendap begitu saja.

Kemudian, jangan sampai uang cash di masjid, masuk ke bank dan menjadi tabungan.

Potensi ekonomi masjid kita sangat besar. Sayangnya, tidak besar yang dirasakan umat.

Banyak kaum muslimin terjerat hutang riba di bank, karena meminjam uang untuk modal usaha.

Padahal, uang di bank itu dari masjid -yang katanya tempat bernaung kaum muslimin-. Tapi, saat umat Islam butuh, pihak bank malah menjerat saudara kita kita.

Ke mana ukhuwah Islamiyah?

Mereka perlu tahu

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *