Blog artikel edukasi Islam di atas dan untuk semua golongan.
Wasatiyyah adalah sebuah kerangka berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang ideal, penuh keseimbangan dan proposional dalam syariat Islam dan seharusnya tertanam dalam pribadi muslim.
Arus wasatiyyah ini dipopulerkan oleh Dr. Yusuf Qardhawi, seorang cendikiawan muslim terkenal asal Mesir yang hijrah ke Doha Qatar. Namun, beliau sendiri mengakui, wasatiyyah bukanlah ide asli dari beliau, melainkan sebuah prinsip dasar yang melandasi semua ajaran Islam, baik aqidah, syariah maupun akhlak.
Lebih dari itu kalau kita cermati tatanan alam semesta yang rapi, tertib dan serba teratur ini akan kita temukan bahwa semuanya telah Allah desain berdasarkan pilar wasatiyyah, keseimbangan dan keserasian.
Dalam al-Quran Umat Islam disebutkan dalam surah al-Baqarah: 143, sebagai ummatan wasatha, umat yang ideal, penuh keseimbangan dan menegakkan keadilan. Selanjutnya ayat ini dijelaskan oleh ayat lainnya dalam surat Ali Imrah: 110. bahwa maksud ummatan wasatha adalah khoira ummah (umat terbaik).
Karenanya, hampir semua ahli tafsir sepakat bahwa wasatiyyah mengandung makna yang terbaik, yang ideal, yang seimbang, yang proposional.
وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا وما جعلنا القبلة التي كنت عليها إلا لنعلم من يتبع الرسول ممن ينقلب على عقبيه وإن كانت لكبيرة إلا على الذين هدى الله وما كان الله ليضيع إيمانكم إن الله بالناس لرؤوف رحيم Demikian Kami telah menjadikan kamu umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (al-Baqarah: 143) |
Sedangkan moderat hanya merepresentasikan posisi-tempat di antara dua ujung yang bertentangan. Moderat mencerminkan sikap kompromi dengan jalan win-win solution, dan dengan demikian kaum oportunis sering menjadikan moderat sebagai pilihan untuk lari dari wilayah yang jelas menuju wilayah yang abu-abu.
Maka jelas tidak tepat jika wasatiyyah diindentikkan dan dipadankan dengan moderat. Moderat berasal dari bahasa Inggris, moderate artinya selalu menghindari diri dari perilaku yang ekstrim atau sikap yang identik dengan mengambil jalan tengah.
Wasatiyyah mempunyai kandungan makna esensial yang lebih komprehensif, lebih luas dari sekadar moderat, kerena keterikatannya dengan syariat Islam.
Sikap ini mestinya sudah melekat pada diri setiap muslim dan siapa saja yang ingin menjadi perekat umat. Tidak fanatik sambil terus belajar dan mendalami agama seta menghindari perdebatan kontraproduktif tentang masalah khilafiyah ijtihadiyah.
Pahamilah akidah Ahlussunnah Wal Jamaah yang mengajarkan konsep wasatiyyah yang sebenarnya. Di dalamnya ada alira-aliran yang hulu dan muaranya sama seperti kelompok Ahli Atsar (Salaf) dan Khalaf (Asy’ari dan Maturidi).
Mempelajari semua kitab fiqih madzhab-madzhab yang ada, serta tidak membedakan ilmu umum maupun agama merupakan prinsip wasatiyyah yang nyata. Penerapan ilmu agama 100% dan umum 100% diharapkan dapat membawa kita pada kemapanan tsaqofah Islamiyah dan kauniyah.
Ketaatan kita pada agama juga tidak menjadikan kita oposan negara pancasila, bahkan kooperatif secara aktif, termasuk dengan golongan dan lembaga lain juga mencerminkan sikap wasatiyyah.
Dengan menjadi wasatiyyah kita menyediakan ruang terbuka yang tepat dan nyaman bagi siapapun termasuk agama lain sehingga mereka yakin bahwa Islam hanya membawa kebaikan dan kita dapat meniru Rasulullah ﷺ yang rahmatan lil’alamin.
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفاسقون Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imrah: 110) |
Wallahu a’lam bis-showab.
Sumber:
- Al-Fuqan Al-Karim
- Ahmad Suharto, Menggali Mutiara Perjuangan, 2014.